Devan dan Hening cukup lama saling melumat bibir, dengan mata terpejam. Keduanya melepaskan kerinduan yang meluap-luap, tak peduli tertelan ludah yang bertukar. Sama-sama semangat berpagutan, dan tangan-tangan mereka yang sudah saling memeluk. “Mas.” Hening yang seolah tersadar, sedikit mendorong d**a Devan. “Kamu mau Daren?” tanya Devan cepat. Daren adalah satu-satunya alasan yang dia miliki agar bisa merebut hati Hening. Hening mengangguk lemah, dia memang menginginkan Daren. “Kamu mau aku?” tanya Devan dengan nada berat. Hening menelan ludahnya, menatap wajah Devan yang memohon dan sangat berharap, dan dia tidak bisa memungkiri perasaan yang ada di dasar hatinya, bahwa dia juga menginginkan Devan. “Aku … bagaimana dengan bu Arini?” Devan tersenyum lebar, pertanyaan Hening tentu s