"Oh, Tuhan ... kau sangat cantik Alea." Bunda Yuli tidak bisa berhenti terharu ketika bisa melihat anak perempuan yang telah ia besarkan itu dalam balutan kebaya putih yang sangat cantik. Air matanya terus meluncur jatuh ketika memeluk tubuh ramping Alea. "Oh, Tuhan ... beruntung sekali pemuda itu." Alea memang sangat cantik, bahkan tanpa riasan tebal pun dia juga sangat cantik. Rambutnya juga hanya di sanggul sederhana dengan sedikit menyamping dan beberapa helai dibiarkan jatuh alami. Pipinya terus merona kemerahan dan bibir penuhnya di hiasi senyum lembut meskipun dia sedang sangat tegang dan telapak tangannya terus berkeringat. "Pemuda itu juga sudah datang, dia sangat tampan. Dia akan menjadikanmu miliknya dan kau akan segera menjadi seorang istri." Bunda Yuli menangkup pipi Alea d