Aini menegakkan punggungnya saat merasakan tangan hangat Fateh tepat di atas perutnya. Meskipun ada kain yang membatasi antara kulitnya dengan kulit pria itu, ia tetap saja merasa semua indranya terbangun. Dan tolong jangan tanyakan bagaimana keadaan jantungnya saat ini. Sedang Musa yang merasa bahwa suami Aini sedang bertanya padanya mengangguk pelan. Dengan tangan kanannya yang ditempeli oleh cabe hijau dan juga sedang memegang tulang ayam, pria itu menunjuk-nunjuk Aini. “Dia baik-baik aja.. mencretnya emang udah stadium akhir tapi bukan berarti hidup Puti kita akan segera berakhir.” Musa sadar atau tidak, tapi ucapannya itu mampu membuat sepasang suami istri itu keluar dari kecanggungan. Aini tidak tau apakah ia harus menepis tangan Fateh atau justru membiarkannya saja di atas perutny

