Suasana di meja restaurant Nikmat Rasa terasa begitu hening. Hanya suara dentingan sendok dan peralatan makan saja yang terdengar. Senja tahu, sedari tadi Sabda dan Abi terus saja memandanginya dan Revan dengan tatapan penuh spekulasi. Terutama Sabda. Dari sudut matanya Senja melihat mulutnya membentuk garis lurus yang rapat. Tatap matanya seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat. Sepertinya kebencian Sabda pada dirinya sudah tidak perlu diragukan lagi. Saat menu bebek rica-rica yang pedasnya luar biasa itu dihidangkan, mulut Senja berliur. Tanpa sadar dia bertepuk tangan gembira. Baru saja ia ingin meraih sepotong paha bebek rica-rica, lagi-lagi Revan meraih piring bebek itu dan menjauhkannya dari jangkauannya. Sebagai gantinya, Revan memberikan satu potong paha ayam tanpa kulit ke piri