“Apa hari ini kamu ada latihan lagi?” tanya Kenna. Bermuram durja di gerbang sekolah.
Diusap batok kepala gadis itu. “Kalau iya gimana, dong? Waktu untuk lombanya sendiri udah deket. Tiket juga udah dipesan. Kalau aku nggak all out akan jadi sia-sia semua, ‘kan?” tanya anak remaja laki-laki itu balik.
Kenna mengembungkan pipi. Menekuk bibirnya. Membuat wajahnya seperti kue mocha yang sangat lucu. "Ummph."
Liam reflek menutup mulut menyadari itu. “Hmp.” Berusaha menahan tawa agar tak sampai menyinggung perasaan gadis yang tampaknya sedang baper di hadapannya.
“Kok malah ketawa, sih?” tanya Kenna. Berintonasi sok marah. Sok tidak terima. Walau sebenarnya cara Liam menertawakannya juga ia cukup suka. Bagaimana, ya? Lucu, menggemaskan, buat jadi ingin makin disukai saja.
“Aku nggak ketawa, kok. Cuma mikir buat makin sering bikin kamu ngambek aja. Habis lucu banget, sih. Mukanya kok bisa jadi kayak bakpao baru mateng begitu, ya,” ledek Liam sembari mencubit lembut kedua pipi halus putih mulus Kenna.
“Khalau ghitu khamu khayak singkong yang bhelhum dhikhupas!” balas si gadis remaja. Sekali saja. Ia berharap Liam akan marah pada ledekannya. Tapi, percuma saja. Tampaknya laki-laki itu memang miliki hati separuh terbuat dari baja.
“Aha-kha-kha-kha,” tawa Liam sedikit panjang sampai hampir kehabisan nafas. “Belum dikupas, ya… Tapi, udah dicuci belum?” tanyanya belum kehabisan akal.
Kenna kerutkan lagi bibirnya. Ia tinggalkan anak remaja itu itu di dekat pos satpam. Saling melambaikan tangan.
“HATI-HATI YA, SAYANG!” teriak Liam sebelum berlari ke dalam gedung sekolah.
Kenna hanya bisa meremas dasi merah sekolah yang tengah ia kenakan. “Sayang… dia bilang?” tanyanya tak habis pikir. Betapa kuat medan gravitasi PHP Liam Parama itu.
Aku yakin kamu bukan tipe laki-laki yang hanya rajin mengumbar omongan. Tapi, jika kamu beneran sayang…
Lantas kenapa?
*
Sementara itu. Di ruang musik klasik yang seperti suatu auditorium dengan bangku penonton yang tersusun ke atas. Ishana tengah bersama Miss Raicheal. Membahas banyak hal selagi menunggu Liam mengantarkan “tuan puteri-nya” ke gerbang.
“Padahal kalau Liam mau ngantar Kenna pulang juga nggak akan ada masalah,” ucap Ishana tanpa sadar.
“Ngantar pulang kau bilang?” tanya Miss Raicheal, “Kau pikir aku nih pengangguran apa bisa kau suruh nunggu-nunggu orang pacaran seenaknya?”
“Liam sama Kenna itu belum pacaran kok, Miss Raicheal,” beritahu Ishana.
“Saya nggak peduli, sih. Asal jangan ganggu performa kalian aja. Kalian tau, ‘kan? Cinta itu hal paling destruktif di dunia. Kok banyak yang suka, sih?” tanya Miss Raicheal sambil menyilangkan dua tangan di bagian depan tubuh.
“Bisa jadi…” Ishana meletakkan biola yang tadi habis ia mainkan. Menghampiri Miss Raicheal di bangku piano. “…karena cinta itu manis. Seperti kismis. Seperti dosa. Seperti gula. Seperti pahala juga. Benar tidak?” tanyanya.
“Haaahh… Andai saya juga bisa merasakan manisnya cinta. Manisnya keindahan. Manisnya dosa juga gula.” Miss Raicheal menjatuhkan pelipisnya di atas deretan tuts. DHENG.
“Aku tebak Miss Rain pernah patah hati, ya?” tanya Ishana di belakang punggung Miss Raicheal.
“Apa urusanmu sampai berani beri saya pertanyaan seperti itu?” tanya Miss Raicheal dengan intonasi datar.
“Saya juga pernah patah hati sampai nggak bisa merasakan indahnya dunia lagi kok, Miss Rai,” ucap Ishana. Memulai sesi curhatnya. Ia merasa nyaman berbincang dengan Miss Raicheal. Tidak seperti dengan perempuan lain.
“Kalau yang mengucapkan manusia nyaris sempurna kayak kamu. Itu jadi susah dipercaya, ya,” balas Miss Raicheal.
Ishana duduk di bangku yang digunakannya menyetel biola. “Sempurna apa? Sebenarnya saya ini justru adalah orang yang paling cacat jika dibanding dengan anak seusia saya yang lain.”
“Ucapanmu merendahkan orang yang cacat betulan, lho,” ucap Miss Raicheal dengan tatapan sendu.
“Memangnya di dunia ini… ada orang yang tidak cacat?” tanya Ishana.
“Ada, dong,” jawab Miss Raicheal yakin.
“Siapa coba?” tanya Ishana meremehkan.
“Nabi Muhammad,” jawab Miss Raicheal, “Rajin-rajinlah kamu bersholawat untuk memohon syafaat.”
Ishana langsung mengayun-ayunkan tangannya. “Aduh, Miss, kalau itu mah ya udah jelas. Sama aja kayak nyuruh Liam bandingin Bunda Maria sama bundanya.”
“Kalau selain itu sih ya nggak ada. Kecacatan itu kan fitrah manusia,” koreksi Miss Raicheal. Ia melanjutkan, “Tapi, dibanding kecacatan yang biasa ada sama manusia biasa. Kamu itu sangat sempurna pakai sekali.”
“Lha saya kan memang sempurna tanpa cacat, Miss Raicheal. Kecacatan dan kekurangan yang saya punya itu cuma satu,” respon Ishana.
“Oh masih ada kekurangan juga ternyata kamu, ya? Ada apa? Apakah itu gerangan?” tanya Miss Raicheal.
Di kepalanya langsung terbayang seutas wajah Shania sang adik kembar identiknya. Tengah tersenyum lebar dengan wajah yang… t***l, maksudnya kurang intelek. “Lupakan saja, Miss Raicheal. Itu bukan hal penting yang harus dibahas juga.”
“By the way anyway busway ini kenapa Liam nggak sampai sampai ini ya…” geram Miss Raicheal menyebul-nyebul ujung hijabnya.
“Sekolah kita ini kan besarnya sekitar 3 hektaran, Miss Raicheal. Dan ruangan ini letaknya saja ada di pojokan. Sabar sedikit kenapa, sih,” ucap Ishana. Mengecek gawainya. “Ah, dia laper. Mau makan sore gratisan dulu di kantin Asrama Biru,” kutip Ishana dari pesan WA Liam.
“AAANNJJAAYY!” pekik Miss Raicheal sudah seperti orang kesetanan karena kesal sekaligus tak sabar.
“Oh iya, Miss Raicheal. Miss Raicheal yang punya Youtube channel RAI Eat ini?” tanya Ishana. Ia menyodorkan layar gawai. Yang tengah menampilkan tayangan orang makan banyak ditonton alias mukbang.
“Eh, iya, bener. Kok kamu tau, sih??? Saya jadi malu uhuhuhuhuu…” tanya Miss Raicheal sok tersipu-sipu malu dengan wajah yang di buat tengah menangis sendu.
“Saya nonton semua saluran Youtube channel yang kontennya para tukang mukbang yang ada di negara ini, sih. Suka banget kalau bisa lihat orang makan banyak dan sangat menikmatinya kayak mereka. Saya juga pengen jadi salah satu dari orang yang melakukan profesi semacam itu, kalau boleh jujur,” tatap Ishana berwajah melodrama.
“Kalau kamu mau…”
“MAAF YA MISS RAICHEAL, ISHANA, KARENA AKU SUDAH TELAT!” teriak Liam dari pintu masuk.
Detik itu juga Ishana langsung memalingkan wajah sambil berdecak kecil, “Cih.”
"Akhirnya datang juga kamu anak slebor," ucap Miss Raicheal pada kedatangan Liam yang sudah seperti jailangkung. Datang tak diundang datang datang ya datang saja sendiri. Tidak jelas memang anak itu.
"Siap Miss Raicheal cantik," puji Liam siap mengambil posisi di alat musik yang akan ia mainkan.
"Liam, Liam, Liam," panggil Miss Raicheal sambil menutupi dua lubang hidungnya.
"Yes, ada apa Miss Raicheal?" tanya Liam.
Miss Raicheal berkata, "Mulut kamu masih bau sayur yang habis kamu makan. Buruan cuci mulut dulu. Jangan masuk sini kalau mulut kamu masih ada bau makanannya," perintah wanita itu.
Liam langsung memasang wajah tak enak. Buru-buru keluar untuk membasuh mulut di kamar mandi.
Sementara di dalam ruang musik, Miss Raicheal dan Ishana tertawa geli menyadari sikap canggung Liam. Ia kadang akan lucu, kikuk, canggung, tapi semua akan tetap baik-baik saja.