D U A

2773 Kata
     Nabilla sudah rapi dengan sweater baby blue dan celana jens hitam panjang nya. Ia mengepang satu rambut nya di belakang, Setelah itu ia memakai sneakers kesayangannya yang bewarna baby blue serasi dengan sweater yang ia kenakan. "BILLA CEPAT TURUN BRIYAN SUDAH NUNGGU!" Teriak mamanya dari bawah.  Nabilla segera mengambil tas nya dan bergegas keluar kamar. Di lihat nya Briyan dengan tampang seperti biasanya yaitu muka temboknya, yang ingin sekali Nabilla hancurkannya segera. Mukanya tampak serius membaca buku di tangannya yang Nabilla ketaihui bahawa itu buku miliknya.  Bahkan saking seriusnya sampai-sampai Briyan tidak sadar kalau Nabilla sudah berada di situ. "Ehem!" Suara Nabilla mengagetkan Briyan. Dengan cepat Briyan langsung menutup buku yang ia baca dan meletakkan kembali di atas meja. "Yuk." Hanya kata itu lah yang keluar dari mulut Briyan. "Mama! Billa berangkat dulu." Teriak Nabilla karena mamanya sedang ada di belakang. "Iya sayang hati-hati, salam buat tante Deta!" Sahut Renata.      Di dalam mobil suasana menjadi sangat hening, tak ada pembicaraan di antara mereka. Nabilla sibuk dengan fikiran nya sedangkan Briyan tengah fokus menyetir. "Btw kok lo mau jemput gue? Harus nya lo tuh jangan mau." Ucap Nabilla memulai pembicaraan. "Gue gak suka bantah perintah nyokap." Jawab Briyan membuat Nabilla diam seketika. Ia tidak menyangka kalau masih ada anak yang nurut banget sama orang tua cowok pula. Dia saja yang cewek sering sekali membantah perintah orang tuanya. Setelah itu hening sampai mereka sampai di rumah besar milik orang tua Briyan. Nabilla mengekori Briyan dari belakang memasuki rumah tersebut. Di dalam Deta menyambut kedatangannya dengan hangat. Ia sangat senang Nabilla datang ke rumahnya. Berbeda dengan Briyan yang bersikap acuh dan langsung meninggalkan mereka dan lebih memilih rebahan di sofa ruang tengahnya sambil membaca buku super tebalnya lagi dan lagi. Deta mengikuti arah pandang Nabilla yang tertuju pada Briyan. "Ya begitu lah Bill keseharian dia tiap hari, bergaul sama buku terus gak pernah mikir yang lain. Hangout sama temen-temen nya aja nggak pernah." Jelas Deta. Nabilla hanya menanggapinya dengan anggukan kepalanya saja. Ia baru tahu bahwa Briyan besikap begitu di mana saja dan kapan saja. "Bill kamu mau nggak bantu tante buat kue gitu, tante ada resep baru soalnya." Ajak Deta. Nabilla pun mengangguk semangat. Ia sangat suka dengan acara masak-memasak terutama membuat kue seperti ini. "Mau tan mauuu bangettt." "Yaudah kamu tunggu sini bentar ya tante mau keluar dulu beli bahan-bahan dulu soalnya semuanya habis." "Billa ikut ya tan." Pinta Nabilla, ia tidak mau di tinggal sendirian dengan Briyan yang sedari tadi diam tanpa ekspresi. "Kamu di sini aja sayang sama Briyan. Yan sini temenin Billa." Dalam sekejap Briyan langsung bangun pada posisi nya dan menghampiri mereka yang berada di ruang tamu. "Yaudah kalian baik-baik ya, mami gak akan lama kok." Setelah itu Deta pergi keluar rumahnya. Suasana hening menyelimuti mereka saat ini. Briyan yang sudah sibuk lagi dengan bukunya seakan tak menganggap keberadaan Nabilla saat ini. Bahakan Nabilla seperti sedang berada di suatu ruangan dengan patung hidup semacam Briyan. Nabilla yang notaben nya tidak suka dengan keadaan seperti ini pun beranjak keluar untuk sekedar mencari angin. "Mau kemana lo?!" Tanya Briyan datar. "Mau keluar, males berduaan sama patung!" Jawab nya ceplas-ceplos. Briyan tak menanggapi ucapan Nabilla barusan. Ia sudah terbiasa dengan julukan tembok, patung, dan kulkas karena sifatnya yang datar dan dingin itu. Nabilla duduk di teras rumah Briyan. Ia baru sadar bahwa suasana di