Bahagia Itu Semakin Lengkap

1163 Kata

"Saya anterin sampai dalam nggak apa-apa, Bu. Bisa dimarahin Bapak kalau nurunin Ibu diluar." Protes yang dilakukan oleh Ari, sopir yang disediakan Mas Dio untuk mengantar jemputku dan Rinjani ini sama sekali tidak aku dengarkan, dengan lambaian tangan ringan aku memintanya untuk pergi. "Sudah, kamu tunggu disini saja, kalau nggak pulang juga nggak apa-apa biar saya balik sama Bapak. Nggak enak dilihat orang, Ri. Eeehhhh, saya nggak suka berdebat ya." Putusku saat aku melihat laki-laki yang berusia awal 20an dan tengah berkuliah di salah satu universitas swasta tersebut hendak membantah. "Ibu mah bikin saya jadi kayak manusia nggak tahu diri. Dikuliahin Bapak cuma disuruh jagain Ibu saja nggak becus, mau ngelawan Ibu ntar dikira durhaka." Gerutunya yang membuatku tertawa, paham dengan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN