Seorang pria tampan masih duduk di depan sebuah minimarket seorang diri. Wajahnya bertumpu di atas punggung tangannya yang dilipat. Matanya memandang jauh ke hamparan langit luas yang seolah-olah menjadi atap yang memberinya ketenangan. Sejenak dia memejamkan mata dan menikmati embusan angin yang semilir yang menerpa wajahnya. Pikirannya berkelana mengingat kakak angkat yang berusaha dianggapnya seperti saudara kandung. Ingatannya kembali pada kisah pertemuan pertamanya dengan Nazra. Saat itu dia masih berusia 14 tahun. Keadaan dan kemiskinan membuatnya tumbuh di lambat dibandingkan anak-anak yang lainnya. Usianya yang sebentar lagi genap 15 tahun namun tubuhnya hanya sebesar anak yang berusia 10 tahun. Kehilangan orang tua di usia yang mudah membuatnya harus menanggung sisa kedua orang