Semua yang ada di rumah itu segera berlarian ketika mendengar suara pecahan dari ruang depan. Kalingga melihat Alka dan Elka berdiri dengan tangan diletakkan di depan tubuh mereka, menunduk takut dengan perasaan bersalah. Mereka berdiri di atas kaki mungilnya yang gemetar, takut! Sementara pecahan keramik dari guci yang tingginya satu meter lebih itu sudah berhamburan, pecah berserakan dan takkan pernah bisa diperbaiki. Dorongan yang sepertinya cukup kencang membuat benda rapuh itu hancur. Kalingga menghampiri kedua anaknya, dia pun segera memegang bahu keduanya, berada di tengah mereka yang mematung dengan mata berembun. Mereka pun merasa bersalah, Kalingga bisa melihat itu. Namun ujaran ibunya sungguh membuatnya geram. “Dasar anak setan! Tidak tahu diri!! Keturunan iblis!!!” ujar Lu