Gilang teringat dengan Kak Nia ketika ia menemukan buah biluluak, makanya ia sengaja membeli buah itu sebanyak tiga cupak yang dihargai lima belas ribu saja. Biluluak adalah nama lain dari buah kolang kaling yang biasa dijual saat bulan ramadhan. Namun ada salah satu daerah di Tanah Datar yang tidak berhenti memproduksi buah tersebut meskipun di luar bulan ramadhan. Pohon Aren adalah sumber kehidupan mereka. Masyarakat tersebut benar-benar memanfaatkan pohon tersebut mulai dari batang sampai pada buah, ijuk dan air niranya. Di Minang sendiri, pohon aren dianggap seperti anak gadis yang suka merajuk. Ia akan berhenti berbuah atau air niranya akan semakin hari semakin sedikit jika yang mengambilnya adalah perempuan. Pohon satu ini hanya suka kalau laki-laki lah yang memegang-megang mereka.

