“Sakit?” lirih Livy sambil mengelus punggung jemari tangan kiri Lify yang biru efek terlalu sering mengalami bongkar pasang jarum untuk infus. Tak seperti biasa, kali ini Lify tampak sangat lemah. Bukan karena sudah larut dan juga sudah sangat mengantuk, tapi karena hal yang jujur saja ragu untuk Livy utarakan karena baginya itu terbilang sensitif. Namun jika boleh jujur, Livy merasa, gadis kecil itu sudah ketergantungan kepadanya hingga Lify tak segan bermanja dan tak mau pisah dengannya. Di kursi kerjanya, melihat sang putri yang terus menempel kepada Livy, Lify terus meringkuk di pangkuan sekaligus dekapan wanita asing yang tampaknya sudah membuat sang putri ketergantungan, Markco merasa harus secepatnya bertindak. Bukan tanpa alasan, tetapi karena status Livy dan juga perjalanan hi