Flashback on
Hana  memperhatikan  Ratu yang sibuk mengaduk-aduk sarapan yang dipersiapkannya tapi sejak  tadi Ratu tidak menyendokkan ke dalam mulutnya. Hana mencoba mengingat  sejak kapan Ratu terlihat aneh. Biasanya Ratu sangat ceria dan juga  riang tapi dua bulan ini anak gadisnya itu lebih banyak melamun dan juga  jarang makan, tubuhnya semakin kurus dan cahaya di wajahnya seakan  sirna.
"Kamu kok nggak makan sih?" tanya Hana sambil menyuap nasinya. Ratu melihat Hana lalu menggeleng pelan.
"Ratu nggak nafsu  makan Ma, perut Ratu mual dan suka muntah kalau diisi makanan," balas  Ratu. Hana kaget dan meletakkan sendok yang ada di tangannya dan menatap  Ratu. Meski dia yakin Ratu tidak akan melakukan hal yang dilarang, tapi  tetap saja Hana merasa kuatir dengan pergaulan anak sekarang.
"Haid kamu kapan terakhir datang?" tanya Hana pelan agar Ratu tidak merasa diinterogasi. Ratu seperti berpikir panjang.
"Hmmm kapan ya, sudah  lama kayaknya nggak datang," balas Ratu yang masih tidak tahu kenapa  Hana menanyakan datang bulannya. Ratu pikir tamu bulanannya belum datang  karena stress memikirkan kejadian naas yang menimpanya beberapa bulan  yang lalu.
"Selesai makan kita  ke rumah sakit," ajak Hana yang cemas dengan keadaan Ratu. Hana berusaha  menafikan pikiran jelek tentang Ratu yang kemungkinan sedang hamil,  karena dia yakin Ratu bukan anak seperti itu. Ratu yang merasa tidak  enak badan memilih mengikuti keinginan Mama-nya.
Hana dan Ratu melanjutkan kembali sarapannya. Ribuan pertanyaan membuat membuat selera makan Hana hilang.
Beberapa jam kemudian.
Setibany di dokter  kandungan, Hana berdoa agar ketakutannya tidak menjadi kenyataan. Bagi  dia Ratu masih anak-anak dan belum saatnya hamil dan tidak boleh hamil.  Masa depan Ratu masih panjang dan tidak boleh hancur karena aib.
"Keluarga Nona Ratu,"  teriak suster dari pintu ruang pemeriksaan. Hana langsung masuk dengan  jantung berdetak cepat. Sebelum dokter memberitahu hasil pemeriksaan,  Hana sudah langsung jatuh ke lantai saat melihat layar monitor   menunjukkan kalau Ratu sedang hamil.
"Ma ... aku kenapa?" tanya Ratu setelah melihat Hana menangis di lantai ruang dokter kandungan. 
"Ya Tuhan! Kenapa kamu melakukan itu!" teriak Hana dengan nada kecewa dan juga hancur.
"A ... aku kenapa?" tanya Ratu tak kalah panik.
Hana  diam dan tidak menjawab pertanyaan Ratu di depan dokter dan perawat  yang memeriksa kondisi Ratu. Hana lalu berdiri dan menyambar tas  punggung milik Ratu yang tergeletak di atas kursi.
"Kita pulang," ajak Hana dengan wajah sangat marah.
"Ada apa ma?" Ratu yang tidak tahu kenapa Hana sangat marah hanya bisa diam.
Sesampainya di rumah.
"Kamu  ... kamu hamil! Ya Tuhan Ratu! Umur kamu masih lima belas tahun Nak.  Kenapa kamu bisa seperti ini, bilang sama Mama siapa ayahnya?" teriak  Hana dikamar Ratu. Ratu menegang mendengar kata hamil dari mulut Hana,  semua rahasia akhirnya terbongkar. Rahasia yang selama sepuluh tahun ini  dia simpan sendiri dan akhirnya hari ini diketahui orang tuanya.
"Ampun Ma, maafin Ratu." Hana melihat Ratu memohon ampun di kakinya dan Hana langsung memeluk Ratu yang ketakutan. 
"Ceritakan, apa yang  sebenarnya terjadi." Hana masih berusaha mengorek informasi dari mulut  Ratu. Ratu masih diam dan hanya bisa menangis, lidahnya kelu memberi  tahu Hana tentang pelecehan yang dialaminya sejak usia lima tahun.
Tangis Ratu, tangis  Hana dan juga Jasmine membuat kamar Ratu penuh kesedihan. Raja yang baru  pulang dari kantor dan mendengar wanita kesayangannya menangis langsung  berlari masuk ke kamar Ratu. Raja melihat Ratu dan Hana berpelukan di  lantai sedangkan Jasmine menangis sendirian di atas ranjang. Raja  langsung menggendong Jasmine dan menenangkan anak bungsunya itu.
"Sayang, kalian kenapa?" tanya Raja. Hana melihat Raja dengan airmata bersimbah.
"Ratu ... ya Tuhan!"  Hana menjambak rambutnya dan melihat kegusaran di wajah Hana membuat  Raja semakin bingung dengan apa yang terjadi.
"Ratu kenapa?" tanya Raja.
"Dia hamil! Hamil!"  Raja hampir saja menjatuhkan Jasmine setelah mendengar perkataan Hana.  Raja menggelengkan kepalanya dan merasa Hana sedang membohonginya.
"Ampun Pa, maafin  Ratu." Ratu kemudian bersimpuh di kaki Raja dan Raja masih tidak percaya  walau dari kata-kata Ratu sudah jelas kalau Hana tidak sedang  menggodanya.
"Kamu lagi ngegodain  aku kan sayang? Ratu nggak mungkin hamil dan dia masih lima belas  tahun," kata Raja yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi  dengan anak kesayangannya. 
"Ini benar sayang!  Aku yang mengantar dia ke dokter tadi, aku curiga seminggu ini dia malas  makan dan selalu mual-mual. Aku wanita dan aku tahu dia sedang hamil.  Dokter bilang dia hamil dua bulan," sambung Hana masih dengan nada  bergetar. 
Berita  ini bagaikan mimpi buruk bagi keluarga besar Raja dan Hana. Raja  mengepalkan tangannya untuk menampar Ratu, tapi melihat keadaan Ratu  yang shock membuat Raja membatalkan niatnya.
"Anak siapa!" teriak  Raja kasar. Hana lalu  mengambil Jasmine dari gendongan Raja dan membawa  Jasmine ke kamarnya. Amarah Raja sangat menakutkan dan Hana tidak mau  Jasmine mendengar amukan ayahnya.
Ratu diam dan tidak  menjawab pertanyaan Raja, Ratu takut jika nanti Hana dan Raja  mengusirnya dari rumah dan tidak menganggapnya anak lagi. 
"Papa nanya siapa  ayah anak itu!" Emosi Raja semakin tidak terkendali, dia sangat marah  dan mencari  keberadaan Rendra untuk mengorek informasi siapa saja  lelaki yang dekat dengan Ratu.
"RENDRAAA!" teriak Raja, tapi  orang yang dicarinya sama sekali tidak muncul.
"SUSANNN!" teriak Raja lagi, Susan datang dengan wajah ketakutan.
"Rendra mana?" tanya  Raja sedikit membentak. Wajah Susan berubah menjadi ketakutan. Susan  tahu apa yang telah menimpa Ratu, malam itu tanpa sengaja dia melihat  Rendra keluar dari kamar Ratu tapi karena takut dia memilih untuk diam.
"Rendra pergi pak  sejak semalam, kemarin Non Ratu mengusirnya," balas Susan. Bulu kuduk  Raja langsung berdiri, perasaannya tentang kepergian Rendra yang  mendadak membuatnya yakin jika ayah dari anak Ratu adalah orang terdekat  di rumahnya. Rendra yang diangkatnya sebagi pengawal Ratu adalah orang  kepercayaan yang disewanya untuk menjaga Ratu.
"Jangan bilang ... ya  Tuhan Ratu, Rendra kah ayah anak itu?" tanya Raja dengan nada tinggi  dan penuh paksaan. Awalnya Ratu tidak menjawab tapi kemarahan Raja  membuat Ratu akhirnya mengangguk takut. Hana langsung pingsan mendengar  jawaban Ratu.
"Kapan ... sejak kapan dia berani menyentuh kamu? Dia memperkosa kamu? Jawab Ratu!" tanya Raja dengan nada keras.
"Sudah lama Pa ...  sejak aku kecil," balas Ratu dengan terisak-isak dan tidak sanggup untuk  melanjutkan kejadian tragis yang dia alami semenjak kecil. Pelecehan,  sentuhan, dan ciuman Ratu terima dari lelaki dewasa sejak usianya lima  tahun sampai kejadian tragis itu terjadi dua bulan yang lalu. Rendra  memperkosanya dengan keji di rumahnya sendiri, di kamarnya sendiri dan  menghancurkan mimpi indahnya tentang masa depan.
Raja meninju cermin  yang ada di kamar Ratu, hatinya hancur melihat masa depan Ratu hancur  akibat ulah dirinya. Berulang kali Hana memperingatkan tapi dia  bersikeras mempertahankan Rendra dan ternyata kepercayaannya dibalas  dengan pelecehan dan p*********n yang kini menghasilkan anak di rahim  anaknya yang baru berusia lima belas tahun.
"Maafin saya Pak,  saya akan tanggung jawab atas semua yang telah saya perbuat." Suara  Rendra di belakang Susan membuat Raja naik pitam. Raja langsung  menghampiri Rendra dan menghajarnya tanpa ampun. Teriakan Susan untuk  menghentikan usaha Raja membunuh Rendra tidak berhasil. Rendra pasrah  dipukul Raja karena memang ini kesalahannya, matanya hanya memandang  Ratu yang ketakutan di sudut kamar.
"b******k! Aku akan membunuhmu b******n!"
Bughhh
"Tuan, Non  Ratu pingsan," teriakan Susan membuat Raja menghentikan pukulannya dan  melihat Ratu bersimbah darah setelah mengiris tangannya dengan pisau  cutter.
****