SHANIA JATUH CINTA

1823 Kata
     Dalam deras nya hujan malam ini, Ve turun dari taksi nya. Ia melangkah menuju sebuah rumah kontrakkan yang sederhana. Mengetuk pintu dengan pelan. Cklek "Ve " ucap Keynal kaget. Ia menatap kekasih nya dengan heran. Tapi, Ve langsung menubruk nya. "Papa mau misahin kita Key, aku gak mau. Hik .. hik.. aku mau sama kamu. Hik.. hik. Aku sangat mencintai kamu, Nal. Aku gak bisa hidup tanpa kamu. Hik.. hik.. " ujar Ve sambil terisak dalam pelukkan Keynal. Keynal memeluk Ve dengan erat. Mengusap punggung kekasih nya untuk menenangkan nya. "Bawa aku pergi, sayang " *** CIIITTTTT Suara decitan ban mobil yang tergesek aspal ketika di rem mendadak terdengar. Mobil sport biru terhenti di tepi jalanan. Veranda, yang duduk di balik kemudi menelungkup kan wajah nya pada stir mobil. Bahu nya bergetar hebat, isakkan yang begitu memilukan terdengar. Seolah berlomba dengan deras nya hujan yang mulai turun di luar. "Arhhgg.. kenapa masih sakit banget,? Kenapa kamu setega itu, Nal.. hiks. Hiks.. aku benci kamu.. aku membenci mu.. hiks .. hiks.. " Tangis Veranda begitu terisak, semua sumpah serapah dan mengeluh sakit ia ucap ka dalam tangis nya. Semua masa lalu kembali terhias dalam otak nya. Bagaimana ia rela menyerahkan semua nya untuk Keynal, rela menghianati orang tua nya, yaitu sang Papa. Satu - satu nya yang ia punya di dunia. Tapi, dengan mudah ia meninggalkan sang Papa hanya untuk pria yang telah menghianati nya. Setiap kali ia mengingat bagaimana Keynal menghianati cinta suci dan tulus nya, selalu saja membuat nya menjadi menyesal karena telah mengenal laki - laki itu. Ia tidak mengerti, mengapa ia begitu mencintai laki - laki itu. Bahkan ia di butakan oleh cinta nya dulu. Veranda bersumpah dalam hati, bahwa sampai kapan pun, ia tidak akan pernah memaafkan Keynal, ia akan membalas semua rasa sakit yang ia terima selama ini. Keynal harus membayar semua atas penderitaan nya selama 14 belas tahun yang ia lalui dengan begitu sulit. Setelah lelah menangis, Ve kembali duduk dengan tegap. Ia mengusap air matanya. Lalu tersenyum kecut. Ia tidak bisa mengelak, bahwa ia masih sakit melihat Keynal dekat dengan wanita lain. Ia tidak bisa mengelak, bahwa ia merasa sangat cemburu tadi. Makanya ia mengatakan semua hal yang seharus nya ia katakan tadi pada Keynal. Tapi, semua sudah terlanjur. Tidak lagi ingin mengingat hal tadi, ia memilih kembali untuk melajukan mobil nya. Ada beberapa hal yang harus ia lakukan. Untuk membalas rasa sakit nya. *** " pa.. pa " gumam Cio begitu pelan, ia menatap pria yang lebih tinggi dari nya itu dengan tatapan mata yang berkaca - kaca. "Ci..o " gumam Keynal, ia juga sama kaget nya dengan Cio. Bahkan ia tidak percaya dengan apa yang di lihat nya. Dan bertanya dalam hati, saat ia mendengar gumaman Cio. Walau sangat pelan, ia dapat membaca gerak mulut Cio. "Papa !" Seru Cio, di ikuti oleh sebuah tubrukan kuat pada tubuh Keynal. Cio memeluk tubuh Keynal, dan saat itu lah tangisa Cio pecah. Membuat Keynal cemas dan khawatir. Ia melirik kiri kanan, dan kemudian membawa Cio untuk masuk kedalam kamar nya. "Hiks.. Pa.. ini beneran Papa kan? Hik.. mama bohong sama aku.. hiks.. Papa ku masih hidup.. hiks.. hik.. " ujar Cio menangis hebat dalam pelukkan Keynal. Keynal tersentak mendengar ucapan Cio, ia merasa sakit dan begitu sesak mengetahui bahwa Veranda benar - benar ingin membuang nya dari kehidupan wanita itu dan juga anak - anak nya. "I..iya. i..ni Papa. Cio " ucapnya terbata. Air matanya menetes begitu saja. Cio melepaskan pelukkan nya, pipi nya sudah basah karena air mata. Ia mendongak ke atas untuk menatap Papa nya. Lalu kembali memeluk papa nya dengat erat. Seolah takut kalau Papa nya akan pergi lagi. "Jangan tinggalin Cio lagi, Pa. Jangan " ujarnya dalam tangis nya. Keynal memejamkan matanya, ia mengecup lembut rambut pendek Cio. Dan membalas pelukkan Cio dengan tidak kalah erat nya. "Tidak akan " *** Shania turun dari dalam mobil Lala, ia merapikan sedikit seragam nya. Lalu menarik dan membuat napas nya dengan kasar. Mengepal kedua tangan nya. " semangat !" Gumam nya pelan. Ia menoleh sebentar ke dalam mobil, di mana Lala dan Risma yang juga sedang berkata semangat untuk nya. Yang di angguki oleh Shania. Shania pun melangkah kan kaki nya menjauh dari mobil. Ia berjalan menuju sebuah halte yang tidak jauh dari tempat nya berdiri. Di mana, di sana sudah ada beberapa anak sekolah yang juga sedang menunggu bis. Termasuk, Khalif. Shania tiba di halte, ia berdiri tepat di samping Khalif. Ikut menunggu bis. Hari ini ia bertekad untuk memberani kan diri mendekati Khalif, setelah beberapa hari ini hanya berani mengawasi dari jauh. "Khalif " sebuah suara yang memanggil nama cowok itu, membuat Shania ikutan menoleh pada sumber suara. Seorang gadis yang sedang duduk di dalam mobil mewah, menyembulkan kepala nya di balik jendela mobil. "Ikut bareng gue, yuk " ajak gadis itu. Membuat Shania mendengus kesal dalam diam. Apalagi, ia mendengar nada manja gadis itu. Tapi, ia tersenyum lega saat mendengar Khalif menolak ajakan gadis itu. Membuat gadis itu cemberut dan akhir nya terpaksa pergi. "Jangan mepet - mepet dong, kasian adek cantik ini " Shania menjadi risih dan tidak suka saat beberapa pria tampak berdiri di sisi kanan nya. Dan bahkan dengan sangaja memepet dengan dirinya. "Hai, sendirian aja. Nunggu bis, ya ?. Masa cantik - cantik gini naik, Bis. Panas lho neng " ujar pria yang berdiri di samping nya itu. Shania memilih diam, dan memberi jarak. Tapi, pria itu malah semakin mepet. Membuat Shania kesal. Tapi, ia harus menjaga sikap, karena seseorang ada di sisi kirinya. Tapi, Shania di kaget kan dengan sentuhan kecil di lengan kirinya. Membuat Shania menoleh ke Khalif. Ia langsung membeku mendadak, saat mendapati Khalif sedang tersenyum begitu manis padanya. Cowok itu menarik pelan lengan Shania, dan membawa nya untuk berdiri di sisi kiri cowok itu. Menjauh dari pria yang sejak tadi membuatnya kesal. "Maksih " ucap Shania pelan. Khalif tersenyum kemudian menggangguk kecil. Jantung Shania benar - benar berdetak cepat saat ini. Membuat nya kesulitan untuk mengatur nya. Sebuah bis berhenti, "ayo naik " ajak Khalif, menyadarkan Shania dari lamunan nya. "Eh. I..iya " ujar gugup, kemudian ia pun naik lebih dulu. Dan di susul Khalif berikut nya. Khalif duduk di samping Shania, yang tampak tidak nyaman. Laki - laki itu tersenyum sendiri melihat Shania yang jelas ia bisa menebak kalau gadis cantik dan manis itu tidak terbiasa naik bis. "Ekhem.. btw.. kita pernah ketemu " ujar Khalif membuka suara. Shania menoleh, "Oya ?" Respon Shania, seolah tidak menyangka. Padahal ia sangat mengingat nya. "Hm " Khalif mengangguk. "Aku pernah nabrak kamu, sampe HP kamu jatuh. Di sekolah kamu beberapa hari yang lalu, masih ingat ?" Shania berpura - pura untuk berfikir. Membuat Khalif menunggu. "Ah, ya. Aku ingat " "Khalif " ujar Khalif mengulurkan tangan kanan nya untuk mempernalkan diri. "Shania " jawab Shania, membalas jabatan tangan Khalif. Kembali cowok itu menarik tangan nya, membuat Shania harus kecewa. "Hp, kamu gakpapa kan? Gak ada yang rusak kan ? Sorry ya, waktu itu aku buru - buru. " ujar Khalif dengan rasa bersalah. "Gakpapa kok, lagian aku juga salah. Jalan sambil mainin hp. " ujar Shania. Kahlif tersenyum kikuk sendiri. Ia menggaruk leher belakang nya. "Baru pertama naik bis ya ?" "Eh.. keliatan banget ya ?" Kaget Shania, muka nya mendadak merah. Dan juga gelisah. Takut, kalau - kalau Khalif curiga padanya. "Iya, kamu keliatan tidak nyaman " ujar Khalif. "Iya, Mama gak bisa jemput, jadi aku pulang naik bis " jawab Shania, sambil menggaruk tengkuk leher nya. Khalif tersenyum ramah, ia memandang sekitar. Lalu kembali pada Shania. "Kamu tinggal dimana ? " "Di komplek perumahan Egribal permata " jawab Shania. Khalif mengerutkan dahi nya, ia memicing matanya menatap Shania. Membuat Shania heran dan gelisah. Hahahhaha Kemudian laki - laki itu tertawa sendiri. Membuat Shania semakin heran dan sekaligu terpana. Suara tawa Khalif seolah sangat meneduhkan untuk nya. "Haha.. sorry sorry... haha.. aku gak maksud ngetawain kamu " "Maksud kamu ?" Tanya Shania semakin heran. Khalif berusaha menahan tawa nya kemudian berdeham pelan. "Kamu salah naik bis. Bis ini gak lewat komplek perumahan kamu. Seharus nya kamu naik bis atau angkot nomor 08. Bukan 10 " ujar Khalif. Shania semakin kikuk sendiri, malu. Walau sebenar nya ia tau. Kalau ia salah naik bis, itu karena ia hanya ingin berkenalan atau ngobrol dengan cowok itu. Dan nyatanya ia berhasil. Khalif menatap Shania yang sedang tersipu cukup lama. Kemudian menggeleng sendiri. Ia beralih kedepan. Tangan kanan na terangkat untuk mengetuk atap mobil. "Bang, kiri Bang " seru Khalif. Dan sang supir pun mengikuti nya. Khalif beralih pada Shania." Ayo, aku antar kamu kerumah, nanti malah salah naik bis, lagi " ujar nya. Membuat Shania semakin malu. Ia pun mengangguk dan mengikuti Khalif untuk turun. Senyumnya merekah lebar, dalam hati bersorak riang. Karena misi nya berhasil. Bahkan lebih dari itu, Khalif bahkan mengantar nya pulang. Membuat Shania semakin senang bukan kepalang. *** "Cio " panggil Keynal, pada Cio yang akan turun dari taksi yang mereka tumpangi. Cio menoleh pada Keynal dengan wajah tanya. "Jangan beri tau Mama atau Kakak atau siapa pun. Kalau kita bertemu " "Kenapa ?" Tanya Cio heran. Keynal menghela napas berat nya, menatap Cio dengan lembut. "Turuti saja, kalau kamu masih mau bertemu dengan Papa " ujar Keynal. Cio pun dengan terpaksa mengangguk, Keynal tersenyum tipis. Kemudian mengendi dagu agar Cio turun. Laki - laki abg itu mengangguk. Ia menyalami tangan Papa nya. Dan kemudian turun dari dalam taksi. Keynal tersenyum lega, walau rasa gelisah dan khawatir masih terlihat jelas. Ia takut, Ve akan semakin marah atau membenci nya. Kalau ia berani muncul di depan Cio. Walau sebenarnya, Cio lah yang pertama muncul atau menemukan nya. Taksi itu pun berlalu meninggalkan Cio yang masih berdiri dengan senyum lebar nya. Ia menatap begitu bahagia pada taksi biru yang semakin menjauh. Tapi, kemudian mata nya memicing pada dua orang yang sedang berjalan dari jauh. "Kak Shania " gumam nya. Kemudian mengerutkan dahi nya. "Sama siapa tuh ,? " tanya Cio sendiri. Ia tidak langsung masuk memilih menunggu kakak nya yang berjalan bersama cowok tidak di kenal nya. Dan juga asing di matanya. "Cio. Ngapain loe di luar? " tanya Shania heran. "Kakak ngapain jam segini mau pulang ?" Tanya Cio balik. Membuat Shania mendelik. Cio melirik pada cowok tinggi di samping kakaknya. "Siapa ? Pacar baru ? " tanya Cio kepo. "Apaan sih, kepo " dengus Shania. Sedangkan Khalif hanya tersenyum kecil. "Dih.. setau aku pacar kakak, Kak Boby, kok malah pulanh di anter cowok lain ?" Ujar Cio heran. Shania mendadak panik, ia menoleh pada Khalif yang terlihat sedikit terkejut. "Siapa bilang gue pacaran sama Boby, gue sama Boby cuma temen, ya.!" Ujar Shania dengan kesal. Ia bahkan menatap tajam pada adik nya. "Oh.. temenan. Eh.. kakak kan baru putus sama Kak jason dua hari yang lalu. Dan sekarang.. wah... " "Lif, thanks ya. Udah ngaterin aku pulang. Kamu hati - hati pulang ya. Jangan di dengerin adik aku, dia emang senang bikin aku malu " sela Shania, dengan cepat. "Ah ya, sama - sama. Kalau gitu aku pulang dulu. Assalammualaikum " pamit Khalif. "Waalaikumsalam " jawab Shania, dan Cio bersamaan. Setelah Khalif pergi menjauh. Shania langsung melempar tatapan tajam pada Cio. Membuat Cio tersenyum tengil. Dan kemudian langsung berlari masuk kedalam rumah. Arggg.. Cio sialan... Awas aja tuh anak. Gue bales entar. Duh.. Khalif bakal jauhin aku gak ya ? Padahal udah susah - susah deketin nya. Huft. ***    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN