Belenggu

1438 Kata

Tanpa menoleh, Lestari berbisik dingin, “Kalau mau main api, minimal pintar nutupin bekasnya.” Panas menjalar ke pipi Ninda. Dalam hati, ia mengutuk Patra habis-habisan, menahan desakan emosi yang ingin meledak. Tapi bibirnya tetap terkunci. Jemarinya cepat meraih rambut panjangnya, mengerai pelan hingga jatuh menutupi leher. Klik. Suara pintu kembali terbuka. Adit melangkah masuk. Pandangannya bergeser dari rak sepatu, lalu ke arah ruang tengah. Alisnya sedikit berkerut. “Mama di sini?” tanyanya, nada heran menyelinap di ujung suara saat melihat ibu mertuanya datang sepagi ini. Lestari akhirnya berbalik, senyum tipis namun dingin terbit di bibirnya. “Iya, Ninda semalam minta ditemani tidur.” Adit menatap lebih heran, tapi hanya mengangguk kecil. “Kok kamu pulang, Dit? Bukannya ha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN