" Maaf pak, Keynal sudah di bebas sejak satu tahun yang lalu "
"A .. apa?. Jadi, dia bebas ?" Suara berat dan juga gelisah di tunjukkan melalui wajah nya yang mengeras.
"Iya, saya sudah mengecek nya sendiri ke sana, dan sipir itu mengatakan kalau Keynal mendapatkan penangguhan karena sikap baik nya " ujar seseorang yang sedang di telfon oleh Daffa.
Daffa memejamkan kedua matanya, jantung nya berdebar tidak nyaman. Ketakutan nya semakin menjadi. Setelah memastikan semua dan mendapat informasi yang sudah akurat, ia memutuskan sambungan telfon nya. Duduk dengan tatapan kosong di kursi di balik meja kerja nya.
Veranda..
Aku harus apa ?
Apa aku kembali kehilangan mu ? Bisa kah untuk kali ini kamu memilih ku ?
Ucap nya dalam hati, matanya menoleh pada bingkai foto yang memang sengaja ia letakkan di sudut meja kebesaran nya. Ada dua figura foto di sana. Satu figura berisi foto diri nya, Veranda, Cio dan Shania. Lalu satu lagi, foto diri dan Veranda. Ia meraih foto Ve bersama nya. Menatap dengan penuh pengharapan pada foto nya. Di sentuh nya wajah Ve dengan jari nya.
"Aku mencintai mu, Ve. Sangat.! " gumam nya sendiri. Matanya berkaca , dan mengatakan ungkapan itu dengan begitu tulus.
Ia meletakkan kembali foto itu, dan menghempas keras punggung nya pada sandaran kursi itu. Memejamkan kembali kedua matanya dengan kuat. Rahang nya semakin mengeras, menelan ludah nya dengan begitu susah payah.
Harus kah kita bersaing, Key ?
Dulu loe menang telak ? Tapi, bagaimana dengan kali ini ?
Arghhh...
Daffa mengusap kasar wajah nya, lalu menatap dengan tegas pada meja. Setelah menimang sesuatu, ia pun langsung beranjak dari kursi nya dan melangkah keluar dari dalam ruangan itu.
***
"Ma.. " panggil Cio, saat ia membuka pintu kamar Mama nya, ia melirik ke segala arah. Tapi, tidak menemukan sang Mama di dalam kamar itu. "Mama !" Panggil nya lagi, kini sambil melangkah semakin masuk kedalam.
"Mama kemana sih ? Masa keluar ?" Gumam nya sendiri.
Tidak menemukan sang Mama di kamar, Cio pun kembali keluar. Ia berjalan menuju dapur dan menemukan Bi Inah yang sedang mencuci piring.
"Bi, liat Mama, gak ?" Tanya Cio, berdiri di samping wanita paruh baya itu.
"Eh, den. Kayak nya tadi ibu keluar. Ada acara sama temen - temen nya " jawab Bi Inah.
"Oh.. makasih Bi. Yaudah, Cio balik ke kamar deh. Lanjutin aja Bi " lanjut Cio, ia pun kembali berjalan keluar. Menaiki anak tangga menuju lantai dua.
Langkah nya terhenti saat melewati kamar sang Kakak. Di lirik nya kedalam kamar yang pintu nya tidak terlalu tertutup. Ia melihat Shania berdiri di depan lemari sambil menatap selembar foto, mungkin. Karena Cio tidak terlalu bisa melihat dengan jelas.
"Kak " panggilan Cio, mengagetkan Shania. Gadis cantik dalam balutan baju rumahan itu langsung buru - buru memasukkan foto itu kedalam laci meja paling bawah. Membuat Cio harus mengerutkan dahi dengan heran.
Foto siapa itu ?
Kenapa Kak Shania, menatap nya seolah sangat sedih.?
Batin Cio dengan penasaran.
"Bisa gak sih, masuk ngetuk dulu!" Ketus Shania, ia menatap tidak suka pada adik nya yang sedang berdiri di pintu.
"Maaf, itu foto siapa kak ?"
"Bukan siapa - siapa !" Jawab Shania masih dengan ketus.
"Bukan siapa - siapa kok di simpen ?" Tanya Cio, masih penasaran.
"Apa sih, sana pergi. Mau tau banget urusan orang !" Ucap Shania, ia mendorong adik nya keluar dan kemudian menutup pintu dengan sedikit kasar.
"Galak banget sih!. Gitu aja pelit. " gumam Cio, sambil mendelik. Dan ia pun berjalan menuju kamar nya yang berada paling ujung.
"Kira - kira itu foto siapa ya " gumam Cio, masih penasaran.
***
Di balik meja bar, Keynal berdiri sambil mengerjakan pekerjaan nya. Ia meracik minuman - minuman pesanan tamu yang datang.
Malam ini, bos nya menyuruh dirinya bersama tiga rekan nya untuk bekerja di bar salah satu hotel. Karena, sedang ada sebuah pesta yang sedang di ada kan oleh seseorang yang berperan penting di club malam tempat Keynal bekerja.
Ia terlihat sangat serius meracik minuman nya.
"Boleh juga " ucap seorang wanita cantik, dalam balutan gaun minim.
Ia sedang berdiri di dekat tangga menuju lantai dua. Bersama dengan satu teman nya yang tidak kalah cantik dengan nya. Keduanya sedang memperhatikan Keynal, yang sedang memberikan minuman pada tamu yang duduk di depan meja bar.
Setelah puas, ke dua nya berlalu menuju ke sudut ruangan. Melewati lantai dansa, hingga tiba di satu set sofa hitam. Di sana sudah ada beberapa teman nya yang sedang mengobrol atau bercanda ria sambil menikmati pesta dan minuman mereka. Salah satunya, Jessica Veranda Dwiki.
Ia terlihat sangat anggun dan cantik dalam balutan dress ketat yang membentuk lekukan tubuh sintal nya yang ramping. Tidak kalah dengan para model vitoria screat. Dengan riasan wajah yanh natural namun semakin terlihat cantik. Ranbut panjang yang ia blow bagian bawah nya ia satu kan di sebelah kanan, sehingga mengekspose bahu polos dan mulus kiri nya.
"Jani, " pekik, si wanita yang baru saja tiba dan langsung duduk di hadapan Veranda.
"Arlita, apa sih? Loe kayak cacing kepanasan aja " ujar gadis dalam balutan gaun mini dan cukup terbuka.
"Loe dapat dari mana, bartender ganteng dan hot banget itu ?" Ujar Arlita, ia menujuk ke arah bar, di mana Keynal sedang melayani para tamu yang sedang memesan.
Ve ikut melihat, tapi para tamu yang sedang menikmati musik yang sedang di main kan oleh DJ membuat nya sedikit kesulitan.
"Maksud loe, Bartender dengan muka tanpa ekspresi nya itu ?" Jawab Jani,
"Ya!. Gila dia hot banget. Cool gitu !." Ujar Vanya. Wanita yang tadi datang bersama dengan Arlita.
"Namanya, Keynal " jawab Jani, dan saat itu lah, mata Ve dapat melihat dengan jelas sosok Keynal, pria yang mengenakan topo hitam di kepala nya itu sedang berbicara dengan teman kerja nya.
Ve diam, ia melirik pada tiga teman nya yang duduk di sebrang nya dengan tenang. Masih biasa saat melihat Arlita dan Vanya begitu heboh.
"Ar, mending jangan deh. Loe liat Kimberly? Pergelangan tangan nya harus terpaksa di urut, karena Kim berani menyentuh wajah doi " ujar pria yang duduk di samping Veranda, dengan gaya dan aksen kemayu nya.
"Masa sih ?" Tanya Arlita, tidak percaya. Ia beralih pada wanita yang sedang duduk bersama seorang pria yang merangkul nya dengan mesra. "Beneran, Kim ?"
"Ya, gue rasa dia homo, deh. " ucap Kimberly dengan ketus. Ia menepis kasar tangan pria yang sedang mengelus paha mulus nya. "Masa, dia gak bereaksi apapun waktu gue nempelin diri ke badan nya " lanjut Kimberly dengan kesal.
"Berarti, doi doyan nya yang batangan dong, ueh.. bisa deh, buat eke .. " saut Pria kemayu itu kembali.
Dan semua nya hanya bisa memutar bola matanya dengan malas. Termasuk Veranda, ia kembali melirik pada Keynal, dan senyum miring nya tercetak.
Ia meraih gelas minuman nya, dan meneguk nya sedikit.
"Gimana kalau kita taruhan, !" Ucap Jani. Semua nya menoleh. Seolah bertanya apa ?.
"Nakluk 'in bartender itu " lanjut Jani, lagi.
Semua tampak berfikir, kecuali tiga pria yang bersama mereka. "Taruhan nya apa ?" Tanya Veranda dengan nada biasa aja. Bahkan wanita dua anak itu terlihat begitu tenang.
"Wooo.. gue fikir loe gak akan tertarik, Ve. Oh.. jelas loe bakal tertarik. Bartender itu jauh lebih seksi dari Daffa Brantigas " ujar Arlita dengan nada menggoda nya.
"Oke, untuk malam ini mari kita lupakan pasangan kita dulu. Mari kita taklukkan si bartender itu. Yang bisa nakluk 'in doi, gue kasih deh, 10 persen saham di hotel gue, ini " ujar Jani, dengan tenang dan serius.
Tawaran yang sangat menggiurkan bagi semua nya. Dan, Veranda bahkan kembali menyungging nya senyuman nya.
Ia duduk dengan santai, bahkan kini menumpu kan kaki kiri di atas kiki kiri nya. Memamerkan paha mulus nya, membuat para pria harus rela menelan ludah nya.
"Deal "
***
"Vodka, satu "
Keynal menoleh pada si empunya suara. Lalu mengangguk, ia berlalih kebelakang nya. Mengambil sebotol minuman. Mengabaikan tatapan Arlita yang sedang menelanjangi nya dengan tatapan nya.
"Ini " ucap Keynal, ia meletakkan gelas yang sudah ia isi minuman pesanan tamu nya.
"Thanks" ucap Arlita dengan kerlingan nakal nya. Tapi, Arlita tidak beranjak, ia meneguk minuman nya, dengan matanya melirik pada Keynal yang sedang membersihkan gelas.
"Kau, baru ?" Tanya Arlita, tiba - tiba. Keynal menoleh. Ia diam sejenak, menatap datar pada wanita cantik di depan nya.
"Ya " jawab nya singkat dan tidak ada ekspresi.
Arlita, menggeram. Keynal seolah tidak sama sekali memperdulikan nya. Bahkan melirik saja tidak.
"Mau kerja sama gue ? Kebetulan gue punya..."
"Saya di panggil, sorry " sela Keynal, dan kemudian berlalu pergi.
Arlita semakin mengerang kesal. Ia menatap kesal bukan main pada Keynal. Dan meneguk minuman nya dalam sekali teguk.
Sedangkan di meja sudut ruangan, teman - teman nya sudah menertawakan nya. Bahkan saat ia tiba mereka masih menertawakan Arlita.
"Model kita di tolak, hahaha " ucap Artigas, pria yang duduk di samping Jani.
"Gue setuju sama loe, soal dia Homo!" Ketus Arlita duduk di samping Veranda.
Ve hanya menyunggingkan senyum nya. Dan kini semua mata tertuju padanya.
"So.. gimana ? Loe mau ikut atau nyerah ?" Tanya Vanya, kini menatap nya.
"Loe mungkin bisa ngebuat Daffa cinta mati sama loe, tapi satu ini..."
"Dia akan bertekut lutut di depan gue !" Ucap Veranda dengan mata menatap lurus pada Keynal.
Jani, menatap tidak yakin. Ia bisa melihat sendiri tiga teman nya sudah di tolak. Bahkan seorang Arlita yang berpredikat penakluk lelaki tidak di gubris oleh Keynal.
Ve memanggil seorang pelayan, ia membisikkan sesuatu pada pria itu. Dan pria itu hanya mengangguk dengan ragu. Setelah memberi tip pada si pelayan, ia menyuruh nya pergi.
Semua heran melihat sikap Ve yang hanya duduk. Dan kemudian memperhatikan si pelayan yang kini menghampiri Keynal. Mereka tidak tau apa yang di katakan si pelayan pria muda itu. Tapi, yang jelas, Keynal menoleh ke meja mereka.
Veranda menyunggingkan senyum tipis nya sambil mengangkat gelas di tangan nya. Seolah menyapa Keynal.
Mereka melihat Keynal mengangguk, dan pelayan itu pergi. Keynal meletakkan kain yang di gunakan untuk mengelap meja bar. Kemudian melepaskan epron hitam nya.
Pria itu keluar dari balik meja bar, sambil membawa sebuah nampan berisi minuman, dengan tatapan lurus pada Veranda.
Tatapan mata itu tidak terlihat tajam atau datar. Langkah nya semakin dekat, Veranda tersenyum tipis, melirik pada teman - teman nya yang tampak melongo. Hingga tiba di depan meja mereka.
"Ada lagi ?" Tanya Keynal, setelah ia meletakkan dua botol minuman di atas meja. Matanya masih menatap lurus pada Veranda.
"Tawaran yang bagus" ucap Ve, ia meletakkan gelas nya. Lalu beranjak berdiri. Melirik pada semua teman - teman nya. "See ?" Gumam nya.
Ia beralih pada Keynal, "temani aku " ujar Veranda, ia melingkar kan tangan nya di lengan kanan Keynal. Lalu menarik pria itu ke tengah lantai dansa.
"Oh. My .. god !.. semudah itu ?!" Reaksi Beri, si pria kemayu lebih dulu.
"So.. sebenarnya gue mau bilang. Gak ada pria yang gak akan tergila - gila pada seorang Jessica Veranda. " ujar Artigas.
"Yes, Gue bahkan di buat jatuh cinta sejak pertama bertemu " ucap Alvino, yang sejak tadi hanya diam memperhatikan kelakuan teman - teman nya.
Sedangkan para wanita tidak lagi bisa berkata - kata. Dan menatap takjub dan iri pada Veranda.
"Sejak kapan kamu ke tempat seperti ini ?" Tanya Keynal, ia berdiri mengabaikan Ve yang sedang bergerak mengikuti musik.
"Why ?" Tanya Ve, mengalungkan tangan di leher Keynal.
"Ini bukan, Ve "
Veranda menyunggingkan senyum tipis nya.
Cup
Satu kecupan berhasil ia curi di bibir Keynal. Ia menatap Keynal dengan tatapan menggoda nya.
"It's new Jessica Veranda, Jessica Veranda Dwiki !!" Ujar Veranda dengan memberi penekanan pada nama belakang nya.
Keynal terdiam, ia menatap lekat tapi dengan sorotan kosong. Jari, Veranda menyentuh dagu nya. Membuat Keynal tidak bisa mengalihkan matanya. "Kamu yang membuat ku seperti ini, dan kamu juga harus membayar 14 tahun yang sudah aku lewati dengan segala rasa sakit yang kamu berikan, Keynal!"
"Maaf "
Veranda menyunggingkan senyum tipis dan meremehkan nya.
Ia semakin mendekat kan tubuh nya pada Keynal. Mengirup dalam - dalam wangi maskulin pria itu. "Sekarang, apa yang harus aku lakukan pada mu ? Hm ?" Bisik Ve, tepat di telinga Keynal.
Rahang Keynal mengeras, matanya terpejam kuat. Saat ia merasakan lidah Veranda, menyentuh daun telinga nya. Dan kemudian turun ke leher nya.
Kembali Ve menatap Keynal, menyelam kedalam sepasang bola mata yang mendadak membuat hati nya bergemuruh dan Ve membenci itu. Keynal seolah hanyut, ia menarik pinggang Ve semakin dekat. Lalu memiringkan wajah nya mendekat pada wajah Veranda.
Sedikit menunduk dan menyatukan bibir mereka.
Ve menyambut nya dengan baik. Ia memeluk leher Keynal, memaikan tengkuk leher Keynal. Bibir nye membalas kuluman dan lumatan bibir Keynal dengan begitu lembut dan hangat.
Mereka seolah melupakan sekitar. Melupakan para penonton di meja sudut ruangan yang terlihat takjub dan juga tidak percaya.
Veranda lah pemenang atas permainan yang mereka buat.
TBC.
Heheheh..
Penasaran gak, sama apa yang akan terjadi.. hahhaa.
Game ini masih berlanjut..