Minggu sore, di taman kota selalu terlihat ramai. Banyak yang menjajakkan makanan di sepanjang area taman itu. Segala kegiatan menjadi satu. Dari yang kecil hingga sudah berumur tua.
Tepat, di dekat permainan sketboard, sebuah stand yang menjual burger dan kebab dengan gerobak.
Terlihat tiga orang laki - laki sedang di sibukkan melayani para pembeli. Salah aatu nya Keynal.
Laki - laki tampan itu mengenakan kaus merah berkerah, dengan topi merah juga. Dengan lihai laki - laki itu meracik burger untuk pembeli nya yang sedang mengantri. Ia terlihat sangat sibuk dengan dua teman nya yang lain.
"Key, anterin burger ini dulu, ke meja ujung sana " ujar seorang pria yang lebih tua dari Keynal. Pria itu mengenakan pakaian yang sama dengan Keynal.
"Oke, Mas Ari " jawab Keynal. Ia pun menuruti perintah Ari, yang tidak lain adalah bos nya. Pemilik usaha swderhana yang memang setiap sore akan mangkal di area taman kota. Tepat nya, di dekat parkiran.
Dengan tempat menggunakan sebuah mobil. Dan juga beberapa meja dan kursi di area lahan yang memang kosong.
Keynal keluar dari dalam mobil, ia mengantar pesanan menuju meja yang dekat dengan ayunan.
"Burger nya, pak, Bu " ujar Keynal dengan ramah dan sopan. Tidak lupa dengan senyuman manis nya.
"Makasih, Dek " ucap seorang ibu yang sedang memangku anak bayi. Keynal mengangguk, kemudian pamit untuk kembali melakukan kerjaan nya.
"Roni, loe iris daging nya lagi. Udah abis nih " ucap Keynal, ia berdiri di depan meja bar di depan kedai mobil nya.
"Ini, loe anterin meja biru ya " ujar Mas Ari lagi. Memberi nampan di depan Keynal.
Key mengangguk, ia hendak berbalik saat seorang gadis berdiri di samping nya.
"Mas, chees burger nya satu " ucap nya dengan suara lembut. Membuat Keynal menoleh dengan cepat, karena ia sudah hafal betul dengan suara lembut yang mendayu - dayu itu.
"Ve " ucap Keynal, kaget. Veranda melebarkan senyum manis nya.
"Hai " sapa nya dengan lembut dan juga binar bahagia.
"Kamu ngapain di sini? Tumben keluar " ujar Keynal, Ve menatap sebal pada laki - laki itu.
"Ini kan hari libur, jadi aku keluar "
"Oo.. kirain hari libur kamu ada jadwal belajar atau les juga " jawab Keynal dengan senyuman khas tengil nya.
"Ekhem, " deheman Ari membuat Keynal menoleh kikuk. "Itu burger gak akan jalan sendiri ke pembeli nya ya " sindir Ari.
Roni yang sedang mengiris daging di perapian hanya terkekeh geli.
"Iya, mas. Ini aku jalan kok. " jawab Keynal salah tingkah. Ia pun kembali menoleh pada Veranda. "Kamu duduk di sini aja dulu, aku anter pesanan dulu " ujar Keynal padanya.
Veranda mengangguk, ia pun duduk di kursi bundar sambil terus menatap Keynal yang entah kenapa senang sekali tersenyum pada orang - orang.
Tidak lama kemudian Keynal kembali, ia mulai membuat pesanan Veranda. Sambil sesekali ia mengobrol.
Cukup lama Ve duduk di kedai yang menjadi tempat kerja Keynal. Ia tau, kalau laki - laki itu tidak seberuntung dirinya. Demi menyambung hidup Keynal harus bekerja paruh waktu. Laki - laki itu hidup sebatang kara di dunia ini.
Keynal pernah cerita padanya, kalau dulu ia berasal dari sebuah panti asuhan. Tapi, saat ia beranjak ABG panti itu di tutup. Dan membuat Keynal harus merasakan keras nya hidup di jalanan. Tapi, ia sungguh salut dengan Keynal, ia selalu berusaha keras untuk sekolah. Dia memiliki otak yang cerdas makanya ia mendapat kan beasiswa di sekolah nya.
Ve selalu di buat kagum oleh seorang Keynal. Siswa bandel yang tiba - tiba menjadi sangat dekat dengan nya. Yang selalu menyadari kehadiran nya, di saat semua orang mengabaikan nya.
***
Pagi ini terjadi kehebohan di kantin sekolah SMA Nusa. Ve akan menyantap sarapan di kantin karena hari ini ia lupa membawa bekal.
Ia terpaksa pergi sendiri karena Keynal sedang di panggil kepala sekolah.
Empat orang siswa yang sangat di hindari oleh para murid tiba - tiba duduk di meja yang sedang di tempati oleh Veranda.
"Woo.. tumben nih, loe sendiri? Mana kesatria loe yang sok jagoan itu "ujar Toni, ia ketua dari empat siswa brandalan itu.
Veranda jelas merasa takut, ia menunduk dalam. Tidak berani menoleh apda Toni dan tiga teman nya.
Dan keheningan mulai terjadi di kantin itu. Toni, sedang menatap Ve lamat - lamat. "Ve.ran.da " Toni mengeja nama nya. "Loe itu lebih baik sama gue aja deh, ngapain sama Keynal, cowok yang hidup nya aja gak jelas. "
"Sebenar nya gue heran sih, kenapa seorang Keynal bisa kepincut dengan cewek culun dan juga .. kehadiran nya itu seperti angin. " Ve menggigit bibir bawah nya.
Air matanya mulai mengalir di pipi nya. "Toni !" Saat itu lah Ve berani mengangkat kepala nya.
Suara berat yang sangat di hafal nya kini menatap tajam pada Toni dan ketiga teman nya.
Keynal, laki - laki itu memicing mata nya pada Veranda. Lalu pada Toni dan semua penghuni kantin. "Loe ngapain ,?" Tanya Keynal dengan penuh tekanan.
"Cuma kenalan doang " jawab Toni kikuk. Keynal mendengus keras, ia melangkah menghampiri Veranda. Lalu berdiri di samping kursi yang di duduki oleh gadis itu.
"Mereka ngapain kamu ?" Tanya Keynal. Ve dengan takut - takut menggeleng. Membuat Keynal mendengus malas lagi.
Ia menatap tajam pada Toni. "Dengar ya! Ini pertama dan terakhir kali gue liat loe sama antek - antek loe mendekat pada Veranda. Kalau sampai ke dua kali nya, gue jamin masing - masing tangan kalian akan di gip buat selma nya " ucap Keynal, yang langsung membuat mereka meringis takut.
Keynal mengitari matanya ke seluruh kantin. Ia menaiki kursi yang ada di depan nya. Berdiri menatap penuh ancaman pada semua nya.
"DENGAR SEMUA NYA, GUE HANYA AKAN BILANG INI SEKALI. SIAPA YANG BERANI GANGGU DAN MEMBICARA KAN VE, KALIAN SEMUA AKAN BERUSAN SAMA GUE. PAHAM !" Ujar Keynal dengan suara lantang.
Yang langsung membuat semua murid menunduk takut. Ia menoleh pada Ve, yang sedang menatap nya dengan tidak percaya. Laki - laki itu hanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya pada Ve. Membuat gadis itu langsung menudnuk kembali.
Sejak kejadian tersebut, tidak ada yang berani mengganggu Veranda.
***
Langkah Keynal terhenti di depan sebuah rumah besar dan mewah. Rumah megah bak istana itu terlihat sepi, bahkan sebagian lampu sudah di padam kan.
Ia masih berdiri mengamati rumah dan jalanan. Takut - takut ada yang mencurigai nya.
Setelah di rasa aman, ia berjalan menuju sisi samping rumah. Dan gerakkan lincah ia memanjat tembok tinggi itu. Menatap pada sebuah kamar di lantai dua. Lampu nya masih menyala. Dan ia juga melihat siluet seorang perempuan berambut panjang masih berlalu lalang.
Keynal tersenyum sumringah. Ia melempar kerikil yang sejak tadi di genggam. Dan mengenai kaca jendela kamar tersebut.
Ia menunggu sejenak, dan kembali melempar kerikil. Hingga jendela itu bergeser dan Veranda keluar dari dalam.
Keynal langsung melambaikan kedua tangan nya. Membuat Veranda kaget, ia buru - buru memeriksa ke adaa rumah nya. Berdecak geram pada Keynal yang kini sedang memanjati pohon mangga yang memiliki banyak cabang besar. Bahkan salah satu cabang hampir berhubung dengan balkon kamar Ve. Sehingga dengan mudah laki - laki itu menyebrang ke balkon kamar Veranda.
"Hah.. hah.. "
"Kamu ngapain ?" Tanya Ve dengan suara pelan. Keynal hanya terkekeh pelan.
"Aku mau ngomong "
"Kenapa ke sini, kan bisa besok di sekolah "
Keynal menggelengkan kepala nya, meraih kedua tangan Ve kedalam genggaman nya. "Enggak bisa, aku gak bisa nunggu besok lagi. Harus sekarang " ujar Keynal dengan serius.
Veranda mendadak gugup, ia merasa kan kalau Keynal terlalu serius menatap nya. Apalagi sorot mata Keynal menunjukkan ke gelisahan. "Apa ?" Tanya Veranda pelan.
"Aku udah mikir nya sejak lama, sejak kamu pulang bareng si ketua osis itu. Aku gak suka kamu..."
"Daffa sahabat ku, Nal. Lagian waktu itu aku sama..."
"Terserah, yang jelas aku gak suka kamu dekat - dekat dia. Aku marah Ve. "
"Kenapa?"
"Karena aku cinta sama kamu, aku gak bisa lihat kamu jalan atau dekat sama cowok lain, " ucap Keynal dalam satu napas.
Ve terdiam, tapi hati nya menghangat. Ia lega. Akhir nya apa yang selama ini di tunggu tiba juga. Keynal akhir nya mengungkapkan isi hati nya.
"Aku tau ini terlalu rumit, mungkin Daffa memang lebih baik dari ku. Dia lebih cocok buat kamu, kalian sama - sama dari kel..."
"Aku gak pernah mandang seseorang dari harta, Nal " sela Veranda dengan lembut.
Keynal diam, matanya menatap lirih pada Veranda. "Aku yang bukan siapa - siapa ini, apa boleh mencintai seorang Jessica Veranda Dwiki ?"
Veranda mengusap pipi Keynal dengan lembut. Ia tersenyum begitu haru.
"Tidak ada larangan nya, Key. Bahkan aku senang. " saat itu lah senyum Keynal merekah.
"Mau enggak jadi pacar aku? Aku akan berusaha untuk selalu ngasih yang terbaik buat kamu. Aku janji !" Veranda tersenyum, ia menatap Keynal dengan penuh haru.
"Kamu gak perlu janji apapun, Nal. Kamu memang selalu ngasih yang terbaik buat aku. " ujar Veranda. Ia memeluk Keynal dengan erat. "Aku juga mencintai kamu, Nal. Dan tolong jangan tinggalin aku " ujarnya dalam pelukkan Keynal.
Keynal mengangguk dengan mantap. Ia begitu senang. Karena akhir nya ia berani mengatakan semuanya.
Dan malam itu, Keynal pulang dengan cetakkan senyum paling sempurna dalam hidupnya. Begitu juga Veranda.
***
Hubungan mereka berjalan dengan baik, tidak ada suatu hambatan atau masalah apapun.
Bahkan di sekolah keduanya semakin lengket.
Dimana ada Keynal. Maka di situ ada Ve. Begitu kuga sebalik nya.
Hingga ujian akhir selesai. Keduanya dapat melewati nya dengan mudah.
Mereka berdua juga sepakat untuk kuliah di universitas yang sama.
Veranda memang selalu berfikir kalau hubungan keduanya berjalan dengan lancar.
Tapi, tidak dengan Keynal.
Tepat saat sebulan mereka jadian, seorang Taufan Dwiki menemui nya. Dan menyuruh nya untuk menjauhi anak nya. Tapi, Keynal tidak menuruti nya. Ia menyimpan semua nya dari Ve.
Bahkan pernah beberapa kali anak buah Dwiki menghajar nya. Tapi, Keynal tetap tidak akan menurut. Ia sangat mencintai Ve, begitu sebalik nya.
"Papa udah siap kan universitas terbaik buat kamu, Ve. Minggu depan kamu akan berangkat ke Itali. " ucap Taufan, pada Veranda. Saat ia memanggil Ve keruang kerja nya.
"Apa ? I..Itali ?" Kaget Veranda. Taufan menatap Ve.
"Kenapa ? Bukan nya Papa udah bilang jauh - jauh hari ?"
"Tapi, .. Pa.. kali ini aku tidak bisa "
Brak!
Ve terlonjak kaget saat Taufan menggebrak meja kerja nya.
"Kenapa ?" Tanya Taufan dengan tatapan tajam pada anak nya.
"Aku mau kuliah di sini aja, "
"Apa karena laki - laki begundal itu!!"
Deg!
"Ma..ksud pa.pa ?"
Taufan tersenyum kecut. "Papa gak nyangka kalau ternyata anak yang selama ini selalu menurut tidak membantah Papa, dan selalu menaati aturan. Ternyata telah membohongi Papa selama ini ?"
"Kamu fikir Papa bodoh? Papa tau semua nya. Papa tau sekarang kamu suka diam - diam keluar malam. Selalu telat pulang. Papa tau Veranda !" Ucap Taufan dengan emosi tertahan.
"Kamu tau siapa Papa, kamu sangat tau kalau Papa tidak suka kamu dekat dengan anak brandal itu !!" Bentak Taufan.
"Nama nya Keynal, Pa. Bukan brandal " jawab Ve dengan berani.
Taufan memicing matanya pada Ve yang dengan berani melawan nya kini. "Berani kamu sama papa!. Papa tidak mau tau, lusa kamu berangkat ke Itali. "
"Enggak! Ve gak mau. Cukup selama ini aku menuruti semua kemauan Papa. Menjadi robot nya Papa. Cukup, Pa!. Aku anak Papa. Bukan boneka Papa!. Aku punya cita - cita Pa!. Aku punya impian!! "
"Tutup mulut kamu! Kamu masih kecil, kamu tidak tau apa - apa tentang dunia. !"
"Papa yang membuat ku tidak tau apa - apa. Papa yang mengurung ku disini!!. Kali ini saja Pa, aku ingin menentukan hidup ku sendiri !" Ujar Ve sudah memangis hebat.
"Keputusan papa sudah bulat!" Ucap Taufan, tidak terbantah kan lagi. Ve menggeleng kuat, ia menangis memohon pada sang papa tapi, Pria gagah itu tidak perduli. Ia malah menyuruh salah satu anak buah nya untuk membawa Ve ke kamar. Dan mengurung nya.
Dan dari sini lah semua bermula. Tiba di kamar, Ve menangis tersedu - sedu. Ia tidak mau berpisah dengan Keynal. Ia sudah terlalu mencintai laki - laki itu. Bahkan menjadikan laki - laki itu sebagai tumpuan hidup nya.
Hingga ia mengemasi semua baju - baju nya
Lalu keluar dari jendela. Hal yang memang akhir - akhir ini selalu di lakukan nya.
Ia keluar gerbang dengan mudah, karena para pengawal Papa nya sedang di kumpulkan di dalam rumah.
Maka dengan cepat ia keluar, dan berlari menjauh. Sampai di jalan raya ia menyetop sebuah taksi.
***
Dalam deras nya hujan malam ini, Ve turun dari taksi nya. Ia melangkah menuju sebuah rumah kontrakkan yang sederhana. Mengetuk pintu dengan pelan.
Cklek
"Ve " ucap Keynal kaget. Ia menatap kekasih nya dengan heran. Tapi, Ve langsung menubruk nya.
"Papa mau misahin kita Key, aku gak mau. Hik .. hik.. aku mau sama kamu. Hik.. hik. Aku sangat mencintai kamu, Nal. Aku gak bisa hidup tanpa kamu. Hik.. hik.. " ujar Ve sambil terisak dalam pelukkan Keynal.
Keynal memeluk Ve dengan erat. Mengusap punggung kekasih nya untuk menenangkan nya.
"Bawa aku pergi, sayang ".
TBC