Walaupun Alea pikir dirinya sudah tidak mau perduli, tapi saat mengetahui vonis atas ayahnya ternyata Alea tetap tidak sanggup untuk membendung air matanya yang tetap meluncur jatuh. Tuan Anmar mengambil remote televisi dari tangan Alea dan mematikannya. "Sebaiknya jangan dilihat." Alea berpaling menghindar untuk buru-buru menghapus jejak air matanya. "Andai aku bisa membantu, tapi aku memang tidak bisa melakukan apa-apa untuk hal ini." Tuan Anmar ikut duduk dan menyentuh punggung Alea. "Ayahku memang bersalah dan pantas mendapat hukuman." Alea tahu tidak akan ada yang bersimpati pada terpidana korupsi dan hukuman itu memang layak atas kejahatan yang telah diperbuat ayahnya. Tapi Alea hanya seorang anak, walaupun dia juga tidak sedang baik-baik saja tapi tetap saja dia tidak bisa men