Rain mengangkat tubuh Dakota dengan mudah, air dari bathtub bergelombang mengikuti gerakan mereka. Uap hangat masih menggantung di udara ketika dia membawa Dakota ke bawah shower air hangat. Tetesan air hangat mulai mengalir pelan seperti waktu yang sengaja diperlambat. "Kau dingin?" bisik Rain, suaranya parau, hampir tertelan gemericik air. Dakota menggeleng, tangannya meraih bahu Rain, jari-jarinya menekan lembut otot yang tegang di sana. "Tidak. Kau terlalu panas." Rain tersenyum, lalu menunduk, bibirnya menemukan kulit leher Dakota yang masih beraroma sabun lavender. Ia menyesapinya dengan perlahan, merasakan Dakota bergetar. Tangannya tak berhenti menyusuri tubuh perempuan itu—mulai dari pinggang yang ramping, naik ke tulang rusuk, lalu berhenti di ujung da-danya. Da