Amelia POV Aku masih memandangi Rania yang terus menangis di hadapanku. Air matanya bercucuran, deras seperti bendungan yang jebol. Mulutnya tak henti-hentinya mengucapkan kata yang sama, lirih namun menyayat, “Maaf... Maafkan aku...” Namun, aku tak tahu harus memutuskan apa. Haruskah aku memaafkannya atas tindakannya mengganti hidup Ricky? Mengubah takdir yang seharusnya jadi milikku menjadi miliknya? Apakah semua ini benar-benar salahnya? Ataukah ini hanya bagian dari rencana Tuhan untuk hidupku, hidup Ricky dan hidup Rania? Aku menghela napas, mencoba mencari pijakan di antara rasa sesak yang mulai merambat ke dadaku. “Waktu itu... berarti umurmu masih seumuran Samudra sekarang, ya?” tanyaku pelan. Rania mengangguk lemah, tanpa suara. “Jadi saat Ricky terdampar di halaman rumahmu.

