BAB 20 *

456 Kata
Setelah beberapa bulan seperti gelandangan yang tidak bisa pulang. Akhirnya kali ini Sidney bisa kembali menginjakkan kaki di kantornya sendiri dan ternyata rasanya sagat luar biasa. Hal sepele yang konyol, karena selama ini Sidney tidak pernah peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Dia memang dikenal berdarah dingin dan acuh terhadap semua staf dan karyawan. Untuk menatapnya saja mereka semua gentar apalagi sampai berani mengusik seorang Sidney Parker. Perbedaan besarnya, kali ini justru tiap mata itu justru sedang menatapnya. Begitu memasuki lobby kantornya sosok Susan memang sudah sangat mencuri perhatian. Sepertinya Sidney juga harus segera membiasakan diri dengan semua itu. Seorang pria muda segera berjalan menghampiri Susan. Sidney tidak tahu namanya tapi pemuda itu memang selalu bertugas di lobby untuk mengantar tamu-tamunya. Dia langsung menawarkan diri untuk mengantarkan Susan. Sidney segera mengikutinya meski sebenarnya tidak perlu, tentu dia masih ingat di mana ruangannya sendiri tanpa harus diantar. Saat di lift seorang pria yang lain menyapanya. "Apa Anda ada wawancara dengan Mr. Parker?" "Ya, " jawab Sidney sebagai Susan yang pastinya akan sangat menggoda siapapun untuk menyapanya. Pria itu terlibat memperhatikan Susan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sidney sendiri hanya coba menahan diri untuk tidak mencongkel mata lancangnya. "Semoga Anda beruntung, Nona, " dia mengedip, " Mr. Parker agak pemilih, bahkan dia baru memecat beberapa orang kepercayaannya." Pastinya Sidney terkejut saat tidak sengaja mendapat informasi itu. "Benarkah itu? " Sidney ganti menoleh untuk bertanya pada pemuda yang tadi mengantarnya, dan pemuda itu hanya mengangguk. "Mr. Parker sedikit pemarah belakangan ini," katanya. "Menurutku dari dulu dia juga pemarah," protes yang lainya. "Tapi dia membayarmu mahal, " timpal si pemuda yang masih berdiri di samping Susa. " Andai dia tidak membayarku mahal aku juga tidak mau diperbudak oleh bos semena-mena macam itu."___" Ingat, kita juga yang sudah membuatnya semakin kaya, tapi tidak pernah sedikitpun dia mau menghargai kita." Sidney hanya tidak percaya jika mereka semua suka bergosip tentang dirinya. "Anak muda yang sombong! bagaimanapun aku lebih tua darinya, andai bukan karena kekuasaan dan kekayaannya siapapun juga tidak akan ada yang menyukainya." "Tapi bos kita tampan, wanita manapun akan menyukainya, " balas pemuda itu sambil melirik Susan yang sedang memasang muka kaku karena mereka semua benar-benar tidak tahu jika orang yang sedang mereka bicarakan ada di depan mata mereka. Setiap kali Sidney coba menahan diri untuk tidak memukul siapapun di hari pertamanya. "Hati-hatilah, Nona, " pesan yang lebih tua kepada Susan. "Anda tidak perlu khawatir, " balas Sidney yang tidak mau ikut terlibat dalam pembicaraan mereka. Bahunya terasa kaku karena harus menahan geraman di dadanya yang hampir meledak karena rasanya hanya ingin memukuli semua orang di dalam lift itu. Untung pintu lift segera terbuka dan mereka keluar. "Silahkan, Nona Susan, " pemuda itu mengantar Sidney sampai di depan ruangannya kemudian pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN