Lalu jeda diam beberapa detik. “Hm … dua, Ning," ucap Devan bergumam. Hening mendelik, belum mengerti maksud Devan. “Hm?” “Anak kita dua di dalam perut kamu sekarang, jadi … tiga.” “Tapi Daren anaknya mbak Arini.” “Anak kamu juga.” “Tapi dia nggak semangat bertemu aku tadi. Mas.” “Dia sedang punya mainan baru. Maklumi saja. Daren memang begitu, terkadang aku dan Arini dicuekin, juga mama.” “Oh ya?” “Iya, jadi kamu nggak perlu khawatir. Anak-anak bahkan kita saja sebagai orang dewasa juga bisa berubah sikap.” Hening terdiam, dalam hati membenarkan pendapat Devan, dan dia pun jadi sedikit lebih tenang. “Mau apa sekarang?” tanya Devan setelah Hening yang tampak lebih tenang. “Apa, Mas?” “Laki-laki atau perempuan?” Hening tertawa renyah. “Apa saja,” katanya. “Pasti maunya peremp