Demi menjaga perasaan Fajar, Livy dan Markco berangsur melepaskan diri. Keduanya berdiri berdampingan, tapi Markco menggenggam erat sebelah tangan Livy, membuat ruas jemari mereka mengisi satu sama lain, menegaskan mereka tak akan terpisahkan apa pun yang terjadi. “Vy, ... ke sini!” dokter Fajar berucap lirih tapi tegas, memberi perintah sekaligus peringatan karena biar bagaimanapun, yang ia tahu, Livy tunangannya. Wanita di hadapannya yang ia pergoki telah berselingkuh dengan sepupunya, merupakan calon istrinya. Mereka akan menikah dan tinggal menentukan waktunya saja. Kendati demikian, kendati ia terus menatapnya penuh peringatan, Livy tetap bertahan di sisi Markco dan hanya menatapnya sungkan. “Jar,” sergah Markco yang langsung menggunakan tangan kirinya untuk menghalau kepalan tangan