Dua minggu berlalu. Di dalam rumah mewahnya yang dingin dan megah, Vika merenung cukup lama. Kemewahan rumah itu tak lagi mampu menenangkan jiwanya yang diliputi kebencian pada Lexa. Kabar bahwa Loco, keponakannya sendiri, masih melindungi Lexa—wanita yang telah merebut segalanya darinya—adalah penghinaan besar baginya. Darahnya mendidih. Kesabaran yang dipaksakannya selama ini akhirnya pecah. Hari ini, dia harus menghadapi Loco. Dia tak terima bahwa Loco begitu tunduk pada Lexa, padahal dulu tak seperti itu, Loco-lah yang memegang kendali. “Aku tak bisa diam lagi! Aku harus bertindak!!” geram Vika. * * Dengan langkah tegas yang penuh marah, Vika memasuki gedung perusahaan Loco yang megah. Para staf yang mengenalinya langsung menunduk, merasakan aura kemarahan dari sosok wanita ber

