Matahariku (21++)

1310 Kata
Warning Trigger : Bab untuk 21 tahun ke atas. Jam enam di pagi hari. Semburat jingga menandai fajar yang mulai merekah terpampang indah bagaikan hamparan permadani di langit, cahayanya seakan malu-malu mulai menembus tirai di kamar mewah Amelia yang tertidur pulas, sampai dia merasakan kecupan di pipinya dan bisikan mesra suara dalam nan seksi milik Samuel “ Good morning my sunshine.” “ Good morning my sun” Balas Amelia membuka matanya dan tersenyum manis kepada suaminya “ Kemarin kamu bilang mau panggil aku hubby. Kenapa hari ini jadi my sun?” Samuel tersenyum sambil merapikan anak-anak rambut di kening Amelia “ Kamu panggil aku my sunshine, jadi aku panggil kamu my sun, karena tidak akan ada sinar matahari kalau tidak ada matahari. I am your sunshine and you are my sun.” “ Really sweet tonque, my wife" “ Baru tahu? Aku juga bisa gombal my hubby” Amelia mengerling lucu dan mereka berdua tertawa bersama. Samuel dengan gemas langsung memeluk tubuh Amelia erat dan berkata “ Aku bahagia sekali, Mel.. Bahagia sekali kalau setiap pagi kita bisa bangun bersama-sama seperti ini, saling mengucapkan selamat pagi dan kata-kata cinta. Itu kehidupan yang selalu aku bayangkan bila aku menikah.” “ Kita kan baru satu hari menikah, Sam. Ini adalah pagi pertama kita setelah resmi jadi suami istri.” Amelia berkata sambil menatap wajah Samuel yang terbaring di sisinya “ Kamu yakin, kamu nggak akan bosan padaku dan tetap akan mengucapkan selamat pagi dan kata-kata cinta untukku, sampai selama-lamanya?” Samuel langsung mengangguk mantap. “Wajib! Harus jadi rutinitas. Kayak minum kopi di pagi hari . Bedanya, kamu lebih bikin nagih dari kafein!” Dia mencium bibir Amelia dengan lembut, dan berbisik mesra “ Kita harus berjanji untuk selalu mengawali pagi seperti ini. Itu harus jadi kebiasaan kita untuk selama-lamanya. Dan asal kamu tahu ya, aku tidak akan bosan padamu, sampai selama-lamanya, sampai puluhan tahun , sampai aku kehilangan nafasku, aku tidak akan bosan padamu karena kamu segalanya bagiku. Kamu juga harus janji untuk tidak akan bosan padaku selama-lamanya ” Kata Samuel sambil tersenyum. “ Aku usianya uda 46 Sam.. mana mungkin aku bosan padamu. lima atau sepuluh tahun lagi, aku uda menopause, tidak mungkin lagi aku mencari pria lain untuk mengusir kebosananku. Yang lebih mungkin dan probilitasnya lebih tinggi adalah kamu yang akan bosan padaku. Mungkin nanti sepuluh atau lima belas tahun lagi, saat kamu mencapai usia 40 an, dan puber ke dua, kamu akan bosan padaku dan memilih mencintai wanita yang lebih muda” Kata Amelia lirih dengan sinar mata sedih. Mendengar kata-kata itu, Samuel menggelengkan kepalanya dengan kuat seakan ingin meyakinkan Amelia kalau ketakutannya tidak akan terjadi “ Aku tidak akan bosan padamu, Mel. Aku ngga akan janji muluk-muluk sekarang, Mel. Aku cuma mau buktiin semuanya lewat waktu. Nggak pakai kata-kata manis doang. Tapi kalau kamu tanya hari ini… aku tahu satu hal pasti, aku nggak pernah seserius ini mencintai siapa pun sebelumnya. Kamu itu bukan cuma istriku. Kamu rumahku. Dan aku nggak akan pernah bosan untuk pulang ke pelukanmu.” Amelia menatap wajah ganteng Sam dengan penuh haru, dia masuk dalam pelukan hangat Sam, mereka saling memeluk erat merasakan debaran didada mereka yang berdetak penuh cinta, sampai tiba-tiba Sam melepaskan pelukannya dan berkata sambil menyeringai, “OH.. No.. Kita telat” Samuel melepaskan pelukannya “ Telat kenapa?” Tanya Amelia binggung. “Telat ngucapin I love you! Harusnya tadi setelah good morning my sunshine, aku harus ngucapin I love you” Amelia mencubit pelan pinggang Samuel, membuat keduanya tergelak bersama. Setelah tawa mereda, Samuel meraih tangan Amelia, menciumnya perlahan. “Mel… makasih ya, udah percaya sama aku. Udah berani buka hatimu untuk ku. Aku tahu itu nggak gampang.” Amelia menggenggam tangan Samuel erat. “ Kalau bukan kamu, mungkin pintu hatiku nggak akan pernah terbuka.” “Berarti aku kayak tukang kunci untuk hatimu ?” Samuel mengedipkan mata sok keren. “Kamu tuh lebih kayak... alarm. Yang bikin hatiku terbangun lagi,” balas Amelia, manja. Samuel tersenyum puas, menatap wanita yang kini menjadi segalanya dalam hidupnya. “Kalau gitu, alarmku ini akan bunyi tiap pagi supaya bisa bangunin kamu pakai peluk dan cium. Dan mungkin... sedikit godaan" Amelia mengerucutkan bibir. “Godaan?” “ Iya, godaan seperti ini” Samuel mengambil tangan Amelia dan meletakkannya di bagian selangkangannya. Batang panjang itu telah mengeras sempurna. “ Wow… Dia sudah bangun dan besar sekali ” Amelia menjerit “ Memang setiap pagi dia akan membesar seperti ini.” Kata Samuel memejamkan matanya, menikmati belaian tangan Amelia yang menyusuri dengan lembut miliknya dari atas ke bawah “ Masukin tanganmu, Mel..” Pintanya dengan suara rendah Amelia mematuhinya, dia memasukkan tangannya ke dalam piyama Samuel dan mengelus batang itu dengan penuh cinta. Tangannya turun lagi sampai ke bawah , ke area dua scotrum yang tampak penuh dan keras “ Hmm.. baru kemarin kita dua ronde. Sekarang dia uda penuh lagi.” Bisik Amelia, tangannya bermain lembut di antara dua bola itu yang kini semakin menggeras. “ Ah.. Mel.. Gerakan ini sungguh nikmat.” Mata Sam terpejam “ Mau yang lebih nikmat?” Sam belum sempat menggeleng atau mengangguk. Amelia sudah meluncur ke bawah, menurunkan celana Sam dan memasukkan seluruh batang panjang itu ke dalam mulutnya. “ Oh! My God. Amelia.” Hanya itu kata-kata yang bisa Sam keluarkan. Mulutnya kini hanya bisa mendesis nikmat, merasakan miliknya terbenam dalam mulut Amelia yang dengan lihai, menjilat, mengisap dan memainkan batang panjang itu maju mundur-maju mundur dalam mulutnya. Kadang mulutnya berhenti di pangkal tebal yang berbentuk seperti jamur itu, lalu mengisapnya pelan. Isapan itu membuat Samuel menjerit “ Oh… Oh .. Ini.. Ini .. Sungguuh nikmat, Amelia.. Kamu belajar dari mana? Isapanmu itu membuatku menggila.” Lalu batang itu Amelia keluarkan seluruhnya mulutnya, kini dia hanya mengeluarkan lidahnya, menjilat naik turun-naik turun area scotrum sampai puncak kepala dan lebih lama di daerah batang yang urat-uratnya sekarang tampak jelas, seakan siap menyemburkan lava “ Oh My Amelia. This is so good” Sam kembali mengerang. Amelia senang gerakannya bisa membuat mata Sam sampai menggelinjang ke atas, dia kembali memasukkan batang panjang itu dalam mulutnya, dan kali ini Sam tidak tahan lagi, dia menekan kepala Amelia lebih dalam dan berbisik “ I will c*m into your mouth.. bolehkah? Amelia tidak menyahut, tapi dia mempercepat gerakan maju mundurnya. Lebih cepat, lebih semangat, dan ketika dia merasakan cairan hangat menyembur berbarengan dengan teriakan kencang Sam saat cairan muncrat di mulut Amelia. “ AH.. Amelia… This is so good, so so fuckiin good. I Love you” Amelia tersenyum kecil, lalu berbalik hendak mengambil tisu untuk mengelap mulutnya. Namun sebelum tangannya sempat menyentuh kotak tisu, ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidur berdering nyaring. Samuel yang refleks lebih dulu meraih tisu dan perlahan mengelap sudut bibir Amelia dengan penuh kasih, sementara Amelia mengambil ponselnya dengan alis yang langsung bertaut heran. Nama yang tertera di layar membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. 'Dr. David’. Samuel ikut melirik. “Siapa, Mel?” “David...” gumam Amelia pelan, “ Kenapa dia meneleponku pagi-pagi begini?” Samuel mengangkat bahu sambil duduk lebih tegak. “Mungkin mau ngucapin selamat atas pernikahan kita? ” Amelia menggeleng pelan. “Tapi... aku nggak undang dia, Sam. Bahkan aku nggak kasih kabar apa pun tentang pernikahan kita.” Samuel menahan kata-kata. Wajah Amelia berubah serius saat ia swipe left layar ponselnya untuk menerima panggilan itu. “Hello, David?” Suaranya terdengar tenang, tapi hatinya berdebar kencang. Suara di seberang terdengar tergesa-gesa dan terdengar… panik. “Mel… Mel... Kamu…..kamu nggak akan percaya...” Amelia langsung tegak. “Percaya apa?” “Mel, kamu nggak akan percaya kalau… kalau… Ricky...” Amelia terdiam. Jantungnya seperti berhenti berdetak sejenak. “…Ricky…?” bisiknya, nyaris tak terdengar. Tapi suara David tiba-tiba menghilang. Tidak ada lagi suara, hanya desis statis dari ujung telepon. “Hello? David? Hello??” Amelia berdiri, menggenggam ponsel erat-erat. “Hello?!” Tak ada jawaban.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN