9

2133 Kata
Cherry menggigiti bibirnya. Hujan deras mengguyur Jakarta sejak sejam yang lalu. Dan Cherry juga Nico masih sama-sama menunggu mobil sekolah mereka menjemput. Beberapa murid sekolah lain yang ikut dalam acara lomba debat bahasa Inggris tersebut juga masih memenuhi lobby. Ponsel Nico berdering menandakan sebuah panggilan masuk dan nomer ponsel ma'am Rossa lah yang muncul. Dengan kilat Nico mengangkatnya menyisakan Cherry yang menatapnya dengan tatapan penasaran. "Ya, ma'am?" "Apa? Oh, iya ma'am." "Mm, mending gausah deh ma'am. Malah jadi repot nantinya. Saya dan Cherry nanti pulang naik taksi aja, jadi gak perlu balik ke sekolah." "Iya, ma'am." Cherry yang merasa namanya disebut-sebut semakin melebarkan telinganya untuk mencuri dengar, namun dengan cepat panggilan itu berakhir dan Cherry juga dengan cepat menarik dirinya. Matanya melirik Nico, namun lelaki itu masih sibuk dengan ponselnya dan sama sekali tidak mau membuka obrolan dengannya dan membuat Cherry gemas. Busetdeh ini orang juteknya kebangetan, untung gue suka. "Kak—" "Hm?" Cherry menelan lagi semua kata-katanya. Mendengar nada datar super dingin keluar dari mulut Nico benar-benar membuatnya kehabisan kata-kata. "Gak jadi deh." Kata Cherry sambil mengusap lengannya. Ia pikir, seharian bersama Nico ini bisa membuahkan sebuah hasil meskipun sedikit. Tapi boro-boro hasil, Nico melirik padanya saja tidak. Jangankan untuk bertanya seputar dirinya. Padahal hari ini entah sudah berapa banyak kalimat yang Cherry lontarkan tetapi bahkan, berapa kali Nico bicara pun sepertinya masih bisa dihitung. Cherry bingung kenapa cowok yang punya tampang datar, kekurangan asupan ekspresi, jutek dan galak itu justru sangat menarik untuknya. Cherry sendiri juga bingung. Tidak mungkin ia bisa jatuh cinta dengan cowok ini kalau semua beralasan karena sikap cowok itu karena sudah jelas-jelas sikap cowok itu tidak ada baik-baiknya. Kalau dari tampang? Tidak juga, pasalnya masih banyak cowok yang sepertinya lebih tampang dibanding Nico, tidak usah jauh-jauh, senyuman Arif dan wajah badboy Dika bahkan sebenarnya lebih menarik. Tetapi entah kenapa hatinya seolah terus menuntun Cherry kepada Nico. Cinta memang tidak punya alasan. Hari itu Cherry diantar kakaknya ke sekolah naik mobil, jadi dia tidak memakai sweater dan lupa membawanya. Dan karena hujan yang cukup lebat, juga seharian ini Cherry berdiam di dalam ruangan bersuhu rendah membuat dirinya kedinginan. Dan sialnya, Nico, yang notabennya cowok dan kakak kelas malah enak-enakan dengan jaket birunya. Cherry hanya bisa tersenyum masam. "Kita gak bakal dijemput, mobil sekolah mogok di perjalanan kesini tapi masih jauh. Tadinya ma'am Rossa mau jemput pake taksi tapi gue bilang gak usah biar ga repot. Lo balik sama gue naik taksi." Cherry sontak menganga. Oke, ini kalimat terpanjang kedua yang Nico ucapkan padanya hari ini. Mau tidak mau bibir Cherry berkedut, tersenyum. "Denger gak?" tanya Nico galak karena Cherry malah menatapnya dengan tatapan berbinar dan bibir senyum-senyum. Cherry mengerjap terkejut. "Eh iya-iya!" Nico lalu melirik ke arah hujan yang masih deras. Dia dan Cherry sama sekali tidak membawa payung dan sejak tadi tidak ada taksi yang masuk ke lingkungan kampus tempat mereka berada, mau tidak mau Nico memesan lewat ponsel. "Taksinya udah on the way." Cherry lantas menggaruk kepalanya karena bingung harus merespon apa dan Nico pun bicara tanpa melihat kearahnya. Beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah duduk bersebalahan di kursi belakang taksi. Cherry semakin merapatkan pelukannya terhadap tubuhnya sendiri yang kedinginan, sedangkan Nico masih asyik dengan ponselnya. "Pak, acnya boleh dikecilin?" tiba-tiba suara Nico menginterupsi keheningan yang terjadi didalam taksi. Cherry lantas menoleh ke arah Nico. "Oh, iya mas. Dingin ya?" "Hm." Cherry tiba-tiba tersenyum, jangan-jangan Nico tau sejak tadi ia kedinginan. Hehehehe peka juga ini cowok es. "Saya emang gak tahan sama udara dingin pak." Ekspetasi Cherry langsung hancur berkeping-keping begitu mendengarnya. Sialan, kirain demi gue. Cherry lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan merutuk saat sadar ia lupa mengubah mode sinyalnya menjadi off selama ia mengikuti acara debat sehingga ponselnya itu hampir kehabisan baterai. Dengan daya baterai yang hanya tinggal lima persen Cherry mengecek aplikasi Line dimana sudah dipenuhi pesan dari ibunya, abangnya, Kania dan Dika. Mama: Dek, kamu pulang jam berapa? Mama: Dek, kalau mau dijemput telfon mama aja. Davirgo Putra: Dek, kamu balik jamber? Line abang aja ya entar. Kikania Arleta: Cher, buku tugas mtk lo ada di gue ya! Mahardika: Cherr, kangen gangguin lo deh. Disana lagi apa? Mahardika: Cherr, gue lagi makan bakso nih, lo disana makan enak ya? Mahardika: CHERRY BUAH ASEM WOY Mahardika: Woilah gak di read, emang gak ada istirahatnya apa? Mahardika: CHERRYYYY GAK ADA YANG BISA DICONTEKIN BAHASA INGGRIS NIH. Mahardika: Cherr, gue jemput ke sana ya? Daerah kuningan kan? Mahardika: Udah bel nih, lo kelar jamber? Gue kesana ya! Mahardika: Kejebak ujan! Mahardika: Cherry dimana? Gue lagi neduh di kfc pasar festival. Cherry terbelalak saat melihat pesan terakhir Dika. Sahabat cowoknya itu ternyata sudah hampir sampai ke tempat lombanya dan sekarang sedang berteduh. Cherry lalu melirik jalanan yang tampak ramai ditambah hujan deras yang mengguyur. Cherry juga melirik ke arah Nico dengan wajah gusar. Ia menggigit bibir bawahnya lalu dengan cepat mengetikkan balasan untuk Dika namun ponselnya keburu mati total. "Aduh! Gak bawa powerbank lagi." Katanya cukup kencang membuat Nico melirik kearahnya. Mata Nico dan Cherry bertemu. Cherry memasang wajah segusar mungkin tetapi wajah Nico masih saja datar. Lalu tanpa mau repot-repot bertanya Nico malah membuang muka dan kembali menatap ponselnya. Cherry menggeram. Cowok ini benar-benar tidak peka! "Kak, boleh minjem hape?" tanya Cherry setelah memberanikan diri. Nico sama sekali tidak menjawab dan masih mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Mau ngapain?" akhirnya Nico bersuara. "Nga—ngabarin temen." Nico menatapnya. "Temen? Disaat kayak gini harusnya lo ngabarin keluarga lo." Katanya ketus. Cherry memberengut. "Tapi—" tiba-tiba ponsel hitam milik Nico sudah berpindah ke atas pahanya. Dengan cepat Cherry mengambilnya dan membuka aplikasi Line. Cherry sedang tidak berfikiran untuk memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menggeledah ponsel Nico. Fokus tujuannya hanyalah Dika. Beruntung Nico dan Dika itu berteman dekat. Yah, walaupun fakta tersebut juga baru diketahui Cherry setelah ia berteman dekat dengan Dika. Nico Anugerah: Dik, ini gue Cherry. Nico Anugerah: Dika sori, hape gue barusan dalem tas terus tadi mati pas mau bales. Nico Anugerah: Dik lo sekarang dimana? Tidak lama sebuah balasan masuk. Mahardika: Hm. Gue masih di kfc. Cherry menganga. Lalu ia melirik Nico sejenak dan mengetikkan balasan lagi. Nico Anugerah: Dasar bego! Yaudah gue kesitu! "Pak, kita ke pasar festival dulu sebentar." kata Nico membuat Cherry yang masih menunggu balasan Dika terkejut dan menatapnya. Dika pasti bilang ke kak Nico deh. Duh, nanti dia jadi mikir macem-macem lagi. Begitu masuk ke kawasan pasar festival, hujan sudah agak reda menyisakan gerimis namun gerimis cukup deras. Taksi pun menghentikan lajunya dan Nico meminta taksi menunggu sejenak. "Kak—lo tau Dika nungguin disini?" tanya Cherry sambil mengikuti langkah Nico yang menuju gerai kfc. "hm. Gue udah nyuruh dia balik daritadi, sebelum ujan gede tapi dia ngotot." Cherry menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kadang dia tidak mengerti dengan sikap Dika. Keduanya masuk dan mulai menelusuri setiap penjuru kfc untuk mencari sosok Dika dan keduanya menemukan Dika duduk di sisi jendela. Di mejanya sudah ada satu gelas kosong bekas mocca float dan segelas lagi yang isinya masih setengah, piring berisikan tulang-tulang ayam dan bungkusan nasi, piring lain berisi kentang goreng. Sepertinya Dika sudah cukup lama bertengger disana. "Woy, Dik!" sapa Nico sambil menepuk bahu cowok itu. Wajahnya sudah sesuram cuaca diluar. "Lama banget, kampret." Kata Dika sinis. Cherry menghampiri Dika dan melayangkan pukulan dilengannya. "Ngeselin! Ngapain coba nungguin gue disini hah!" Nico melirik Dika dan Cherry yang terlibat adu mulut, meskipun adu mulutnya tidak dalam konteks sebenarnya karena Dika menanggapi Cherry dengan candaan. Tetapi ada yang berbeda dari wajah Dika yang selalu menampilkan ekspresi jenaka, hari itu Nico dapat mendapati wajah Dika yang tampak kesal namun ia tahan. "Co, pesen makan gih!" kata Dika saat sadar sudah mengacangi sahabatnya. "Hm. Gue mau beli tapi take away, taksi gue nungguin." Dika mengernyit. "Hah? Kok?" "Gue Cuma mau nganterin Cherry kesini. Udah ya gue mau mesen dulu, kasian supir taksinya nunggu." "Yang ada elo kasian, argonya kan jalan! Ehtapi orang kaya mah bebas." Nico menepak sekali jidat Dika dan meninggalkan cowok itu yang masih memegangi lengan Cherry disampingnya. Cherry lalu langsung melepaskan tangannya dari pegangan Dika dan mengejar Nico ke tempat pemesanan. "Gue juga mau mesen ah laper!" katanya sebelum sempat ditahan Dika. Dika mendengus melihat wajah Cherry yang berseri-seri saat mengejar Nico. Dia baru sadar kalau Cherry benar-benar menyukai sahabatnya. Dan sialnya, hatinya sakit mengetahui fakta tersebut secara langsung. "Kak, boleh bareng gak mesennya?" tanya Cherry sambil berdiri dibelakang Nico. Mengingat antrian cukup panjang dan dengan menyatukan pesanan akan mengurangi sedikit waktu. "hm." Yes, bisa pamer nih ke Kania. "Saya pesen box meal sama mango floatnya satu, lo pesen apa Cher?" NICO NYEBUT CHER!!! FOR GOD's SAKE IT'S THE FIRT TIME IN FOREVER. "Cher." Cherry terkesiap. Dengan cepat ia memelototi papan menu dan sedikit mencondongkan tubuhnya untuk melihat lebih jelas. Gerakannya itu tanpa disangka membuahkan pertemuan bahunya dan bahu Nico. "Ehh—eum itu sama deh." Nico mengedikkan bahunya acuh lalu mengulang pesanannya. "Iya mba jadi dua, tapi yang satu take away, yang satu makan disini." "Bonnya digabung atau dipisah?" "Pi—" "Gabung aja." Cherry menolehkan kepalanya ke arah Nico, namun cowok itu tidak menatap ke arahnya dan sedang mengeluarkan dompet. Nico meletakkan selembar uang seratus ribu dan menunggu pesanannya dibuatkan. Satu pesanan milik Cherry diletakkan diatas nampan sedangkan milik Nico didalam plastik. Lalu keduanya berpisah. "Eh kak gue ganti disekolah ya uangnya, dompet gue di tas soalnya." Nico menggeleng. "Gausah, woles aja." Cherry mengerjapkan matanya. "Eh tapi—" "Udah ya, gue balik. Bilang ke Dika gue duluan." Nico lalu berjalan pergi keluar gerai kfc meninggalkan Cherry bengong dengan nampan ditangannya. Perlahan bibirnya tersenyum. Namun tiba-tiba ia teringat dengan benda yang hari ini belum sempat ia berikan kepada Nico. Dengan cepat ia berlari ke arah mejanya dimana Dika duduk lalu meletakkan nampan berisi makanannya dan menyambar kantung plastik yang terjejal di dalam ranselnya. Dengan segera Cherry berlari mengejar Nico yang sedang berjalan menuju taksinya menunggu. Dengan segera Cherry berteriak. "Kak Nicoooo!!!" Nico lantas menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Cherry sedang berlari ke arahnya membawa kantung plastik putih. Hampir saja cewek itu terpeleset karena lantai koridor yang licin terciprat air hujan. Clumsy banget ini cewek. Pikir Nico. "Apa?" tanya Nico saat Cherry sudah berdiri dihadapannya. Cherry lalu memasang cengirannya dan menyodorkan kantung plastik putih tersebut ke arahnya. "Jalanan kan pasti macet banget. Gak mungkin kan lo makan nasi di mobil, ya tapi terserah sih Cuma ini—" Cherry menarik nafasnya sejenal lalu kembali melanjutkan. "—Ini harusnya gue kasih tadi pagi, tapi gue lupa hehehe. Nih, kali aja lo laper dijalan nanti bisa diganjel. Hati-hati di jalan ya kak!" lalu Cherry langsung berbalik dan berlari kembali ke dalam gerai kfc tanpa menunggu respon Nico. Bukannya malu atau gugup tetapi Cherry menghindari terjadinya penolakan yang biasanya akan Nico lontarkan. Jadi memilih aman Cherry mending langsung lari. Namun tanpa disangka Nico berteriak membuat langkah Cherry terhenti. "Thanks!" lalu cowok itu berbalik dan berjalan cepat menuju taksinya. Cherry merasakan hatinya berbunga. Bibirnya perlahan tersenyum. "Tuhkan, gue yakin dia gak sejutek itu." Dan Cherrypun melangkah kembali ke meja dimana Dika sedang memperhatikan keduanya dengan senyuman miris. *** "Dik, jaket lo gue cuci dulu ya. Terus lo pake jaket abang gue aja dulu, udaranya masih dingin bekas ujan!" kata Cherry seraya melompat turun dari motor Dika begitu motor itu berhenti tepat didepan rumahnya. Dika terkekeh. "Apaansih woles, Dika mah strong." Cherry memutar matanya. "Apaan, gak yakin gue sama badan cungkring lo itu. Tadi aja lo menggigil dijalan." "Makanya gue nyuruh lo meluk kan!" "Bukan mukhrim!" seru Cherry sambil memukul lengan Dika dan cowok itu justru tertawa semakin lebar. "Tunggu bentar ya gue ambil jaket bang Virgo dulu." Ujar Cherry seraya melangkah ke dalam namun tangan Dika menahan lengannya. Cherry memutar untuk menatap Dika dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa?" "Lo suka sama Nico?" tanya Dika to the point. Cherry sempat terkejut sejenak namun detik berikutnya dia tertawa lebar. "Yaelah, udah bukan rahasia lagi. Satu sekolah juga hampir tau deh kayaknya! Gue kan sampe sering dikata-katain sama kakak kelas!" kata Cherry seolah semua itu sama sekali tidak mengganggunya. Tanpa Cherry sadari senyum dibibir Dika sudah hilang dan rahangnya mengeras. "Dan lo tau gue sahabatnya Nico?" Cherry mengangguk. "Tau sih, gue kadang liat lo kalo lagi nyamperin kak Nico, hehe terus kan di Ignya kak Nico jug—" "Jadi lo mau temenan sama gue karena gue sahabatnya Nico? Biar lo bisa gampang deketin dia?" Cherry mengernyit. "hah?" Dika menggertakan giginya. Entah kenapa mendengar semuanya ia seperti ditusuk dari belakang. Dadanya sakit dan nyeri, merasa terkhianati. "Jadi itu motif lo mau sahabatan sama gue. Hahaha." Cherry semakin mengernyit. Dia tidak mengerti sama sekali maksud ucapan Dika, kenapa tiba-tiba cowok itu menuduhnya begitu? "Enggaklah Dik, gue—" "Terserah lo dah Cher, gue gak perduli lagi." Dan Dika langsung menggas motornya meninggalkan Cherry yang masih terdiam dengan wajah bingung. "Lah, apaansih! Pernah ngomongin soal kak Nico ke dia aja enggak! DIKA JELEK DASAR!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN