Waktu terasa bergulir begitu cepat, Tak terasa mereka tertidur hampir dua jam lamanya. arfa terbangun dari tidur, dia melirik jam yang ada di dinding kamarnya. 13:12
Astaghfirullah, aku belum sholat!
Arfa berdiri hendak menuju kamar mandi..
"Mau ke mana fa?"
"Aku telat sholat Dzuhur mas.."
"Kok kamu gk bangunin mas?"
"Aku lupa mas, Kan mas sekarang udah bangun, kita sholat bareng ya.."
"Ya udah aku ke kamar mandi dulu.."
Setelah Agam berlalu menuju kamar mandi, arfa menyiapkan baju untuk suami dan alat sholat mereka. setelahnya ia masuk menyusul suaminya untuk berwudhu.
**********"**********
Setelah sholat arfa sekarang sudah berada di dapur, dia berniat untuk memasak makanan untuk makan siang mereka, meskipun dia sakit dia tak mungkin lupa dengan kondisi perut suaminya yang kosong.
Selesai menata makanan di atas meja makan, arfa menuju kamarnya untuk memanggil Agam makan,
Mas..
Mas Agam..
mas..
Mas Agam kemana? Perasaan tadi masih di kamar. Apa mungkin mas Agam pulang ke rumah mama? Gk mungkin, kalau mas Agam pulang, dia pasti lewat lantai bawah, tapi aku tadi gk liat, kalaupun aku gk liat dia pasti pamit dulu..
Arfa berjalan menyusuri setiap sudut rumahnya, saat dia berjalan di depan ruang kerja suaminya, dia seperti mendengar orang sedang berbicara, arfa mengintip di sela pintu ruang kerja suaminya itu
"Maaf yah, mas tadi gk jadi beliin mie ayam pesenan kamu, soalnya tadi temen arfa bilang kalau arfa sakit.."
.....
"Alhamdulillah Dia udah baik baik aja sekarang.."
.....
"Ya udah, maaf yah mas gk bisa bawain pesenan kamu.."
.....
"Wa'alaikumussalam"
Agam menutup telfonnya, arfa yakin, itu pasti dari mbak Arum
Jadi mbak Arum minta di beliin mie ayam sama mas Agam?
Ya Allah aku minta maaf, aku gk tau kalau mas Agam disuruh mbak Arum beli mie ayam..
Arfa membuka pintu ruang kerja Agam, membuat orang di dalamnya berbalik
"Kenapa fa?"
"Mas belum makan kan? Aku tadi udah masak, arfa kesini mau manggil mas makan." jawab arfa lesu
"Ya udah ayo makan.
kenapa mukanya lesu? Masih sakit? Kalau masih sakit kan kamu gk perlu masak, mas bisa beli di luar"
"Gk ko mas, Afra cuma sedikit pusing aja, ayo mas makan."
"Ya udah ayo." ajak Agam seraya menggandeng tangan arfa
Setelah selesai makan, arfa membawa piring piring kotor ke wastafel..
"Udah fa, biar mas aja yang cuci piringnya.."
"Gk usah mas, arfa bisa sendiri kok.."
"Sini biar mas aja yang cuci piring, kalau kamu mau bantuin, kamu bantu lap meja makan aja y.."
"Beneran mas?"
"Iya, masa boongan.."
"Ya udah mas, arfa beresin meja makan dulu"
"Iya, yang bersih ya, biar suami kamu nambah ganteng. Hehe"
"Suami aku emang udah ganteng ko mas.."
"Iya, mas percaya ko." Ucap Agam dengan wajah sombongnya
Arfa hanya terkekeh mendengar lelucon suaminya itu, meski suaminya bukan pelawak, tapi dia bisa membuat moodnya membaik seketika.
Setelah makan mereka berdua sekarang sedang menonton TV. Sesekali Agam dan arfa terkekeh dengan lelucon para pemain dalam film yang mereka tonton.
Agam menatap wajah istrinya yang tertawa lebar, baru kali ini dia melihat arfa kembali tertawa setelah hari Dimana dia meminta izin menikah dengan arumi.
"Fa..."
"Iya mas.."
"Mas mau jujur sama kamu tentang kenapa mas mau menikah sama arumi tanpa ada penolakan sedikitpun."
"Tawa arfa terhenti seketika, sekarang fokusnya bukan lagi pada tv didepannya, tapi berpindah pada suami di sampingnya"
"Maksud mas?"
"Sebenarnya arumi itu temen mas waktu SMA, dulu mas sempet suka sama dia, dan yang bikin mas suka sama dia itu karna dia cantik, sopan, dan lembut dalam berkata, bukan cuma mas yang suka sama dia, tapi masih banyak lagi yang lainya, tapi entah kenapa dia sukanya sama mas. Mas seneng banget, Waktu itu mas mau ajak dia pacaran, tapi mas gk berani, terus mas bilang sama arumi suruh nungguin mas sukses dulu, nanti mas bakalan lamar arumi buat jadi istri mas, tapi waktu mas udah sukses arumi ilang entah kemana, mas bingung cariin dia, sampe mas ketemu kamu di acara bakti sosial di daerah tinggal kamu, mas langsung tertarik sama kamu, mas rasa kamu adalah orang yang dikirim Allah buat jadi pelipur hati mas.
Karna anggapan itu mas memberanikan diri buat ngelamar kamu ke orang tua kamu, dan kamu terima mas jadi suami kamu.
Setelah menikah kita bahagia hidup berdua, tapi lama kelamaan kita kesepian, kita rindu sama hadirnya suara tangisan bayi di dalam rumah, kita ikut program hamil tapi gk berhasil, padahal dokter bilang kita berdua normal, mas terus berfikir mungkin saat itu belum waktunya, dan puncaknya waktu kamu bawa arumi ke rumah sebulan sebelum mas nikah sama arumi, jujur mas waktu itu seneng banget soalnya mas bisa ketemu sama arumi, tapi mas masih mikir kalau mas punya kamu. sampai papah minta mas nikah lagi waktu papah kena serangan jantung, karna papah ngerasa umurnya gk panjang mas di minta buat cepet cepet cari istri yang baru, mas nggak bisa mikir panjang dan ngelamar arumi saat itu juga, dan kebetulan arumi juga lagi di sana sama orang tuanya, dan dia terima mas, jadi kamu tau kan alasan mas mau nikah sama arumi??"
Arfa hanya menggeleng dengan menundukan kepalanya, dia tak ingin Agam melihatnya menangis. Dia tau alasan Agam menikahi arumi, tapi dia ingin agam yang mengatakannya sendiri.
Arfa merasakan tangan agam yang ingin mendongakan wajahnya.
arfa bergeming, dia tetap menundukan wajahnya..
Lalu arfa merasakan tangan suaminya menghapus air mata yang sudah mengalir sedari tadi.
"Niat mas bukan mau buat kamu nangis fa, mas cuma pengen kamu tau kenapa mas mau nikah sama arumi. sekarang kamu tau kan kenapa mas mau nikah sama arumi?"
Arfa mengangguk
"iya mas, arfa tau.."
"Kalau boleh mas tau, menurut kamu alasan mas nikahin arumi itu karna apa?"
"Yang pertama mas mau nepatin janji mas buat nikahin mbak arum, yang ke dua mas terdesak perintah papah, yang ketiga mas pengin punya keturunan, yang ke empat mas masih punya perasaan sama mbak arum, dan yang ke lima mas nikahin arfa cuma buat jadi pelipur mas kalau teringat sama mbak arum."
"Arfa, bukan begitu maksud mas, pendapat kamu tentang alasan mas mau nikah lagi sama arumi mungkin alasan pertama, kedua, sama ke tiga bisa mas terima. Kalau alasan ke empat memang mas ada rasa sama arumi, tapi itu cuma sekedar rasa rindu mas sama arumi aja.
Dan alasan kelima yang ada di pikiran kamu itu mas tolak mentah-mentah, mas gk nikahin kamu cuma buat jadi pelipur mas aja, mas nikahin kamu buat jadi penyempurna agama mas,, mas sayang sama kamu Arfa.."
"Iya, mas sayang sama aku, tapi mas gk cinta sama aku.
Udah ya mas, kepala arfa pusing, arfa mau ke kamar dulu Assalamu'alaikum"
"Tapi maksud mas bukan begitu fa... arfa... Mas panggil loh fa..
Huuffttt... Wa'alaikumussalam."
Helaan nafas berat keluar dari mulut Agam saat arfa terus berjalan tanpa menghiraukannya.
Astagfirullahhal'azim..