BAB 19

1124 Kata
Nicholas mendapati tubuh istrinya yang mulai menggigil dan sudah sepucat batu kapur saat dia membawanya melompat turun dari punggung kuda, tubuhnya sendiri sedang terluka tapi apa pedulinya bahkan Nicholas masih sanggup membawa istrinya berlari menyebrangi halaman. Melihat darah segar sudah mulai membasahi gaun sang Lady, Nick tau Lizzy kembali mengalami pendarahan yang hebat. Bahkan Nicholas sudahh tidak berani memikirkan bayangan mengerikan itu lagi, saat dirinya juga pernah hampir kehilangan sang Lady. Lizy harus selamat dan dia akan bertahan atau dia akan menukar apapun utuk itu, bahkan nyawanya sendirpun dia rela. "Tolong selamatkan istriku dan akan ku tukar apapun untuk itu,"rancu Nicholas dalam kepanikannya saat masih berdiri di ambang pintu. George menghampirinya untuk membantu karena tau sebentar lagi Nicholas juga pasti akan segera ambruk, darah segar juga masih merembas dari balik kemejanya . "Kau terluka? " tanya George khawatir melihat luka Nicholas. "Jangan peduliakan aku, selamatkan istriku tolong ... " Semua orang di rumah itu segera berusaha menolong meski dengan kepanikan mereka masing-masing, dan tiap kali memang hanya Mia yang bisa di andalkan meskipun dengan kehamilan besarnya yang merepotkan. Karena khawatir, George berusaha untuk selalu membantu istrinya, "Tolong bersihkan luka Nicholas aku bisa menangani sang Lady," George cukup patuh meskipun agak cemas membiarkan Mia bekerja sendiri, tapi di sisi lain Nicolas memang memerlukan pertolongan George terpaksa mengikuti instruksi istrinya. Ethan sudah memindahkan Nicholas ke atas sofa saat George mendekatinya. Lady Annabet dan bibi Lorna membantu Mia menolong Lady Elizabeth, hampir semalaman mereka tidak tidur meski pendarahannya sudah berhenti tapi Lady Elizabeth masih belum menunjukan tanda-tanda bakal siuman. Untungnya Nicholas segera kembali sadar setelah George selesai membebat lukanya. Malam itu mereka semua menunggu dalam kecemasan yang luar biasa, berulang kali seorang pelayan memberi tau Nicholas bahwa putrinya terus menangis tapi apa daya Nicholas sudah hampir gila karena hanya bisa bebaring seperti orang tak berguna saat menyaksian istrinya yang masih terkulai tak berdaya di atas ranjang yang sebagian masih menyisakan noda darah yang bahkan belum selesai di bersihkan. Kepanikan kembali terjadi dari seorang pelayan yang tiba-tiba berteriak setelah menjatuhkan ember berisi air hangat yang di bawanya. Tubuh Lady Elizabeth masih tak bergeming di atas ranjang tapi Mia yang semula tertidur di sofa di pangkuan suaminya tiba-tiba sudah bangun dan baru saja mengeluarkan sesuatu yang masih bersimbah darah dari balik gaunya, George yang semula sempat ikut tertidur sejenak di sampingnya segera ikut terbangun karena kegaduhan pelayan tersebut. "Oh, Lady apa yang telah jadi dengan bayi, Anda?" "Sepertinya bayiku kembali keluar sebelum waktunya." "Apa yang terjadi? " tanya George panik melihat tangan istrinya yang penuh darah memeluk janin kecil yang tak bergerak di gendongannya. "Dia tidak bernafas, George," meski Mia nampak baik-baik saja sebenarnya dia hanya terlalu kuat untuk menahan rasa sakit dengan tubuh kecilnya. Bahkan Nicholas yang masih terluka pun tanpa sadar ikut berdiri, menyaksikan Mia bersimbah darah dengan sangat mengerikan..... "Tuanku, sebaiknya Anda jangan berdiri dulu," kata pelayan yang baru saja melompati genangan air yang baru di tumpahkannya, pelayan itu membantu Nicholas kembali berbaring meski Nick coba menolaknya. "Turuti kata-katanya karena kau juga tidak bisa berbuat apa-apa," kali ini George yang bicara. George sudah cukup mengerti dengan apa yang harus di lakukannya tanpa meminta bantuan siapapun, dia segera mengangkat Mia dari atas sofa membawanya kembali ke kamar mereka dan meminta pelayan menyiapkan air hangat. "Dia seorang Putri, George," sedih Mia saat menatap suaminya. George tau sebesar apa keinginan istrinya untuk bisa memiliki seorang Putri, setelah putri mereka sebelumnya jug alahir sebelum waktunya. "Putri kita tak bernafas, George," kata Mia berulang kali. George sudah selesai membersihkan tubuh Mia dan memberinya pakaian bersih yang baru, sebelum kembali menyelimutinya. "Kita akan memiliki lebih banyak putri setelah ini." Kata George saat ikut naik ke atas ranjang untuk memeluk istrinya, meski sebenarnya dia sendiri juga masih coba menahan kepedihannya . George lah yang selalu merasa sangat bersalah tiap kali Mia gagal dalam kehamilannya. Sejauh ini hanya seorang putra yang selamat dari tiga kali kehamilannya, mungkin karena kehamilan beruntun di usia yang masih sangat muda memang penuh resiko. "Maafkan aku, Mia, seharusnya aku bisa memberimu waktu." "Aku baik-baik saja, seperti yang sering kau bilang kita akan memiliki banyak Putri setelah ini." "Kurasa tidak dalam waktu yang dekat!" tegas George dalam kelembutannya saat kembali mengecup puncak kepala istrinya. "Bagiku kau dan Putra kita sudah cukup bagiku." George hanya bisa berusaha menenangkan istrinya sepanjang malam, meski Mia tetap tidak bisa tertidur George tetap tidak menyerah untuk membuat istrinya senyaman mungkin **** Pagi harinya Lady Elizabeth akhirnya siuman, Nick tak berhenti bersumpah di depan istrinya, bahwa dia akan melakukan apapun untuk menebus semua kesalahannya pada sang lady. "Jangan terus bersumpah, Nick, percayalah aku akan baik-baik saja." Nicholas kembali memperhatikan istrinya yang masih berbaring lemah di atas ranjang, Nick hanya merasa kebahagiaannya kali ini mungkin sangat tidak adil bagi Mia dan George. "Apa yang kau pikirkan, Nick?" tanya sang Lady yang sepertinya bisa ikut merasakan kecemasan suaminya. Melihat kondisi istrinya Nicholas sempat ragu untuk memberitahukan perihal yang sebenarnya, Nick memutuskan menunggu sampai kesehatan sang Lady cukup membaik. Sampai beberapa hari berlalu dan Nick merasa istrinya memang tetap harus tau . Saat mengetahui George dan Mia telah kehilangan putrinya setelah usaha keras mereka menyelamatkan nyawanya, tak urung hal itu kembali membuat Lizzy terpukul. "Putriku juga akan menjadi putri kalian" Kata Lizzy tiba-tiba. Sama halnya dengan Nicholas, George dan Mia juga tidak mengerti dengan maksud Lady Elizabeth yang berusaha mengajak mereka tersenyum. "Bukankah kita bisa mengatur kontrak pernikahan untuk Putra-Putri kita?" Tiap pasang mata kali ini sedang menatap Lady Elizabeth dengan lebih serius. "Siapa nama putra kalian? " tanya Lizzy pada George dan Mia. "William Harrington, " jawab George singkat setelah menoleh Mia sebentar kemudian kembali melihat Nick dan Lady Elizabeth yang masih setengah berbaring di ranjangnya. "Kami menawarkan kontrak pertunangan kepada putra Anda, William Harrington untuk Putri kami Lady Annelies Stanley, " kata Lizzy sambil menggenggam tangan Nicholas yang ikut mengangguk pada George Harington. Mia hanya menatap suaminya dan ikut tersenyum. "Kita akan segera mengatur kontrak pertunangannya, " kata George kemudian. ****** Next JANGAN KHAWTIR KARENA CERITA MASIH PANJANG....... DAN JANGAN LUPA BERI DUKUNGAN UNTUK PENULIS AGAR TERUS BISA BERKARAYA.. YORK SHIRE 24 TAHUN KEMUDIAN...... #Mencintaimu ibarat menyelami lautan hitam pekat yang penuh dengan badai# **prolog** Ingat bagai mana permusuhan antara James dan Nicholas? Jelas James bukanlah tipe pemaaf, dendam lama dan persaingan bisnis mereka di bidang perkapalan dan tambang yang semakin sengit belakangan ini menjadikan mereka sebagai dua keluarga bangsawan paling berpengaruh di utara. Setelah menikahi putri seorang Duke dan memberikan keturunan laki-laki sebagai penerus Duke of Greenock -ke 4, Nicholas mendapatkan gelar kehormatan sebagai seorang Earl dan juga kepemilikan kembali atas semua tanah keluarganya di utara sebagai hadiah langsung dari Raja. Tak ayal jika persaingan di antara keluarga Winston dan Stanley seperti sudah memasuki babak pertarungan baru yang sepertinya tanpa akhir. LIKE KALIAN SANGAT BERARTI BUATKU
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN