Gilang menelan ludahnya dengan susah payah sebelum berbalik dan menghadapi senyum lebar dari bibir pucat Kak Nia. Kakaknya tidak pernah terlihat selemah ini dalam ingatannya. Ia menyajikan makan siang untuk Kak Nia kemudian menuangkan air putih hangat ke gelas yang Kak Nia bawa dari dalam kamarnya. “Azka masih sibuk, ya?” tanya Nia setelah menyelesaikan suapan pertamanya. Oh.. Gilang benci dengan pertanyaan Kak Nia yang satu ini. Kakak sudah menelfon semua orang yang beliau kenal untuk menanyakan kabar mereka dan berterima kasih karena sudah baik padanya selama ini. Bahkan Adin pun masuk dalam salah satu daftar orang yang telah Kak Nia telfon. Berkemas, begitu Kak Nia menyebutnya. Belum lagi dengan puluhan surat yang sampai beberapa menit yang lalu masih kakaknya itu kerjakan. Surat yan

