“Co!” Livy marah, ia berseru sekaligus membentak. Bak ditabuh, Markco juga langsung tersentak dan buru-buru lari untuk menghadap. Namun lagi-lagi, Markco bingung dengan apa yang harus ia lakukan karena ia memang belum tahu duduk perkara yang terjadi. Bagaimana jika Daven masih saudara Livy karena biar bagaimanapun, ia belum mengenal Livy lebih dari nama dan juga profesinya. Namun karena Livy terlihat sangat tidak nyaman, kedua tangan Markco bergerak menjalankan titah naluri. Markco merasa harus melindungi Livy, alasan yang membuatnya bertahan di sana. Jadilah ia melepaskan Livy dari Daven meski harus mengeluarkan tenaga dalam dan membuatnya bersikap cukup kasar kepada Daven. “Jangan kasar, ... jangan main paksa. Biarkan Livy melakukan sesukanya. Kita selesaikan semuanya dengan baik-baik.