Darwin menatap Wahyu yang tiba-tiba masuk ke dalam mobilnya, lalu duduk di sebelahnya dengan wajah tanpa dosa. “Sebentar, Rey.” Darwin menatap sopirnya dari kaca spion tengah mobil. “Jalan, Pak,” titah Wahyu pada sopir papanya. “Aku ikut papa pulang.” Rey berbalik. Menatap Darwin terlebih dahulu, untuk meminta persetujuan. Ketika pria itu mengangguk, barulah Rey kembali ke posisi semula dan mulai menjalankan mobilnya. “Ke mana April?” “Aku minta sopir om Budiman antar dia pulang.” Darwin sedikit memutar tubuh. Menatap ke bagian teras Budiman yang sudah ditinggalkannya. Karena tidak melihat Apri di sana, maka ia kembali ke posisinya dan berdecak. “Bicaralah,” titah Darwin mengerti dengan gelagat putranya. “Papa ke sini bukan cuma untuk ketemu om Budiman,” tembak Wahyu tanpa basa-bas

