Tiga hari. Tujuh puluh dua jam. Empat ribu tiga ratus dua puluh menit. Dakota menghitung setiap detik yang berlalu sejak Rain pergi, meninggalkannya terkunci di dalam mansion megah yang tiba-tiba terasa seperti sangkar emas. Setiap pagi, dia bangun dengan harapan tipis bahwa Rain mungkin sudah kembali. Tapi setiap kali, yang dia temukan hanyalah para pengawal yang berjaga ketat, pelayan yang menghindari pertanyaan, dan keheningan yang mencekik. Di hari ketiga, Dakota berdiri di depan jendela kamarnya, menatap halaman mansion yang dijaga oleh setidaknya enam orang berseragam hitam. Tangannya mengepal. "Ini sudah keterlaluan." Dengan gerakan cepat, dia meraih ponselnya dan menekan nomor yang selama ini enggan ia hubungi—Kenji Shimizu, ayahnya. "Halo." "Dakota? Ada ap