BA B 18

1612 Kata
"Apa putri kita sudah tidur? " Nicholas berjalan menghampiri Lizzy yang masih berbaring di atas tempat tidur dengan tubuh lemahnya pasca persalinan yang berat. "Bibi Lorna baru saja menidurkannya di kamar bayi." "Sebenarnya aku punya kejutan untuk Anda, My Lady," Nick ikut naik keatas tempat tidur memeluk istrinya. "Kita akan pergi ke Newcastle setelah ini." "Apa kau yakin?" Nicholas hanya mengangguk. Lizzy benar-benar bahagia dengan berita itu, karena akhirnya dia akan mengenal keluarga Nicholas. Nick sudah mempertimbangkan jarak Newcastle yang tak terlalu jauh cukup aman untuk bayinya, "Mungkin kita sudah bisa berangkat beberapa hari lagi." Bagaimana dengan pamanku, Nick ? " tiba-tiba Lizzy bertanya. "Kupastikan dia pantas menerima hukumannya," Nicholas menarik Lizzy kedalam pelukannya, kemudian mencium puncak kepalanya beberapa saat, sulit dibayangkan jika sampai dirinya tidak bisa kembali untuk istrinya saat itu. "Apa maksudmu, Nick?" Lizzy mendongak untuk menatap suaminya. "Dia coba kembali menjebakku." "Maafkan pamanku, Nick." "Dia coba membunuhmu, bahkan bayi kita, pengecut itu benar-benar tidak pantas kau sebut keluarga." Suara Nicholas sempat meninggi, kemudian Nick baru sadar jika Lizzy tidak perlu tau mengenai fitnah keji sang paman, meski rasanya mustahil untuk memaafkan segala penghianatan Lord Lockwood. "Baiklah kita jangan membicarakannya lagi," Nick kembali membelai puncak kepala istrinya dan menciumnya beberapa kali. Sepertinya Lizzy setuju untuk mengganti tema obrolan mereka. "Aku tidak tau kenapa bayi kita lahir lebih awal, padahal aku belum merasakan tanda-tanda apapun sebelumnya." Lizzy sudah banyak bertanya kepada Lady Anna mengenai tahap- tahap kehamilan dan dia yakin belum merasakan salah satu tanda-tanda apapun jika akan melahirkan sampai tiba-tiba dirinya mengalami kram hebat dan pendarahan yang begitu fatal kemarin. Kejadian itu memang aneh, meskipun akhirnya bayi mereka selamat, Lizzy masih tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika seandainya kemarin dirinya tidak segera mendapatkan pertolongan. "Kita harus betrerima kasih banyak pada Mia," kata Lady Elizabet kemudian dan Nick pun mengangguk setuju. Karena mungkin dirinya kan kehilangan Lizzy dan bayinya jika bukan karena Mia yang begitu cekatan menolongnya. "Tidurlah Lizzy kau perlu banyak istirahat, aku hanya ingin kau segera pulih." Malam itu Lizzy belum terlalu bisa tidur dengan tenang karena bayinya masih bangun beberapa kali karena lapar bahkan sampai menjelang pagi bayinya masih kembali membangunkannya untuk menyusu. Tiap kali suara pengasuh bayinya kembali mengetuk pintu bahkan saat mereka sama sekali belum kembali tertidur. Nicholas sudah bangun saat mendengar suara keributan di luar, dia segera turun dari tempat tidur begitu mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya . "Tuanku, bayi Anda tidak ada di kamarnya." "Bagaimana bisa !" Triak Nicholas. "Sungguh, saya tidak tau, Tuan, baru saja saya mengganti popoknya, " pelayan itu begitu panik dengan tubuh gemetar dan ketakutan. "Apa yang terjadi, Nick? " Lizzy yang baru bangun ikut turun dari tempat tirdurnya. "Ada yang mengambil bayi kita!" Nick sudah berlari keluar untuk memastikan sendiri. Nicholas melihat Ethan Harris dan sepupunya sedang mengintrogasi beberapa pelayan. "Dimana bayiku? " triak Nicholas yang tiba-tiba menyela. "Maaf, Tuan, sungguh aku tidak percaya keponakanku tega melakukannya." Bibi Lorna mulai menangis, "Sungguh, Tuanku, Anda harus segera mengejarnya, aku melihat Clary membawa bayi Anda berkuda ke, Utara." "Berengsek! kenapa tidak ada yang memberitahuku dia ada di sini! " Nick tau wanita gila itu bahkan tega membunuh bayinya sendiri. "Tunjukkan aku di mana arah utara! " "Aku akan menemanimu," Ethhan bergegas mengambil