Lia Tak ada bosannya aku bermain dengan Dilan, meski anakku ini baru bisa meresponku dengan senyum lebarnya, juga gerakan tangan sekaligus kaki yang menggemaskan. Sudah lebih dari setengah jam aku hanya bermain dengan Dilan di ranjang, sementara Mas Aji tadi di bawah sedang nonton bola. “Lia!” Panjang umur, saat ini Mas Aji sudah berdiri di ambang pintu. “Iya, Mas, gimana?” “Danu sama istrinya udah datang. Dari tadi aku panggil dari bawah, tapi kamu nggak denger.” “Eh, iya? Saking asiknya main sama Dilan jadi nggak ngeh, Mas. Maaf...” “Nggak papa, ayo turun.” Aku buru-buru membawa Dilan ke gendonganku, lalu menyusul Mas Aji dan kami turun beriringan. Senyumku langsung mengembang lebar begitu melihat siapa yang saat ini sudah duduk di sofa ruang tengah. “Om Danu!” seruku