Lia Aku tersenyum menatap Mas Aji yang saat ini masih bergelut dengan selimutnya. Mas Aji memang hampir selalu memegang omongannya. Mentang-mentang kemarin dia bilang kalau hari ini akan dia gunakan untuk tidur dari pagi sampai siang, benar saja, setelah tadi sarapan dua suap nasi, dia kembali tidur sampa detik ini belum juga bangun. Aku rasa ini salah satu alasan dia mengajakku liburan, maksudku, selama di sini dia ingin refreshing sekaligus tidak memikirkan pekerjaan sama sekali. “Mas Ji, udah jam sebelas, loh. Tidur mulu, ih!” aku mulai membangunkan Mas Aji dengan serius. Sebenarnya sudah dari tadi aku membangunkannya, hanya saja tadi aku tidak begitu niat membangunkannya karena tidak tega melihat Mas Aji tertidur dengan sangat pulas. “Mas Aji, kalau nggak mau b