Samudra POV Ruang sidang di Pengadilan Negeri Medan terasa dingin. Bukan karena AC yang menyala, tapi karena atmosfernya, tegang, sunyi, seperti menahan napas. Dingin yang merayap dari lantai ke tulang belakangku. Hari ini, aku duduk sebagai penggugat. Bukan perkara kriminal. Bukan persoalan pidana . Tapi soal identitas. Aku menggugat seorang pria bernama Amran orang yang ingin mengakuiku sebagai anak, tapi tentu saja aku menolak demi menjaga hati ibuku dan ayahku Rizky. Dua bulan lalu, aku memutuskan melepaskan semuanya: nama, hak, dan darah yang mengikat kami. Dan hari ini, untuk pertama kalinya, kami akan duduk berhadapan sebagai dua pihak yang berseberangan... di depan majelis hakim. Aku duduk berdampingan dengan Pak Ignatius, pengacara dari keluarga Lazuardi, sosok yang kini lebih l

