Becca menatap dokter dan seorang perawat, ia dapat kunjungan pagi untuk pemeriksaan. Rutin pemeriksaan untuk memastikan tidak ada yang terlewat pada kondisinya. “Mom,” panggil Becca yang sejak ia bangun hanya menemukan Grace. Tanpa Sean. Ia bertanya-tanya keberadaan Sean. Hanya tinggal mereka berdua di sana. Grace tersenyum mendengar Becca memanggilnya begitu, segera mendekat, menunduk. Becca masih pucat, “Sean tidak datang?” “Dia semalam di sini, menjagamu.” Beritahu Grace, mengusap rambut putrinya. Becca bergerak kecil, merasa yang asing di tempat ia teringat sebuah peluruh menembus tubuhnya. Becca juga sudah tahu bila memang ia dan Sean harus merelakan calon anak pertama mereka. Perasaan sedih mendalam tentu saja Becca rasakan, hanya saja mengingat yang terjadi di peristiwa buru