rumah Briyan sangat asri, banyak tanaman hias dan bunga-bunga di pekarangan rumah. "Ngapain lo di sini masuk sono." Suara datar Briyan mengagetkan Nabilla yang sedang sibuk mengamati rumah Briyan. "Males di delem enakan di sini." "Barusan mami WA gue katanya dia masih ada urusan bentar jadi pulangnya agak lama." Jelas Briyan. "Yaelah terus gue mau ngapain dong di sini, aturan tadi gue gak usah dateng." Sungut nya kesal. Bisa stres dia kalau terus-terusan bersama si patung. Briyan hanya mengangkat bahunya acuh dan meninggalkan Nabilla masuk ke dalam rumahnya. "Dasar patung!" Ucap Nabilla kesal. Lalu ia mengikuti Briyan masuk ke dalam rumah nya dengan ogah-ogah ogahan. Di dalam Briyan masih betah dengan buku-buku nya, hanya posisi duduk nya saja yang berubah di bawah. Nabilla sampai bingung, ngidam apa tante deta dulu pas hamil nya Briyan. "Eh lo ajarin gue fisika dong." Briyan menoleh ke arah Nabilla dan mengangkat satu alis nya. "Gue?" "Bukan! Tembok Berlin!" Ucap nya kesal sambil duduk di samping nya "Ohh." Ingin rasanya ia melempar vas bunga di depannya ke kepala Briyan yang super tengil itu. "Lo di kasih makan apa sih sama tante Deta! Heran gue!" "Nasi."    Nabilla menggeram kesal, ia langsung mengambil tas nya dan beranjak dari duduk nya. "Mau kemana lo!" Ucap Briyan. "Mau balik! Tekanan batin gue di sini terus!" Briyan ikut berdiri dan membereskan bukunya setelah itu mengambil kunci mobilnya.  "Yuk." "Lo mau anter gue?." Ucap Nabilla sambil menunjuk diri nya. "Mau buang lo!" Ucap Briyan kesal setelah itu berjalan keluar terlebih dahulu. "Lah kok gue di tinggal." Ia segera berlari mengejar Briyan yang sudah membuka pintu mobil nya.      Kali ini suasan hening kembali menyelimuti mereka. Suasana yang begitu menjengkelkan bagi Nabilla.  Untuk mengusir rasa bosan nya Nabilla menatap ke luar jendela mobil, Matanya tak sengaja melihat penjual gulali berwarna-warni di pingggir jalan. Matanya pun langsung memancarkan binar bahagia melihat itu. "Briyan stopp!!" Teriaknya. Sepontan Briyan langsung menginjak rem nya mendadak membuat mereka terdorong ke depan.  "Apaan sih lo!" Ucap Briyan kesal dengan tingkah Nabilla. "Mundurin mobil lo gue mau itu." Nabilla menunjuk penjual gulali yang sedang melayani pembeli nya. Dengan kesal Briyan memundurkan mobilnya mendekati penjual gulali tersebut. Nabilla pun memekik kegirangan dan segera turun dari mobil. Briyan hanya memandang Nabilla kesal melihat tungkah nya yang super kekanak-kanakan itu. Sambil menunggu Nabilla datang ia menyempatkan untuk membaca buku nya yang sudah ia siap kan di mobil. Pintu mobil nya terbuka, Nabilla datang dengan 4 gulali sekaligus dengan warna yang berbeda-beda. "Yann gue nggak bawa dompet!" "Terus?" "Bayarin." Ucap nya tanpa dosa. Briyan hanya bisa mengelus dadanya menghadapi sepesies seperti Nabilla. Dia merogoh saku celananya mengambil uang 50 ribuan. "Nih bayar sono!" Ucap nya sambil memberikan uang tersebut pada Nabilla. "Temenin gue terlanjur malu." Ucapnya sambil cengengesan. Briyan menggeram kesal dan membanting bukunya.  Nabilla satu-satunya wanita yang membuat nya sekesal ini. "Cepetan!"  Mereka keluar mobil bersama setelah itu menghampiri penjual gulali tersebut. "Berapa pak semua?." Tanya Briyan.  "20 ribu mas." Jawab pedagang tersebut. Briyan memberikan uang nya pada penjual tersebut. "Kembaliannya buat bapak aja." Setelah itu mereka berjalan ke mobil lagi. Di dalam mobil Nabilla asyik dengan gulali-gulali nya. Ia sibuk memasuk-masukan gulali itu ke mulutnya sambil berfoto.  "Yan hadap sini." Ajak Nabilla mengarahkan kamera nya ke wajahnya dan Briyan. Namun Briyan sama sekali tak menanggapi atau pun merespon ucapan Nabilla. "Ihhh gak asik banget sih lo!" Nabilla menghentak-hentak kan kaki nya kesal merasa diabaikan. "Lo mau mati bareng?" Ucap nya datar, setelah itu fokus pada ja  Nabilla langsung diam seketika mendengar jawaban Briyan. Ia malu sekali gus kesal pada nya. Tak lama kemudian mobil Briyan telah memasuki pelataran rumah Nabilla. Briyan menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Nabilla. Dengan perasaan yang masih kesal Nabilla mengambil sisa gulali nya dan membuka pintu mobil. "Thanks!" Ucapnya sebelum menutup pintu kembali. Tanpa menjawab Briyan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Nabilla. ****       Pagi-pagi sekali Nabilla telah sampai di sekolah nya karena tugas fisika yang sama sekali belum ia kerjakan. Ia mondar-mandir di depan kelas nya menunggu kedua sahabat nya yaitu Soffi dan Dilla yang tak kunjung datang. Sampai akhirnya ia melihat Briyan dengan kedua temannya berjalan ke arahnya.  Ia berfikir kenapa tidak meminta bantuan Briyan saja agar bisa membantu mengerjakan tugasnya yang super WOW. Namun gengsi nya terlalu tinggi untuk meminta bantuan Briyan. Jarak Briyan pun semakin dekat dengan posisi nya berdiri saat ini. Akhirnya demi tugasnya Nabilla mau menurunkan gengsi selangit nya itu. Ia menghampiri Briyan, membuat kedua temannya ikut berhenti. "Gue mau minta tolong." Briyan menghentikan langkah nya dan mengangkat sebelah alisnya tak peduli. "Ngomong sama gue?" Nabilla menggeram kesal mendengar jawaban yang di lontarkan Briyan "Nggak! Sama kucing!" "Oh, yuk gaes!" Saat Briyan akan melangkah, dengan cepat Nabilla menarik tangan Briyan. Demi tugas nya yang gaswat abis, ia menurunkan sedikit ego dan gengsu nya "Please kali ini aja bantuin gue!" ucap nya final. "Apa!" Jawab nya ketus. "Bantuin gue ngerjain tugas." "Aduh Yan tawanan lo minta bantuan tuh." Goda Jerry sambil tertawa. "Apa lo! Sana pergi gue butuh nya Briyan bukan lo!" langsung saja Nabilla menarik tangan Briyan masuk ke dalam kelas nya "Apaan sih lo narik-narik gitu!" ucap Briyan tak terima sambil mennarik tangan nya dari cekalan Nabilla. "Abis nya Tom and Jerry lo ngeselin banget." Nabilla pun dengan terburu-buru mengeluar kan semua bukunya. "Cepet sini ajarin gue!" Briyan bedecak kesal karena sikap Nabilla yang sangat memaksa. Dan dengan terpaksa pula Briyan duduk di samping Nabilla dan langsung membuka buku tugas milik Nabilla. Hanya dengan sekali baca saja briyan sudah langsung mengerjakan soal-soal fisika yang terlalu banyak teori. Sedangkan Nabilla hanya memandang Briyan dengan muka cengo nya saja. Dalam hatinya ia berkata 'tante Deta ngasih makan Briyan apaan sih bisa pinter gitu? Buku di bakar terus di minumin kali ya?' "Jaenab!! Demi apa lo lagi berduaan sama diaa? Lo udah ada something felling?!" Teriak Soffi dan Dilla yang baru saja masuk ke dalam kelas nya dan langsung menyerbu bangku nya. "Bisa diem nggak!!" ucap Briyan dan Nabilla bebarengan. "Upss! Sorry, hehe. ." ucap mereka sambil mengacungkan kedua jari nya. "Sono-sono pergi, nggak gue contekin lo berdua kalau nggak pergi." Ancam nya sambil mengibas-ngibaskan tangan nya. "Iye Nab gue tau kalau lu mau berduaan sama dia kan." Ejek Dilla setelah itu berlari keluar kelas bersama Soffi.  "GUE TAMPOL LO!" Teriak Nabilla melebihi toa' masjid. Saking tidak tahannya dengan teriakan Nabilla, Briyan menutup kedua telinga nya dengan tangan. "Sekali teriak gue pergi sumpah!" "Udah ini terakhir." Setelah Nabilla benar-benar diam Briyan kembali mengerjakan soal-soal yang semakin sulit di mengerti. Dengan wajah seriusnya Briyan mencermati setiap soal di hadapan nya. Dengan enak nya Nabilla menopangkan kepalanya pada tangan kanan nya sambil melihat Briyan mengerjakan soal. Bahkan Nabilla baru menyadari kalau ternyata wajah Briyan jauh lebih tampan kalau sedang seserius begini. Ia tak membayangkan kalau ia bisa melihat wajah Briyan yang seperti ini setiap hari. Namun dengan cepat ia membuang fikiran nya itu jauh-jauh. "Udah puas liatin gue nya!" ucap Briyan di depan wajah Nabilla membuatnya kaget sekaligus malu tertangkap basah telah menikmati wajah Briyan yang begitu menyejukkan.      "Eh! A-aaa siapa yang liatin muka lo, pd abis lo orang gue lagi liatin cicak juga!" ucap Nabilla salah tingkah sambil menunjuk-nunjuk tembok. "Serah!! Tuh udah semua." ucap Briyan setelah itu langsung berdiri dari duduk nya dan segera keluar dari kelas Nabilla yang panas nya ngelebihin neraka karena teriakan dari para fens nya yang sudah terlihat berjejer rapi di kelas Nabilla. "MAKASIH!! SERING-SERING BANTUIN GUE." Teriak nya kencang agar Briyan yang sudah di depan kelas nya dengar. Ia pun juga tak peduli dengan teman-teman sekelas nya yang menatapnya tidak suka karena dekat-dekat dengan Briyan. "Dasar munafik! Dulu aja bilang nya nggak suka, tapi apa sekarang malah caper gitu!" Ucap salah satu teman Nabilla yang memang sudah sangat mengidola kan Briyan.  Nabilla menatap teman nya tajam "Kenapa! Nggak terima lo? Serah gue dong emang masalah buat lo!!" Jawab acuh tak acuh dan langsung meninggal kan kelas karena malas berhubungan dengan geng chilli di kelas nya.            Mood Nabilla pun sudah sangat hancur karena ucapan Jihan tadi, seperti biasa saat mood nya hancur seperti ini tempat yang selalu Nabilla kunjungi yaitu 'kantin'  Soal nya di sana ia akan menemukan hal-hal yang bisa mengembalikan mood nya lagi yaitu, dengan makan super pedas dan minuman yang super segar. Dengan itu saja mood Nabilla akan kembali seperti sediakala. Setelah memesan makanan ia langsung menuju tempat pojok tempat di mana ia biasa duduk, setelah itu memasang earphone di telinganya sambil menunggu makanan nya datang. Tak lama kemudian pesanannya pun datang. Ia memesan mi setan level 6 yang cabe nya hampir 20 biji dalam satu porsi nya dengan 2 jus mangga beserta 1 botol air mineral. Kebiasaan Nabilla bila mood nya sedang jelek, ia akan berubah menjadi pemakan segala seperti ini. Sebelum memakan mi nya, Nabilla mengaduk-aduk mi nya yang sampai berwarna sangat merah karena saking banyaknya cabe.       Saat mi nya tinggal setengah, muka nya pun juga sudah seperti terbakar. Bahkan minuman nya hanya tinggal satu gelas jus mangga saja.  "Nabilla!" Teriakan kedua teman nya yaitu Soffi dan Dilla mengagetkan nya. "Apaan sih! Ngagetin aja kepedasan nih gue!" Nabilla menggebrak mejanya kesal setelah itu meminum jus mangga yang sudah tinggal setengah sampai habis. "Gila lo sumpah, bu Krisna udah di dalem kelas ogeb! Lo malah enak-enakan makan di sini." ucap Dilla panik.  Nabilla yang sedang kepedasan tak bisa merespon ucapan Dilla, kedua telinganya ikutan panas karena mi setan yang ia makan. "Dill beliin gue minum cepet gak nahan sumpah." suruh Nabilla sambil mengibas-ngibas kan tangan nya di wajah nya. Ia sudah seperti cacing kepanasan, wajah nya pun sudah sangat merah keringatnya juga sudah bercucuran. Sedangkan Dilla dan Soffi juga ikut panik sendiri melihat Nabilla seperti itu. Dengan segera Dilla berlari membeli minum untuk Nabilla, sedangkan Soffi mengeluarkan kipas lipat dari sakunya dan ikut mengipasi Nabilla. "Nih Bill!" Dilla datang membawa dua botol air mineral dan langsung di teguk sampai habis oleh Nabilla. "Anjir pedes banget sumpah." "Lo sih mentang-mentang cabe turun beli makanan di pedesin aja." ucap Soffi. "Abisnya si Jihan cabe busuk pagi-pagi udah bikin gue naik darah aja." ucap Nabilla. "Yaelah mulut nya Jihan aja lo masukin hati." "Vangke lu! Kita di tunggu bu Krisna ogeb!" Dilla menggebrak meja setelah membaca chat dari salah satu teman sekelasnya kalau bu Krisna sedang mengamuk karena ketidak hadiran mereka di kelas nya. Soffi yang juga lupa dengan tujuan awal mereka kesini menepuk jidat nya. "Matilahh kita udah 20 menit lebih bisa di cincang sama bu Krisna."  "Pasrah gue sumpah, sekarang perut gue udah panas banget bentar lagi pasti mules-mules." ucap Nabilla sambil mengusap perut nya yang sudah terasa sangat panas.  "Yaudah yuk balik semoga bu Krisna langsung baik pas liat muka imut gue." ucap Dilla dengan pd nya. "Serah Dill serah!! Malu gue punya temen kek lo." ucap Soffi setelah itu berdiri dari duduk nya dan langsung berjalan meninggal kan kantin bersama Nabilla. "Tunggu woy!" teriak Dilla setelah itu berlari menyusul mereka berdua. Saat sudah sampai di depan kelas, nyali mereka ciut seketika saat mendengar suara bu Krisna yang sedang marah-marah di dalam kelas nya. "Sof masuk duluan, takut gue." ucap Dilla sambil mendorong tubuh Soffi. "Nggak berani gue, bolos aja yuk sekali-kali dari pada kenak omel bu Krisna." ucap Soffi. Terdengar helaan nafas Nabilla. "Cupu banget sih kalian, paling-paling bu Krisna juga nggak ngapa-ngaoain kita paling pol kita nggak boleh ikut pelajaran nya satu jam." ucap Nabilla santai dan langsung mengetuk pintu kelas mereka yang setengah tertutup. "maaf kita telat bu." ucap Nabilla dengan tenang, berbeda dengan Soffi dan Dilla yang terlihat ketakutan di belakangnya. "Dari mana saja kalian! Sudah tau kan jam berapa biasa nya saya masuk kelas?!" suara lantang bu Krisna sangat memekikkan telinga mereka.  "Maaf bu tadii---"         "Nggak usah ikut pelajaran saya! buang-buang waktu saja! Waktu nggak bisa di kembaliin, uang bisa di kembalikan kalau waktu? Sampai lebaran monyet pun kalian nggak bakalan bisa balikin waktu yang kalian buang! Jadi belajar lah menghargai waktu!" semprot bu Krisna panjang. Sudah menjadi resiko nya mempunyai guru yang terlalu di siplin seperti bu Krisna. "Iya bu sekali lagi kami minta maaf." ucap Nabilla sopan. "Kami permisi dulu." setelah itu Nabilla membalikkan badan nya dan segra pergi, ia malas berurusan terus menerus dengan bu Krisna. Ia rela masuk ruang BK dari pada berurusan dengan bu Krisna. Di sepanjang koridor menuju lapangan belakang tak henti-henti nya Soffi dan Dilla mendumel karena tidak bisa ikut pelajaran bu Krisna yang materi nya secepat kilat. Nabilla menghentikan langkah nya dan berucap "Bisa diem nggak!" sentak Nabilla kesal, dengan gerakan refleks mereka berdua langsung menghenti kan langkah nya. "Maaf bil." ucap mereka sambil cengengesan melihat muka horor Nabilla. Tanpa menjawab Nabilla langsung melanjut kan langkah nya lagi karena sudah terlanjur kesal. Sesampai nya di sana Nabilla duduk di tribun paling atas sambil melihat kelas sebelah olahraga. Mata Nabilla tak sengaja melihat jerry dan juga Tommy yang sedang futsal dengan teman-teman nya, namun ia tak menemukan Briyan. Mata nya kembali menelusuri seluruh lapangan, sampai akhirnya berhenti saat melihat lelaki yang berjarak beberapa meter dari nya tengah fokus deangan buku di tangan nya. "Hayoo lagi liatin siapa lu." goda Soffi yang tak sengaja mengikuti pandangan Nabilla. "Gitu ya sekarang, diem-diem liatin cogan." imbuh Dilla membuat Nabilla semakin malu karena tertangkap basah tengah memandangi Briyan. "Lu berdua apaan dah, siapa yang lagi  liatin Briyan orang gue nggak sengaja liat juga." elak Nabilla dengan gugup. "Iya in deh biar cepet." Jawab Dilla membuat nya kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN