"Alex, Loe ada cara nggak, gimana supaya pernikahan Richard itu tidak terjadi, meskipun, gue dan Richard bercerai?" tanya Queen setelah tangisnya reda.
Alex kembali mengusap kepala sang sahabat. Andai dia mau, dia bisa saja melakukan itu. Namun, itu tidak dia lakukan, bersama Richard, Queen hanya akan merasakan kekecewaan.
"Queen, kamu sudah berjanji bukan, this is the last." Alex mengingatkan sahabatnya.
Wanita itu pun mengangguk lemah. Alex pun membawa Queen pergi ke pantai dan menenangkan diri disana. Baru tengah malam, lelaki itu mengajaknya pulang. Queen tidak tahu, jika setelah ini, bencana akan menimpanya.
***
"Darimana kamu? Dan, siapa lelaki yang mengantarmu?" teriak Richard sambil menyeret tangan Queen masuk ke dalam kamar.
"Lepas Richard, sakiit!" balas Queen sambil berusaha melepaskan diri tapi tak bisa karena tenaga lelaki itu terlalu kuat.
Lelaki itu mendorong tubuh istrinya hingga wanita itu jatuh ke ranjang. Malam itu, Richard tak bisa tidur dengan tenang. Dia yang sejak tadi menunggu kedatangan sang istri semakin emosi saat melihat istrinya pulang diantar oleh lelaki lain.
"Tadi itu, temen yang anter," ucap Queen sambil menundukkan kepalanya. Wanita itu tak berani membalas tatapan tajam Richard yang seolah ingin membunuhnya.
Queen berharap, apa yang dia jelaskan tadi bisa meredakan amarah suaminya, tetapi Richard terlihat semakin emosi.
"Richard, kita bisa bicara baik-baik," kata Queen dengan suara lembut, mencoba menenangkan suaminya.
"Aku tidak ingin bicara sekarang, Queen." Lelaki itu terus mendekat sambil melepas dasinya dan melemparkannya ke sembarang arah.
"Katakan! Apa dia mangsamu yang baru? Supaya selepas kamu dariku, kamu tidak tidur menjadi gembel di jalanan. Jadi, sesegera mungkin, kamu mencari lelaki lain yang mau kamu tipu dengan pernikahan kontrak seperti yang kita lakukan."
Plakk
Queen menatap nyalang Richard, Matanya berkaca-kaca. Dia tak menyangka kalau sang suami tega menuduhnya seperti itu.
"Berani kamu menamparku, hah!" Richard menjambak rambut Queen hingga kepala wanita itu terjengkang ke belakang.
"Iya, itu pantas kamu dapatkan! Aku bukan wanita hina yang mau menikah dengan sembarang lelaki hanya karena uang. Aku menerima menikah kontrak denganmu karena aku menyukaimu! Aku mencintaimu sejak awal pertama kali kita bertemu. Aku bahkan, rela mengumpulkan tugas dan datang terlambat supaya aku bisa mendapatkan perhatian darimu," aku Queen yang sukses membuat Richard terdiam.
Queen pikir, dengan pengakuannya, Richard membalas perasaannya. "Richard, tolong. Aku hanya memintamu bersamaku hingga sampai bayi kita lahir."
Emosi Richard pun membuncah. Dari awal, dia sudah tak menginginkan bayi itu. Queen saja yang ngotot. "Bayi kita? Kamu pikir, dengan adanya bayi ini, keadaan kita bisa berubah? Kamu terlalu naif, Queen."
Hati Queen merasa tercabik-cabik mendengarnya. Namun, wanita keras kepala itu masih ingin memperjuangkan cintanya. "Aku mencintaimu, Richard. Aku ingin saat aku melahirkan nanti, aku ditemani oleh suami seperti keluarga pada umumnya."
Richard marah, wanita ini memang sangat keras kepala. Lelaki itu mengikis jarak diantara mereka. Dengan tatapan tajam, dia menarik dagu Queen hingga pandangan mereka beradu."Cinta? Keluarga? Aku tidak pernah menginginkan ini dari awal. Pernikahan kita hanya sebatas perjanjian hitam diatas putih, dan sekarang sudah saatnya untuk mengakhirinya."
Queen mencoba bergerak, tetapi Richard sudah mengungkungnya hingga dia tak bisa kemana-mana lagi. Dengan penuh amarah, Richard mengguncang bahu Queen dengan keras. "Kenapa kamu tidak paham juga, Queen? It's over!"
Queen merasa ketakutan dan kesakitan akibat perlakuan kasar Richard. "Richard, tolong. Jangan seperti ini. Aku mohon."
Richard menulikan pendengarannya. Dengan penuh emosi, ia merobek baju Queen sekuat tenaga kemudian menyatukan tubuh mereka dengan kasar. Queen merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya. Apalagi, mereka telah melakukannya tadi. Dia menyuruh Richard untuk berhenti.
"Please, Richard! Hentikan, sakiiit."
Namun, bukannya berhenti, lelaki itu malah semakin gila. Dia bahkan tidak sekali melakukannya. Jeritan kesakitan Queen terdengar seolah des4han yang mengalun indah di telinganya hingga membuat lelaki itu semakin bergair4h.
Queen yang sudah tidak tahan lagi dengan sakitnya terus berteriak, bahkan dia mencakar dan melukai Richard supaya lelaki itu berhenti melakukannya. Namun, sepertinya, usaha wanita itu sia-sia.
Beberapa saat kemudian, Richard masuk ke dalam kamar mandi. Dia meninggalkan Queen begitu saja, setelah Richard puas melampiaskan hasr4tnya.
Queen berusaha bangun, tetapi rasa sakit di perutnya semakin hebat. Ia merasakan cairan hangat mengalir di kakinya dan menyadari bahwa ia mengalami pendarahan. Dengan suara bergetar dan penuh kepanikan, Queen berteriak, "Richard, tolong! Bawa aku ke dokter!"
Namun, gemericik suara air membuat lelaki itu rak mendengar apapun. Setelah Richard keluar dari kamar mandi, dia berjalan keluar tanpa menengok ke arah Queen sedikitpun.
Melihat sang suami yang tidak menghiraukannya membuat wanita itu berteriak memanggil ART di rumah sang suami. Namun sayang, tak ada satu pun yang datang menolongnya.
Melihat darah yang mengalir di ranjang. Queen semakin panik. Dia bingung harus berbuat apa, karena sang suami pergi meninggalkannya.
Queen merasa semakin lemah, air matanya mengalir deras. "Richard, tolong bawa aku ke rumah sakit. Kita harus menyelamatkan bayi kita," lirih Queen.
Seandainya tidak mengingat bayinya, mungkin Queen akan pasrah dengan hidupnya. Biarlah dia meninggal, toh dia tidak bisa mendapatkan lelaki yang dia cintai. Namun, mengingat bayi yang ada di kandungannya mungkin bisa diselamatkan, membuat wanita itu berusaha untuk kuat.
Queen, yang merasa keadaannya semakin lemah, berusaha meraih teleponnya untuk meminta bantuan. Dengan tangan gemetar, ia berhasil menghubungi Alex.
"Alex, tolong aku. Aku mengalami pendarahan. Aku di rumah, cepatlah," kata Queen dengan suara lemah.
'Queen,' lirih Alex.
Lelaki itu segera melajukan kendaraannya menuju ke rumag Richard. Tak dia pedulikan orang-orang yang mengumpatinya karena menyetir mobil dengan ugal-ugalan.
Yang dia pikirkan hanya secepatnya tiba di rumah Queen. Sesampainya dia di rumah Richard, security langsung membukakan pintu untuknya saat dia berteriak kalau Queen dalam bahaya.
Jantungnya seolah lepas saat melihat wanita yang dia cintai tergeletak dengan tubuh bersimbah darah. Alex pun menggendong Queen kemudian membawanya ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Alex mencoba menenangkan Queen yang setengah sadar. "Queen, bertahanlah. Kita akan segera sampai."
Sesampainya di rumah sakit, dokter segera menangani Queen. Alex mondar-mandir tak sabar melihat bagaimana keadaan Queen dan bayinya. Lelaki itu bersumpah, akan membunuh Richard jika sampai sesuatu terjadi pada Queen.
Namun, setelah beberapa saat, dokter keluar dengan wajah serius. Entah apa yang dikatakan oleh dokter, yang jelas, Alex mengepakan tangannya mendengar ucapan dokter itu.
Alex merasa hancur mendengar kabar itu. Lelaki itu segera pergi keluar dari rumah sakit dan mencari Richard. Dia harus membuat perhitungan karena lelaki itu telah menyakiti Queen begitu dalam.
Sementara itu, Richard yang akan membelokkan mobilnya ke apartemen sahabatnya, merasakan getaran di handphone-nya. Lelaki itu langsung menjawabnya saat tahu panggilan itu dari sang Mama.
"Ya Ma," jawabnya.
"Richard cepat berangkat ke Paris. Tiket sudah Mama kirim. Pernikahan kalian dimajukan, karena Papa ada urusan bisnis," titah sang Mama.
Richard termenung. Dia diambang kebingungan, di satu sisi, dia memang harus memenuhi janjinya untuk menikahi Sarah. Namun di sisi lain, dia tak tega meninggalkan Queen begitu saja.
Saat ini, dia sudah duduk di pesawat. Terlintas di benaknya raut wajah kesakitan Queen, setelah berbagi peluh bersamanya dan permintaan tolongnya tadi. Tiba-tiba, ada rasa sakit mengingat apa yang telah ia lakukan. Ia merasa hampa dan dipenuhi rasa penyesalan begitu dalam. Ingin rasanya Richard kembali ke rumah dan melihat keadaan Queen.
'Semoga, dia baik-baik saja! Itu pasti hanya kesakitan karena aku terlalu kasar dalam bermain," gumam Richard membesarkan hatinya.
Tanpa dia tahu, setelah ini, dia akan kehilangan Queen untuk selama-lamanya. Dan mungkin, awal dari kehancuran hidupnya.