kuda untuk mereka. Ada perbukitan rendah di bagian Utara tanah peternakan Harrington, Ethan yakin wanita itu belum begitu paham dengan tanah peternakannya . "Hanya ada satu jalur menuju perbukitan utara, kecuali dia kan memilih jalan yang salah dan akan tersesat di dalam hutan." Ethan dan Nicholas segera pergi menunggangi kuda mereka masing-masing. "Kurasa dia masih belum begitu jauh kita masih bisa mengejarnya." ****** CLARY...... "Apa yang kau lakukan, Clary? " Bibi Lorna mendapati keponakannya itu sedang menyusun beberapa ranting kecil di atas meja. "Jangan bilang kau sudah mencelakai orang, Clary!" Bibi Lorna sangat paham mengenai jenis-jenis sihir yang sering digunakan oleh para gipsy. "Tidak ada yang boleh mengandung anak dari Nicholas Stanley, Bibi!" "Kurasa kau sudah gila, Clary!" "Seharusnya kau lebih membelaku, Bibi." "Sungguh aku akan mengusirmu jika kau berani menggunakan sihir untuk mencelakai Nona kami!" "Itu tidak perlu, Bibi, karena aku akan pergi sekarang juga! " Clary masih begitu murka karena usahanya kembali gagal, dia mendengar bahwa bayi Lady Elizabeth lahir dengan selamat. Clary memang benar-benar tega menggunakan sihir untuk mencelakai bayi yang masih berada di dalam kandungan. Kebencian seolah sudah membutakan seluruh jiwanya, wanita itu tidak kehabisan akal. Pagi-pagi buta Clary menyusup ke kediaman Ethan Harris untuk mengambil putri Nicholas, rencananya hampir saja gagal saat bibi Lorna kembali memergokinya. Clary segera berlari ke instal saat bibinya mulai mengejar, dan Clary pergi membawa bayi itu kabur dengan berkuda. Bibi Lorna yang berteriak-teriak mulai membangunkan semua orang dan begitulah kekacauan segera terjadi. Ada padang rumput luas sebelum menuju perbukitan batas Utara tanah keluarga Harrington. Akhir musim panas seperti ini jalanan tanah berkerikil sudah berubah menjadi lapisan debu. Clary sangat kesulitan saat harus berkuda dengan menggendong seorang bayi, sempat beberapa kali kudanya hampir tergelincir kerikil kasar. Clary sadar ada dua penunggang kuda yang sedang mengejarnya, dari kejauhan nampak kepulan debu yang mengepul semakin mendekat, dirinya akan segera tersusul dan pelariannya akan segera berakhir sia-sia. Sialnya bayi itu juga mulai menangis dan membuat kepala Clary pening. Sepertinya mustahil untuk memacu kudanya lebih kencang lagi, dirinya tetap akan terkejar. Clary memutuskan turun dari kuda dan memilih berlari menuju hutan, membawa bayi yang masih menangis dalam gendongannya. "Kurasa wanita itu coba bersembunyi," kata Ethan begitu melihat Clary berlari ke hutan, karena dia tau arah itu tidak akan menuju kemanapun kecuali tebing curam di sisi bukit cadas. Nicholas memacu kudanya lebih cepat mendahului Ethan yang semula ada di depannya. Dia ikut melompat turun dari kuda dan menyusul berlari kedalam hutan. Suara tangis bayinya memberinya petunjuk kearah mana dirinya harus mengejar. Clary yang panik tidak tau harus berbuat apa karena bayi itu masi terus menangis dan membuat semua usahanya sia-sia. Dia terus berlari membawa bayi Nicholas memasuki semak-semak hutan yang berduri, dia benar-benar keluar dari jalur setapak. Clary masih terus berlari sampai akhirnya dia terhenti di tepi tebing berbatu, sadar dirinya sudah terjebak dengan jalan buntu dan tidak punya pilihan . "Jangan mendekat atau akan kulempar bayimu kejurang!" ancam Clary saat Nicholas coba mendekat. Nicholas benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa saat Clary mulai mengangkat bayinya. "Apa maumu, Clary?" "Aku bersumpah kau tidak akan memiliki keturunan dari wanita manapun, Nicholas! " "Sungguh aku akan membunuhmun dengan tanganku sendiri jika kau berani sedikit saja menyakiti putriku." "Mungkin aku akan mati setelah ini, tapi aku tidak menyesal, Nicholas!" "Kau gila, Clary! " Clary berpura-pura membelai bayi Nicholas dan tersenyum sinting. "Kembalikan bayiku, Clary, " Nick mulai memohon saat Clary hanya menggeleng lembut. Clary mengambil belati kecil dari balik gaunnya. "Tolong jangan sakiti bayi tak berdosa itu, Clary," mohon Nicholas. Clary mulai memainkan ujung belati itu untuk membelai pipi kemerahan mahluk mungil di gendongannya. "Tolong jangan sakiti dia , kau boleh membunuhku asal jangan sakiti putriku." "Menarik," tawa Clary semakin sinting saat menatap keputus asaan Nicholas. Clary melempar belatinya ke arah Nicholas, "Bunuh dirimu sendiri, Pengecut egiois!" Nick memperhatikan belati yang jatuh tak jauh dari kakinya. "Ayo lakukan saja," tantang Clary, " kita akan mati bersama, Nicholas!" Nick mengambil belatinya, dan menatap Clary yang masih menggendong bayinya. "Kau ingin aku menusuk di mana? " tanya Nicholas yang mulai menunjuk beberapa bagian tubuhnya dengan ujung belati, "Katakan padaku di bagian mana kau ingin melihatku mati?" Sepertinya Clari justru tidak terlalu siap dengan keseriusan Nicholas, karena bagaimanapun Nicholas tetaplah pria yang di cintainya. "Aku akan mati, Clary, tapi sama sekali bukan untukmu!" bibir Nicholas mulai berdesis, Nick benar-benar menancapkan belati itu untuk menusuk perutnya, "kau lihat, ternyata satu tusukan belum membunuhku." Darah segar mulai merembas dari kemeja putih Nicholas dan rasa panas berdenyut mulai menyengat perutnya tapi dia sudah pernah merasakan yang lebih sakit dari itu. "Di mana lagi kau ingin aku menusuknya?" tannya Nicholas," akan kulakukan sampai kau puas ,Clary!" tantang Nicholas dengan nafas berdesis. Wanita itu mulai menggeleng dengan kepanikan baru. "Tidak ada yang boleh memilikimu, Nick, sungguh kita akan mati bersama setelah ini," Clary memang benar-benar sinting. "Tapi aku juga tidak akan membiarkan wanita itu memiliki bayimu." Clary kembali berpikir sejenak,"Atau Mungkin sedikit bekas luka cukup untuk membuat hidup putrimu menderita." Nicholas tidak tau bagaimana wanita itu bisa kembali mendapatkan pisau dari balik bajunya. "Kau janji tidak akan menyakitinya, Clary," bibir Nicholas mulai memucat dan bergetar menyaksikan Clary kembali memain-mainkan pisaunya diatas kulit lembut kemerahan bayi kecil yang sudah mengjang karena tangis. "Kita akan mati bersama setelah in...!" Clary belum sempat menyelesaikan kalimatnya saat sebuah anak panah tepat menembus telapak tangan hingga tertancap di dadanya. Nafas Lizzy masih bergetar dari atas punggung kudanya, dia baru saja menjatuhkan busur dari tangan kirinya. "Kau tidak akan bisa mengambil apapun dariku! " kecam sang Lady dengan Netra birunya yang setajam belati. Clary masih menatapnya dengan nafas tersengal pendek -pendek, bibirnya hanya bisa berdesis tampa suara. "Ingat baik-baik! jika aku sedang menyaksikan ajalmu!" desis Lizzy yang sepertinya benar-benar ingin melihat sampai nafas terahir wanita itu pergi meninggalkan tubuhnya . Tubuh Clary mulai merosot pada dinding batu cadas hingga akhirnya jatuh ke tanah dengan mata yang masih terbuka. Nick berjalan menghampiri istrinya, sementara Ethan membawa bayi mereka pulang lebih dulu. "Kau ter luka? " "Ini bukan apa-apa," Nick ikut naik ke atas punggung kuda, Lizzy yang begitu pucat lebih membuatnya khawatir dari pada dirinya sendiri. Nick segera menarik kekang kuda untuk membawa istrinya pulang sebelum wanita itu benar-benar pingsan. Begitu mengetahui Clary lah yang terlibat dalam penculikan anaknya, Lizzy benar-benar sudah tidak bisa lagi di hentikan, dia memaksa untuk pergi sendiri meski semua orang sudah coba mencegahnya . Lizzy mencari busur dan segera pergi ke instal untuk mengambil kuda, benar-benar tidak ada yang bisa menghentikan seorang Lockwood dengan kemurkaannya.  LIKE YA 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN