BAB 11

1268 Kata
Hari ini Lockwood palace sangat ramai dengan kehadiran para tamu, sebuah pesta sedang di adakan untuk menyambut kehamilan pertama Lady Elizabeth. Banyak undangan yang hadir mulai dari kalangan bangsawan sampai para rekan bisnis mendiang sang Duke. Selain Lady Elizabeth ternyata Nicholas juga ikut menjadi pusat perhatian bagi para tamu. Mereka mulai saling berbisik dan menggunjingkan perihal kebangkrutan keluarga Stanley. Tak sedikit memang dari para tamu yang terlihat sengaja mengabaikannya karena berpikir Nicholas Stanley tak lebih dari seorang pemuda yang hanya mengandalkan ketampanannya untuk menjerat hati seorang Lady kaya raya. Nicholas sangat sadar dengan kesinisan para tamunya, tapi bukan Nicholas namanya kalau dia tidak cukup percaya diri untuk mengabaikan gosip apapun tentang dirinya. Bagaimanapun dirinyalah yang duduk di samping Lady Elizabet Lingto dan siapapun harus tetap ikut menghormatinya. Lord Lockwood juga sempat melemparkan beberapa sindiran pada suami keponakannya itu, sayangnya semua usahanya selalu berakhir sia-sia, sepertinya Thomas baru sadar jika ternyata Nicholas Stanley adalah pemuda yang jauh lebih licik dari dirinya sendiri. "Kudengar banyak yang membicarakan Anda, Tuan Stanley?" "Kupikir orang seperti Anda tidak tertarik dengan rumor murahan, Paman,"Nick sengaja melempar senyum meremehkan pada sang Earl yang coba kembali menyinggungnya. Mereka duduk di meja utama, Nicholas, Lizzy, Lord Lockwood dan beberapa bangsawan dari Glasgow yang tadi sudah sempat memperkenalkan diri meski selanjutnya Nicholas tidak berminat untuk mengingat mereka satu-persatu. Bagi Nicholas mereka semua tak ubahnya para penjilat yang suka berbicara manis di depannya dan mulai ikut mengunjingkannya segera di tiap ada kesempatan. Nicholas sudah terbiasa dengan orang-orang seperti itu, sebagian besar dari hidupnya sudah dia habis kan bersama orang-orang yang selalu iri dengan segala keberuntungannya. Para bangsawan itu selanjutnya hanya berpura-pura menikmati hidangan di atas meja, karena sisa perdebatan antara Nicholas Stanley dan Tomas Lockwood terasa masih membekukan Atmosfer di antara mereka. Bagai perang dingin yang tidak akan pernah usai, hingga akhirnya Lizzy mengambil inisiatif untuk memulai obrolan, karena dia tau jika suaminya itu tidak akan pernah mau mengalah dengan sang paman. "Nick, kau bisa belajar pada paman jika ingin mulai belajar mengurus beberapa bisnis keluarga kita." "Tentu, My Lady." Nicholas menegakkan punggungnya saat duduk menatap sang paman. Lord Lockwood sengaja mengabaikan tantangan anak muda itu karena dia yakin kemenangannya tidak akan bertahan lama. Tidak pernah ada yang tau dengan apa yang sudah direncanakan sang paman sebagai kado kehamilan pertama keponakannya. Tiba-tiba seorang wanita muda menghampiri meja mereka. Nick terkejut melihat sosok Clary yang baru keluar dari kerumunan tamunya. Nick masih tidak tau bagaimana wanita itu bisa berada di dalam pesta yang jelas di jaga ketat oleh para pengawal. Lizzy masih duduk di sampingnya saat Clary berjalan lebih dekat menghampiri meja mereka. Lizzy masih ingat jelas dengan kekasih suaminyanitu, tapi Lizzy baru sadar jika wanita itu sedang hamil besar Lizzy masih ingat jelas dengan kekasih suaminyanitu, tapi Lizzy baru sadar jika wanita itu sedang hamil besar. "Maaf jika saya mengganggu Anda Tuan-Tuan." Lizzy coba bertahan dengan ketenangannya saat wanita Gipsy itu mulai bicara dan terang-terangan menatap Nicholas. "Siapa namamu? " tanya Lizzy coba menegur kelancangan wanita itu saat masih menatap suaminya tanpa sungkan meski Nicholas memilih diam. "Namaku, Clary, MY lady," Gipsy itu hanya menoleh sekilas kemudian kembali fokus pada Nicholas yang masih tak bergeming bagai bongkahan batu es dengan tatapan dinginnya. Bukannya Lizzy tidak menyadari reaksi suaminya, bahkan Lizzy masih ingat dengan nama yang beberapa kali di sebut-sebut Nicholas saat dia menggiggau karena demam waktu itu. Bukannya hal itu sama sekali tidak mengusik hatinya sebagai seorang istri, setelah ternyata wanita itu adalah seorang Gipsy yang sangat cantik. Sekali lagi Lizzy coba mengendalikan egonya saat kembali memperhatikan wanita cantik berambut gelap yang mungkin memang sudah lama menjadi kekasih suaminya itu. "Apa yang kau lakukan di sini, Clary? " potong Nicholas yang mulai tidak sabar dengan basa-basi yang coba di buat wanita itu. Clary jelas sadar dengan kemarahan Nicholas saat pria itu mulai bangkit dari tempat duduknya dengan nafas berdesis. "Aku mengandung anak dari tuan Nicholas Stanley, My Lady," kali ini Clary sengaja mengabaikan pertanyaan Nicholas dan menatap Lady Elizabeth dengan kepercayaan dirinya. "Sepertinya itu terdengar hebat keponakanku," sela sang paman yang sepertinya benar-benar sedang ingin bertepuk tangan. Lizzy yang tetap pura-pura tenang hanya melihat mereka bertiga bergantian. "Kenapa aku harus mempercayaimu, Nona? " tanggapan mengejutkan dari Lady Elizabeth sepertinya membuat Clary bingung hingga matanya coba kembali mencari Nicholas untuk sebuah dukungan. "Katakan padaku jika kau tidak mengenal wanita ini, Nicholas,"Lizzy sengaja menyela lebih dulu dengan ketenangannya yang mengerikan, Nick baru sadar jika istrinya bukan wanita yang sebenarnya tidak tau apa-apa. Tekanan itu jelas begitu nyata saat sepasang Netra biru sang Lady menatapnya untuk tidak memberinya pilihan. "Maaf sebaiknya kau peg, Nona," Nick mengatakannya begitu jelas kepada Clary, seperti kalimat dingin itu benar-benar keluar tanpa hati. Clary sendiri masih terkejut kenapa ternyata dengan begitu mudahnya Nicholas mengusirnya, dan bahkan tega memanggil pengawal ketika dirinya masih tidak bergeming. Wanita itu mulai memaki dan berteriak saat beberapa pengawal akhirnya benar-benar menariknya pergi. Keributan itu sempat menjadi tontonan bagi para tamu undangan yang sepertinya akan sangat puas dengan pertunjukan drama murahan. Clary masih meronta dan meneriakkan berbagai kutukan saat para pengawal terus menyeret tubuhnya keluar, bukannya Nick tidak peduli, tapi Lizzy seperti tidak memberinya pilihan sama sekali, dan jujur Nick juga kecewa dengan sikap Clary. Nicholas kembali memperhatikan istrinya yang masih begitu tenang, sangat mengejutkan bahkan dia sudah kembali menyapa sang paman untuk melanjutkan obrolan. Memang tidak pernah ada yang tau jika sesungguhnya Lizzy sudah lebih siap dengan semua ini. "Kenapa Anda membelaku? " tanya Nicholas setelah mereka tinggal berdua. "Memangnya kenapa?" jawab Lizzy masih dengan ketenangannya yang luar biasa. "Aku yakin kau sudah tau jika aku menghianati Anda, My Lady." "Aku tau kau tidak mencintaiku, ataupun dia, karena kau tidak mencintai apapun, kecuali dirimu sendiri, Nicholas!" Nick masih terkejut dengan jawaban istrinya yang ternyata begitu tepat menggambarkan keberengsekan nya. "Kau tetap ayah dari bayiku, lakukan saja apapun yang kau suka," Lizzy memilih pergi lebih dulu mengabaikan Nicholas yang masih berdiri seperti marmer beku. Sepertinya wanita itu memang sudah berhasil membentengi dirinya setebal baja. Rasanya Nicholas tiba-tiba hanya ingin mengutuk dirinya sendiri. Seberengsek apapun Nicholas adalah anak yang menghormati ibunya, meskipun wanita itu telah meninggalkannya demi seorang pria yang lebih dicintainya. Tapi meski demikuan, Nick tidak pernah menyalahkan pilihan ibunya. Viscount Stanley adalah pria yang suka bermain wanita dan tega memukul wanita, Nick bisa mengerti kenapa ibunya akhirnya memilih pergi dengan pria yang lebih setia, meskipun Nick tetap tidak bisa membenarkan seorang pria yang mendekati wanita bersuami. Saat masih kecil Nick sering menyalahkan keputusan ibunya yang membuatnya dibesarkan sebagai seorang berengsek, namun seiring waktu dia bisa mulai mengerti. Mungkin memang hanya ketidak beruntungannya saja hingga akhirnya Nicholas tidak pernah mendapat kasih sayang dari seorang ibu lagi. Nicholas memang di besarkan dengan penuh kemewahan dan terlalu di manjakan sebagai putra tunggal sang Viscount, tak heran jika dirinya hanya bisa jadi pemuda berengsek seperti sekarang. Pada saat usianya delapan belas tahun, Nicholas mulai mencari kembali ibunya, dan semua itu dia lakukan di luar pengetahuan sang Viscount yang pasti akan melarangnya. Nick menemukan Ibunya hidup sederhana di sebuah kota pelabuhan, dengan keluarga barunya. Nick tau ibunya sudah menikah dengan mantan pengacara kepercayaan ayahnya, mereka memiliki dua putra dan seorang anak perempuan. Pemandangan keluarga harmonis itu sangat nyata, mereka memiliki anak-anak yang menyenangkan. Ada rasa iri di hati Nicholas, mungkin jika ibu nya yang membesarkannya waktu itu, dirinya mungkin akan jadi pria yang lebih baik. Tapi kenyataannya bukan itu yang terjadi, ibunya malah meilih meninggalkannya untuk di besarkan dengan kemewahan oleh sang Viscount, saat ibunya memilih menyerah. Hal itu membuat Nick kembali teringat Istrinya....Lady Elizabet Lington yang bahkan tak menghiraukan penghianantan suaminya demi untuk darah dagingnya, dan tiba-tiba Nicholas merasa sangat berengsek karena hal itu. LIKE YA
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN