Malam itu, setelah makan malam ringan dan meminum sedikit wine, Dee dan Rovere langsung masuk ke dalam kamar. Lampu kamar tidur menyala redup, memantulkan cahaya keemasan pada gelas wine yang setengah kosong di meja samping tempat tidur. Dee masih bisa merasakan rasa wine yang manis di ujung lidahnya, bersamaan dengan detak jantung yang tak karuan. Rovere menatapnya—matanya gelap, penuh intensitas yang membuat Dee merasa seperti terbakar dari dalam. "Kita mulai?" bisik Rovere, tangannya yang hangat menelusuri garis rahang Dee dengan lembut. Dee tidak menjawab dengan kata-kata. Dia menyandarkan tubuhnya ke depan, menempelkan bibirnya pada Rovere dalam ciuman pertama mereka yang penuh gairah. “Hmm … aku tak ingin membuang waktu,” bisik Dee menggoda. Rovere mengerang pelan saa