Hening bertanya-tanya sendiri dalam hati, apa yang membuat Risma mendatanginya. Jantungnya berdegup keras, berharap Daren baik-baik saja. Dia memperbaiki penampilannya sebentar di depan kaca, dan bergegas menuju bagian depan cafe. Tapi, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, ibunya yang menghubunginya. “Halo, Bu?” “Ning, tadi barusan bu Risma telepon dan dia bilang mau bertemu kamu. Maaf, Ibu kirim alamat cafe kamu. Sepertinya penting, Ning. Suaranya kayak mau marah. Kamu hati-hati dan tetap jaga emosi ya, Nduk?” “Iya, Bu. Tenang saja.” Hening mematikan ponselnya dan bergegas ke tempat meja Risma. Dia sudah melihat Risma duduk ditemani Junaidi, sopir pribadi keluarga Devan. Hening berdiri dan menunduk saat menyapa Risma. Dia berniat mengulurkan tangannya menyalami Risma, tapi karena waja