Pagi menjelang dengan tenang. Cahaya mentari merambat lembut, menelusup masuk melalui celah-celah gorden kamar utama yang masih setengah tertutup. Hangatnya sinar itu jatuh di wajah Ophelia, membuatnya mengerjap perlahan, seolah enggan bangun dari mimpi yang masih menggantung samar. Ia menggeliat sedikit. Namun ketenangan itu buyar ketika suara gesekan kain terdengar. Tirai kamar bergeser pelan, dan cahaya matahari kini menumpahkan sinarnya lebih leluasa ke dalam ruangan. Ophelia membuka matanya sepenuhnya, pandangannya langsung jatuh pada sosok yang berdiri di hadapannya. Matteo, tubuh tegapnya hanya terbalut bathrobe sederhana, tapi aura yang ia pancarkan tetap mendominasi ruangan. Rambutnya yang masih basah meneteskan air ke pundak, menambah kesan dingin pada wajahnya yang tampak kera

