“Halo, Pak, kapan kita bisa ketemu?” Indah langsung bertanya dan tidak ingin berbasa-basi pada Bahar. Penantian selama 15 tahun, membuat Indah tidak lagi memiliki kesabaran untuk mengetahui semua hal dari Bahar. “Senin depan gimana, Non?” tanya Bahar. “Pak Regan keluar kota.” Indah menggeleng sambil menatap kamarnya dari tengah tangga. “Nggak bisa besok malam, Pak? Saya bisa ketemu Bapak kapan aja.” “Non, jangan keluar malam-malam,” larang Bahar. “Baha—” “Saya sudah biasa pulang malam kalau ngantor,” putus Indah. “Jadi nggak masalah buat saya.” “Non—” “Besok malam, ya, Pak,” mohon Indah tidak sabar. “Kabari saya di mana dan jam berapa, biar saya bisa langsung ke sana. Please, Pak, please.” Bahar mengembuskan napas besar. “Kalau begitu, besok saya kabari kalau pulang dari rumah pak R

