10. Jangan Sampai Terlambat dan Menyesalinya

1209 Kata

Matteo terdiam. Rahangnya mengeras, sorot matanya berkilat tajam, namun ada sesuatu yang bergetar samar di balik tatapan itu, sebuah kegelisahan yang ia sembunyikan rapat-rapat, seolah takut jika dunia menyadari retakan kecil dalam tembok kebenciannya. Marcus menghela napas panjang, berat, seolah setiap kata yang hendak ia ucapkan adalah pedang bermata dua, ia tahu akan melukai, tapi juga tahu hanya itu cara agar sahabatnya sadar. “Dan satu hal lagi, Matt,” suaranya merendah, namun tegas, “kalau memang lo enggak cinta, kenapa lo enggak ceraikan dia? Kenapa lo bertahan enam tahun dalam pernikahan yang lo anggap neraka? Dan kenapa lo biarin anak itu lahir? Kalau lo bener-bener benci, kenapa Ale ada di dunia ini?” Pertanyaan itu menikam seperti jarum tajam ke d**a Matteo. Namun, seperti bi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN