Frans duduk santai di ruang keluarga dengan laptop terbuka di pangkuannya, sementara Celine masih sibuk merapikan beberapa dokumen kerja yang ia bawa pulang. Sejak insiden di kantor, Frans benar-benar berubah. Ia semakin menempel pada Celine, semakin protektif, dan semakin berusaha menunjukkan bahwa hanya istrinya itu yang penting baginya. Sore itu Frans menutup laptop dengan tegas, lalu menatap istrinya yang duduk tidak jauh darinya. “Sayang,” ujarnya dengan nada serius tapi lembut, “aku sudah pikirkan banyak hal. Aku sadar selama ini aku terlalu banyak membuatmu kecewa. Jadi kali ini aku mau menebus semuanya.” Celine mengangkat wajah, sedikit heran. “Apa maksudmu, Frans?” Frans tersenyum, lalu menggenggam tangan Celine erat. “Aku ingin kita bulan madu. Bulan madu yang sebenarnya. Buka