Bab 15

1279 Kata
“Apalagi yang kamu lakukan Noah?” tanya Johan dengan nada frustasi, usai melihat pemberitan cucunya yang tersebar luas di seluruh penjuru negeri. Bukan hanya sekedar gosip semata, tapi lengkap dengan video sebagai barang bukti. “Memukul seseorang di depan awak media? Apa kamu sudah tidak ingin hidup dengan tenang? Kenapa kamu selalu membuat onar?” Walaupun kesal, Johan masih berusaha menahan nada bicaranya, menghela beberapa kali berusaha menenangkan dirinya sendiri apalagi saat Noah bersikap acuh tak acuh dan santai menikmati makan malam. “Aku tidak akan melakukan kekerasan, kecuali mereka melakukannya terlebih dahulu. Aku hanya berusaha membalas apa yang mereka lakukan, apa itu salah?” tanya Noah. “Tidak. Tapi tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan.” Naoha mengangguk, “Benar, dan tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan membunuh. Benarkan?” Noah menoleh tajam ke arah Yunus, yang tengah berdiri tak jauh dari tempat Johan berada. “Aku masih memiliki hati nurani, memikirkan bagaimana nasib lelaki itu jika aku menghabisinya sampai cacat seumur hidup, walaupun banyak manusia serakah di dunia ini yang kerap menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.” “Sudah-sudah! Semakin ngawur saja!” sentak Johan. “Cepat selesaikan masalah itu, lakukan mediasi dan beri apapun yang diinginkannya. Berapapun yang diinginkannya, berikan saja.” “Baik, Pak.” jawab Yunus patuh. Noah hanya tersenyum samar, melihat kepergian Yunus. Penyelesaian masalah yang sama setiap kali Noah terjerat suatu keributan. Johan akan segera menyelesaikannya dengan cara yang paling mudah. “Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan uang, walaupun uang memang bisa menumpulkan hukum negeri ini, tapi tidak akan menyurutkan keinginan ku untuk mengungkap semuanya.” Noah beranjak dari tempat duduknya, “Satu hal lagi yang harus kakek tahu, aku tidak akan menikahi cucu keluarga Wijaya.” Ia tersenyum samar melihat bagaimana terkejutnya Johan saat mendengar pengakuannya, “Kecuali Davina yang menjadi calon istriku. Pilihannya ada dua, batalkan atau aku menikah dengan Davina.” “Noah!” “Pikiran baik-baik, aku memberikan dua pilihan jangan sampai salah pilih.” Noah melambaikan satu tangannya, lantas masuk kedalam kamarnya dan mengunci diri di dalamnya. Di dalam kamar ia menghela lemah, merasa setiap rencana yang sudah dipersiapkan nya akhir-akhir ini selalu berantakan dan tidak sesuai dengan harapannya. Mengungkap rahasia dibalik Kematian ayahnya yang sudah berlarut-larut tidak kunjung menemukan titik terang, seperti jalan buntu yang menggiring Noah untuk menyerah dan merelakan semuanya menghilang begitu saja. Tapi keyakinan bahwa kematian ayahnya menyimpan banyak misteri selalu ada dalam hati, kesaksiannya pun tidak dianggap karena minim bukti dan dianggap masih terlalu dini untuk menjadi saksi. Tapi Noah meyakini bahwa kematian ayahnya bukan hanya kecelakaan biasa, tapi kecelakaan yang disengaja. “Ayah, tolong bantu aku.” lirihnya pelan. “Permudah semuanya, agar aku bisa hidup tenang dan menjalani semua ini dengan normal,” *** Sementara itu di kediaman keluarga Davina, lebih tepatnya di rumah yang ditempati Laura, dipenuhi oleh banyak wartawan yang menunggu kehadiran Laura untuk menjelaskan atau memberikan tanggapan mengenai insiden pemukulan Noah hari ini. Baik Noah maupun Laura, keduanya belum memberikan tanggapan apapun. “Dimana Noah, kenapa tidak datang?” tanya Oma, dengan raut panik. “Seharusnya dia datang dan memberikan penjelasan, jangan sampai namanya semakin buruk di Mata penggemar kamu.” Insiden yang melibatkan nama baik Laura membuatnya terpaksa membatalkan banyak jadwal untuk tiga hari kedepan. Laura terpaksa melakukannya sebab ia tidak bisa keluar rumah dalam keadaan ramo dan kacau seperti saat ini. Ketenart yang dimilikinya membuat berita apapun cepat tersebar dengan mudah, pemburu berita tidak akan melepaskannya begitu saja tanpa penjelasan yang dapat memuaskan rasa ingin tahu mereka. Dan saat ini Laura belum siap menjelaskan, saat Noah tidak kunjung datang untuk membantunya memberikan klarifikasi. “Aku sudah berusaha menghubunginya, tapi belum ada respon apapun dari Noah.” Tidak hanya Oma, Laura pun mulai kesal dengan sikap Noah yang tidak bisa diajak kerja sama. Tahu bahwa lelaki itu merasa tidak nyaman usai namanya menjadi trending topik di media sosial, dan kehidupannya pun mulai terganggu, bahkan mungkin Noah tidak terbiasa seperti dirinya yang sudah menganggap pemburu berita adalah bagian dari hidupnya. Tapi apa yang dilakukan Noah tetap salah, memukul hingga menyebabkan luka berat di wajahnya dan tubuh, jelas akan menimbulkan kerugian untuknya. “Coba sekali lagi, bilang padanya untuk segera datang. Mereka semakin banyak dan tidak bisa dikenali, kecuali kalian memberikan klarifikasi sekarang juga.” Salah satu solusi terbaik untuk menjernihkan suasana, yakni dengan muncul ke permukaan dan memberikan klarifikasi. Jika Noah tetap bersikeras untuk menutup diri seperti ini, Laura akan semakin dihujat dianggap salah memilih pasangan. “Noah,” setelah beberapa kali panggilannya ditolak, akhirnya Laura berhasil menghubungi lelaki itu. “Kamu dimana? Datanglah ke rumah, ada yang harus kita bicarakan.” Laura berusaha membujuk. “Aku tunggu secepatnya,,, Noah!” Laura memandang layar ponsel yang berubah menghitam. “Noah!” panggilnya lagi dengan suara lebih kencang, sayangnya lelaki itu sudah terlebih dulu mematikan sambungan secara sepihak. “Noah!!” teriaknya kesal. “Kenapa? Dia tidak mau datang?” tanya Oma, “Coba bujuk sekali lagi, siapa tahu dia mau datang.” Laura masih berusaha, dengan kembali menghubungi Noah tapi lelaki itu terus menolaknya, bahkan yang lebih mengejutkan lagi saat Laura menyadari nomor ponselmu di blokir Noah. Ia nyaris membanting ponselnya, merasa begitu kesal dan terhina atas sikap Noah. “Coba bantu Laura, jangan hanya diam saja!!” Sentak Oma pada Davina, yang juga kebetulan ada di rumah utama. Davina tidak berniat datang, hanya saja asisten pribadi Oma menghubunginya dan memintanya datang. “Aku harus bantu gimana, Oma. Yang mereka cari Noah dan Laura, bukan aku. Mungkin jika aku bisa mengendalikan mereka dengan muncul di halaman depan dan memberikan klarifikasi, lalu mereka percaya, aku akan melakukannya. Tapi yang mereka mau bukan aku,” “Pasti kamu senang melihat semua ini terjadi kan?” “Kenapa Oma berpikir seperti itu?! Apa yang terjadi hari ini adalah ulah perbuatan berandalan itu, kenapa Oma seakan menuduh Davina yang jelas tidak tahu apa-apa?!” Edo juga ada di lokasi, setiap kali Davina berkunjung ke rumah utama, Edo selalu memastikan Davina datang bersamanya. “Apa? Berandalan kamu bilang?” Oma tidak terima dengan sebutan itu untuk calon menantunya, Noah. “Iya, lantas sebutan apa yang pantas untuknya, selain tidak memiliki pekerjaan dan hanya mengandalkan kekayaan keluarganya, dia juga kerap menimbulkan kekacauan, apa lagi yang harus dibanggakan?!” Oma menatap tajam, “Jaga bicaramu, dia calon menantu kita, lagipula seburuk apapun penilaian kamu terhadap Noah tidak akan mengurungkan niatku untuk menjodohkannya dengan Laura.” “Silahkan, apakah aku terlihat menghalangi perjodohan ini? Tidak kan? Jodohkan saja dengan Laura, aku tidak akan pernah membiarkan Davina,,” “Menurut ayah, Noah lelaki tidak baik?” Laura menatap datar ke arah Edo. “Lantas mengapa ayah tidak bereaksi apapun saat Oma menjodohkan dia denganku?” Laura tersenyum samar. “Apakah ayah benar-benar tidak menganggapku sebagai anak? Bahkan untuk masalah jodoh pun ayah nggak peduli padaku?” “Lau,,, kamu salah paham.” Situasi yang akan semakin membuat hubungan ayah dan anak kian menjauh. “Ayah nggak bermaksud seperti itu, kamu anaknya,, dia pasti,,” “Baiklah, aku akan menikah dengan Noah, apapun yang terjadi. Aku akan melakukan apapun sesuai keinginanku sendiri, tidak peduli apakah ayah setuju atau tidak, sebab ayah memang nggak pernah peduli padaku.” Tatapan Laura jelas mengisyaratkan kekecewaan yang begitu dalam, namun Edo pun hanya diam tidak berniat untuk meredakan kekecewaan Laura. “Aku akan membantu,” Davina mengambil ponsel, “Aku akan menghubungi Noah, memintanya datang sekarang juga.” Masalah harus diselesaikan satu-persatu, setidaknya Laura harus memfokuskan diri pada permasalahan utama yang menimpa dirinya dan Noah, namun apa yang dilakukan Davina justru semakin menimbulkan salah paham yang semakin memanjang, sebab hanya dengan satu kali panggilan, Noah langsung mengiyakan permintaan Davina dengan datang malam itu juga ke kediaman Wijaya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN