Hilang dan Kembali

2057 Kata
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN PENULIS OLDHAAYUNIE(MARTINA) DAN TAP LOVE SEBAGAI JEJAK DAN SUPPORT CERITA INI. THANKS YOU! Happy Reading,  Cambridge-USA     Mariana  kembali menjalanin aktvitas nya sebagai mahasiswa .Dan selama tiga minggu, ia tak pernah mendengar kabar tunangannya."fokus mariana ,sibukkan dirimu jangan memikirkanya" sambil memukul tanganya sendiri. ketika selesai,Mariana  menatap pria yang telah lama menunggunya pulang didepan pintu kelasnya. "Sid" cicitnya sambil menyembunyikan cincin yang melekat pada jari manisnya. " Mariana" panggilnya, senang sambil mendekati Mariana yang tampak kebingungan. " Are you okay?" tanya Sid sambil memperhatikan dibelakang Mariana " ya, I"m okey" jawab Mariana sambi memamerkan senyum yang terpaksa. " Akhirnya kau kembali, aku merindukanmu sayang" ucap Sid sambil menyentuh pergelangan tangan Mariana yang tampak gemeteran. " ya-" jawab Mariana tersenyum kikuk. " Apa kau baik-baik saja?" tanya Sid lagi membuat Mariana tersenyum dan mengecup pipi Sid. " I'm okey baby" bisik Mariana , membuat pria itu  tersenyum puas. " Baiklah aku harus kembali" ucap Mariana dan pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban Sid.                                                                         ***     Selekas tiba di apartemen miliknya, Mariana langsung berlari menuju kamarnya karena tubuh dan pikirannya butuh istirahat. Membuka kamar yang gelap, tanpa menunggu lama ia bergegas membuka restleting dress yang ia kenakan hingga topless . menyirami tubuh dibawah pantulan shower, membuat tersenyum sekaligus kesal, karena terus memikirkan pria itu." I hate you" teriaknya dibawah pancuran shower. Puas dengan guyuran shower yang membasahi tubuhnya, seperti biasa Mariana langsung keluar tanpa menggunakan handuk untuk mengeringkan tubuhnya dan berjalan menuju ranjang, tubuhnya begitu lelah.   “Aku merindukan mu, Mrs Teixeira “ sontak Mariana berlari menutup tubuhnya dengan selimut dan memperhatikan seorang pria tengah duduk di pojokan, tempat favoritenya menghayal dan melepas penat. " Who are you?!" teriak Mariana, berpura-pura takut . Padahal ia kenal pemilik suara itu.  “Tunangan mu, marlon". Jawab Marlon sambil mendekati Mariana yang terduduk di ranjangnya.   “SEINGATKU, AKU TAK MEMILIKI TUNANGAN!" teriak Mariana, menahan marah.   “Tak perlu berteriak, aku ada tepat  didepanmu" jawab Marlon, sambil mengendus aromanya  kombinasi dari nuansa langit biru, udara pagi yang segar, dan matahari yang cerah, sabun yang sama dipakai ibunya, Fresh Life Bath and Shower. " Sejak kapan kau berada di apartemen ku?" tanya Mariana yang menahan gugup, ketika napas Marlon menerpa wajahnya," sangat dekat,sial!". " tiga jam lalu" jawabnya santai tapi mata tajam itu terus menatap wajah Mariana digelapnya ruangan itu. " Kau, pria b******k yang selalu beruntung melihat tubuh telanjangku " ucap Mariana, marah. Seketika Marlon tersenyum kecil," aku tak melihatnya,semua ruangan ini gelap " jawabnya santai, namun tangannya mengelus pipi Mariana . " Jangan berbohong, aku tau kau melihatnya. Lihat penerangan dari kamar mandi itu" tunjuk Mariana, membuat Marlon tersenyum. " Baiklah, aku melihat semuanya" jawab Marlon . " Marlon!!!" teriak Mariana menahan malu  sambil menutup wajah merah padam dengan bantal. "Kau baru menjadi tunanganku, tapi semua tubuhku terlihat olehmu, kyaaa!" teriak Mariana lagi. Sedangkan Marlon menatap gadis nya yang menahan malu, " Lebih cepat lebih baik, aku tak ingin menunda memiliki little Teixeria" " Keluarlah dari kamarku!". " Aku tak bisa, ada hal yang harus aku lakukan, sebelum aku meninggalkan mu" ucap Marlon membuat " Kau akan pergi lagi?" tanya Mariana yang tak sabaran. " Ya dan tidak" jawab Marlon dan berbaring diranjang milik Mariana. " itu bukan jawaban" ucap Mariana sambil berbaring disebelah Marlon, yang tampak kelelahan. " Jauhi orang yang tampak baik didepanmu, khususnya pria" bisik Marlon dan tertidur sambil memeluk tubuh Mariana. Sedangkan yang dipeluk, tampak penasaran. " apa maksudmu?" namun pertanyaan tak digubris oleh Marlon, dan tak lama ia mendengar dengkuran. " ah, pria ini , membuatku benar-benar gila" .                                                                                 *** ketika mata itu terbuka, Mariana mencari keseluruh ruangan, " Pria itu pergi lagi" ucapnya dan kembali berbaring.Namun, ia teringat sesuatu saat seseorang membisik kan sesuatu. " Aku pergi, tetap jaga hati mu. te amo" seketika Mariana menendangkan kakinya kesegala arah dan air mata itu jatuh begitu saja, menatap gelapnya malam ditambah hujan memperlengkap semua kegalauannya. " I HATE YOU, I HATE YOU-BUT I LOVE YOU b******k!". " KAU BASTRAD YANG MENJELMA PELINDUNG DAN PELENGKAP PATAH HATIKU !" teriak Mariana lagi. " KAU HARUS MERASAKAN, APA YANG AKU RASAKAN. LIHATLAH KAU AKAN MUKRA KETIKA MENATAP WAJAHKU!', ucap Mariana berjanji yang dihadari Hujan dan Petir dimalam itu.                                                                                                                  TE AMO   Tiga  bulan kemudian,  Janji yang ia buat, terbukti dalam waktu tiga bulan Mariana kembali dekat dengan Sid tanpa memperdulikan tunangannya sendiri.Namun, Mariana tetaplah Mariana yang selalu peduli dan khawatir tentangnya, " Where are you, b******k?, Aku berharap kau kembali walau saat ini aku membencimu" . Mariana tersadar, ketika deringan smartphone miliknya. Berharap pria itu mengabari kabarnya, namun yang diharapkan tidak sesuai . Ia begitu kesal sambil menekan tombol menjawab panggilan. “Hallo sweety,aku merindukan mu.ayo bertemu  “ Mariana  tersenyum, setidaknya ia tak mati berdiri di apartemen miliknya, ia sangat membutuhkan udara segar.  ”tentu, ayo kita bertemu, " jawab Mariana, senang. Memakai cardigan longgar yang dipadankan dengan denim membuat tubuh pendeknya terlihat tinggi, gadis itu tersenyum puas menatap pantulan dirinya dikaca, " Are you ready Mariana?" tanya-nya sambil mengenakan kaca mata hitam. Sid telah menunggu di depan pintu apartemen miliknya dan Mariana tersenyum terpaksa ,berharap pria didepannya adalah tunangannya sendiri. Namun semua itu hanyalah imajinasi yang tak nyata.                                                     Berharap dan Harapan Yang Tak Pasti Setibanya sampainya di Tatte Bakery & Cafe, Marian tersenyum puas menatap teman-temannya telah menunggu dan yang paling senang, akhirnya ia mencium aroma kopi dan berbagai hidangan yang enak. "Aku tak sabar, untuk mencicipi kalian" ucap Mariana sambil mengambil tempat duduk disebelah Sid. " Pesanlah yang kau mau" jawab Sid sambil memamerkan lesung dan ginsul, menambah kesan ganteng, " Marlon tetaplah terganteng buatku" .  Menyeruput kopi sambil tertawa, membuat mood Mariana kembali normal. Sedangkan Pria yang baru saja tiba di USA, harus menahan marahnya ketika mendapat sebuah berita tentang gadisnya, miliknya. " Siapkan mobil ku!" titah Marlon dengan wajah ganas membuat semua orang menunduk takut, mereka tak ingin bosnya kembali menjadi monster. Sambil membawa Koenigsegg CCXR Trevita dengan kecepatan tinggi, sesekali Marlon mengumpat dan marah. “s**t,berani-berani nya dia menyentuh milik ku !” Setibanya di apartemen milik keluarga Rios, Marlon bertemu dengan Farah, teman lamanya dan membuat marahnya  redah, Namun ia tetap khawatir dengan gadisnya tak muncul,kembali. Jangan berpikir buruk dulu, Farah hanyalah teman sekelas waktu SMP dan tak menyangka ia tinggal di apartemen Milik keluarga Rios.Berbincang-bincang sebentar sekadar untuk meredamkan amarah nya ,tak  lama  seseorang mendorong farah ,jatuh kedalam pelukan marlon.Semua orang melihatnya,  begitu juga dengan mariana yang baru tiba. Tanpa menunggu lama, Mariana terlihat cuek dan bergegas pergi dengan mengabaikan Marlon yang berteriak sambil mengejarnya .Hingga tiba di pintu apartemen miliknya. “WHO ARE YOU?" tanya Mariana, cuek. Sedangkan Marlon menatap tajam, gadis didepannya. " Apa perlu aku berteriak, menjelaskan status ku" jawab Marlon, santai tapi mata biru itu terus menatap tajam gadisnya. Mariana menekan tombol pada pintu, hingga terbuka dan bergegas masuk tanpa memperdulikan Marlon yang terkunci dari luar. Pria itu sudah menyadap seluruh kehidupannya, tak mungkin ia tak tau pasword pintu Apartement Mariana Rios. " Mariana" panggil Marlon ketika sampai dikamar gadisnya.Namun yang dipanggil tak menyahut sama sekali dan tetap memejamkan matanya. " Jelaskan Foto mu dengan pria b******n ini!" titah Marlon membuat Mariana membuka matanya, takut. Ia tersenyum, ketika menatap dirinya berciuman dengan sid" dan kau percaya?" tanya-nya balik. Membuat Marlon tak tahan akan amarah yang ia pendam sedari tadi. Wajah pria itu terlihat serisu, bahkan mata tajam itu terus menatap nyalang, mendekati Mariana yang bersandar pada ranjangnya. " Apa dengan cara kasar,baru kau menjawab ?" tanya Marlon tepat diwajah Mariana. “Aku tak melakukan apapun,hanya menemui nya. Dibandingkan dirimu yang sudah kudapati mengencani banyak gadis, puas? “ ucap Mariana sambil memalingkan wajahnya kearah jendela. “YANG KAU LIHAT ITU TAK BENAR, AKU ADALAH TUNANGANMU,MILIKMU! "  " DAN AKU TAK PEDULI, SEBENTAR LAGI CINCIN INI AKAN AKU LEPAS!" . "Sudah cukup !" ,Marlon  tak habis pikir dengan gadis didepannya, bahkan mendengar kata terakhir membuatnya benar-benar murka, " BAGAIMANA BISA AKU BERMAIN DIBELAKANG MU, KETIKA SEMUA PIKIRAN DAN HATIKU HANYA TERTUMPU PADAMU!," Teriak Marlon membuat Mariana benar-benar harus menghirup oksigen, baru kali ini Marlon berteriak didepannya. Tanpa menunggu lama, Marlon menggendong tubuh gadisnya membawa nya pergi. Semua orang menatap kedua orang itu dan Mariana harus menahan malu , bahkan beberapa orang mengabadikan moment . " Turunkan aku, Marlon!" rontak Mariana membuat Marlon menepuk b****g padat itu. Mata Mariana hampir saja keluar ketika terkejut tangan lancang pria itu menyentuh bokongnya, " aku malu " ucap Mariana membuat Marlon sedikit tersenyum. "  Kau sangat cocok jika di gendong seperti ini " ucap Marlon. " Mata mu!, kau menggendong ku seperti karung beras!, turunkan aku " teriak Mariana lagi. Hingga teriakan itu diganti dengan pekikan ketika Marlon memasukan dirinya kedalam Mobil dengan sedikit kasar. “Mari kita lihat," ucap Marlon sambil melaju kencang membuat Mariana harus menelan ludahnya, susah “Apa kau sudah gila !,aku tak ingin mati kuda, ralat muda !” teriak Mariana frustasi. “ Kita yang akan mati, aku tak ingin kau sendirian" " What?, kau ingin mati?" tanya Mariana, takut . Ditambah jalanan yang begitu sepi dan sekeliling dipenuhi Hutan. " Apa kau ingin mati bersamaku?" tanya Marlon lagi. " AKU TAK INGIN MATI MUDA-" "DAN AKUPUN SAMA. KAU DAN AKU BELUM BISA MEWUJUDKAN IMPIAN ITU" ucap Marlon datar. dan Mariana membuang wajahnya menatap kejendela, ia tak ingin Marlon menatap wajahnya merah. " Mau dibawa kemana aku?" tanya Mariana, pelan. namun matanya tetap fokus pada pemandangan dijendelanya. " Tempat dimana hanya kita berdua"                                                                                   *** Tiga jam kemudian, " Ah, pinggangku" ucap Mariana sambil memukul pinggang nya yang keram.Marlon membuka pintu mobil, dan menggendong Mariana membawanya ke sebuah Mansion Tua. Kemewahan selalu melekat pada diri Marlon, ketika sampai didalam istana yang sangat begitu mewah membuat mata Mariana melotot . hingga tiba disebuah kamar mewah dua kali lipat dari apartement miliknya, Marlon sangat berhati -hati menaruh Mariana diatas ranjang empuk. " Mau kemana kau?" tanya Mariana ketika Marlon meninggalkannya sendirian. " membersihkan tubuhku, apa kau mau ikut?". Sontak Mariana menggeleng pelan, " Cepat, aku takut sendirian" ucapnya lagi. membuat Marlon bergegas masuk kedalam kamar mandi. membutuhkan waktu dua menit, Marlon menaiki ranjang sambil memeluk tubuh Mariana . " Te amo" bisiknya tepat ditelinga Mariana. " Dirumah siapa ini?" tanya Mariana melawan kegugupan pada dirinya. " Sean Rios, kakak mu" jawabnya. " aku bahkan tak pernah tau" " Karena ia menyembunyikannya, diatas sana kita dihadapkan  langsung  dengan banyak gedung pencakar langit dan salah satunya adalah apartement Rios". " terus?, apa hubungannya" tanya Mariana balik. " karena dari sini,ia bisa memata matai dirimu". " Are you kidding?, itu sangat lah jauh" jawab Mariana sambil menatap wajah tampan Marlon. " terserah kau mau percaya ataupun tidak, intinya tak ada yang mustahil jika Sean yang memegang". Dan Mariana menghela napas, " dan aku sebagai tawanan" bisiknya. " Bukan tawanan, hanya perlindungan dari musuh" jawab Marlon, dan tangannya mulai lincah menyentuh kulit dan beberapa area sensitif milik Mariana. " aku masih marah padamu, Marlon!". " Kau cemburu?" " Are you kidding, Mariana Rios tak pernah cemburu," seketika  Marlon terdiam. ”Aku rasa hubungan ini tak akan berjalan dengan lancar, dan cincin in-". Marlon langsung menyambar bibir yang ia rindukan selama tiga bulan, " Jangan mengatakan itu, aku  akan benar-benar patah hati". dan Mariana langsung melumat bibir sesekali ia menempelkan kedua bukit itu, membuat Marlon mengerang.  “Tidurlah ,aku tau kau sangat lelah,bersiaplah menjadi korban penculikan” ucap Marlon. “Damn!, kau memang gila," jawab Mariana sambil menghirup oksigen dengan rakus. “aku memang tergila gila padamu.Te amo" bisiknya dan tertidur.                                                                                                                                  ***   " Marlon " panggil Mariana . " Hm," mata tetap tertutup. " Apakah Sid yang mengedit foto itu? seingatku aku hanya hampir jatuh dan ditangkap olehnya. Ah, tak mungkin dirinya, ia sangat baik " " Jangan membicarakanya didepanku!" " aku hanya memberitahu mu" " PUTUSKAN DIA!" Dan Mariana tersenyum sambil membelakangi Marlon yang tampak marah. Ciuman mendarat dilekukan lehernya, "Uncle  m***m!" " Aku calon suamimu, bukan Uncle mu, Gadis manja" protes Marlon Entah kenapa mendengar kata manja, membuat Mariana marah," aku bukan gadis manja, aku wanita dewasa”jawab ku. " Really?" tanya-nya balik. " Gadis manja ini yang membuat dirimu tertarik pada tubuh dan diriku" bisik Mariana. Seketika Marlon tertawa sambil memeluk tubuh gadisnya. “Aku penasaran, Siapa yang memotret foto itu?" tanya Mariana lagi.  “Entah lah,aku akan mencari tau". " Tidurlah, besok akan sangat menguras tenaga mu" bisik Marlon sambil merapatkan pelukannya.                                         "Berpura-pura baik, itu hanyalah topeng saja"                                                                 MARLON TEIXEIRA                                                                              
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN