Suara berisik di luar kamar membangunkanku. Mataku memicing. Masih ngantuk berat. Aku tidak tahu jam berapa aku baru bisa tidur. Semalam hanya uring-uringan gak jelas. Tunggu, kenapa badanku berat sekali? Aku hendak menggeliat. Kaget bukan main saat sadar seperti apa posisiku dan Gilang saat ini. GILANG??! Aku bangun tergesa. Melepaskan pelukan Gilang dari tubuhku. Dia memelukku bagai mengapit bantal guling. Pantas saja rasanya sesak. "Kau mau kemana?" Suara serak Gilang membuatku menoleh padanya. Sejak kapan dia pulang? Lihatlah manusia menyebalkan itu! Baru semalam tidur bersama, tangannya sudah kemana-mana. Bukannya dulu dia bilang pernikahan kami hanya untuk kebahagiaan orang tua? Kupikir dia lelaki berprinsip yang bisa memegang ucapannya. Nyatanya dia sama saja. Laki-laki memang