Bab 16. Sama Brengseknya

1519 Kata
Happy Reading Mutia berniat untuk belanja bulanan ke supermarket dekat rumahnya. Untuk mengisi kulkas yang sudah kosong karena Mutia sangat jarang memasak. Sekedar info, Mutia mendapatkan kompensasi perceraian berupa rumah yang dulu dia tempati setelah menikah dengan Alva. Rumah yang diberikan oleh Jack untuk Alva sebagai hadiah pernikahan. Rumah itu lumayan besar dengan dua lantai bergaya modern. Alva merasa sudah cukup dengan memberikan rumah tersebut sebagai kompensasi perceraian mereka. Dia juga belum menyentuh Mutia sama sekali, jadi Mutia tidak mengalami masa Iddah. Jangankan menyentuh, mencium bibirnya saja Alva belum pernah. Entah kenapa dulu Alva tidak mau melakukan itu, awalnya Mutia biasa saja bahkan dia merasa jika mungkin Alva begitu menghargainya sebagai seorang perempuan dan tidak akan menyentuhnya sebelum halal. Akan tetapi, ternyata dia salah. Alva mencintai wanita lain dan itu adalah Aluna. Wanita itu menghela napas, selalu merasa sesak jika mengingat hal tersebut. Akhirnya Mutia memutuskan untuk melajukan mobilnya ke supermarket terdekat karena jadwal pulang kerja hari ini dia adalah belanja. *** Mutia masuk ke dalam supermarket setelah memarkirkan mobilnya. Mobil itu miliknya sendiri yang dia beli sebelum menikah dengan Alva. Sebenarnya Alva memang tidak terlalu banyak memberikan harta benda kepadanya, bahkan di saat mereka masih berpacaran pun Alva sangat jarang memberikan hadiah ataupun barang-barang mewah. Tidak dipungkiri, awalnya Mutia menginginkan Alva karena pria itu tampan, kaya raya, dan juga pewaris terkenal dari keluarga Xanders. Tentunya dia juga ingin bisa menjadi istri seorang CEO dan mendapatkan julukan sebagai wanita kaya sosialita dengan berbagai barang bermerk mewah yang dia kenakan nantinya. Itu impiannya dulu, sebelum Alva mengetahui semuanya. Saat akan mengambil beberapa cemilan, Mutia terpaku melihat wanita yang sangat dia kenal. Mantan sahabatnya yang pergi selama 6 tahun itu sedang belanja di supermarket yang sama dengannya. Jadi, apakah Aluna sudah kembali? Kaki Mutia seperti tidak bisa digerakkan. Dia terkejut dan masih shock atas kemunculan Aluna kembali di sini. Padahal selama ini dia merasa baik-baik saja ketika Aluna pergi dan tidak kembali selama bertahun-tahun. Tetapi sekarang melihat Aluna kembali, perasaannya jadi kebat-kebit tidak karuan. Dia takut jika Aluna akan berhasil merebut Alva karena sekarang pria itu sudah mencintainya. Bukankah dulu Aluna juga sangat mencintai Alva? Wanita itu bertahun-tahun mengejar Alva tetapi tidak mendapatkan respon dari pria itu sehingga dengan mudah dirinya memonopoli Alva agar menyukainya. "Luna?" panggilnya. "Lo-lo kembali? Sejak kapan?" Mutia bisa melihat tatapan Aluna yang terlihat berbeda. Tidak ada raut terkejut ataupun raut wajah Aluna yang kaget karena bertemu dengannya. Hanya datar saja. Jujur, Mutia merasakan perasaan bersalah pada wanita itu. Bisa jadi, setelah ini jika Alva bertemu dengannya, mantan suaminya itu akan mengatakan cerita yang sebenernya. Mutia tiba-tiba merasa takut kalau Aluna benar-benar tahu keburukannya dia dulu. Tidak ingin terlihat aneh, Mutia memutuskan untuk mendekat dan akan memeluk Aluna. Tetapi Aluna menghentikan langkahnya dengan kata-kata yang menurutnya itu sebagai penolakan secara halus dan sebuah kata yang membuatnya merinding. "Maaf, gue buru-buru Mut, selamat ketemu kembali, ya?" *** Aluna memeluk Dila dengan erat, dia sangat merindukan sahabatnya yang sudah tidak bertemu selama hampir 8 tahun ini. Gara-gara kesalahannya, membuatnya harus putus pertemanan dengan Dila. "Maafin gue ya Dil! Dulu gue benar-benar bodoh, kenapa gue mesti percaya sama Mutia, padahal jelas-jelas dia yang salah, bahkan gue nyalahin elo atas dasar perbuatan yang gak pernah lo lakuin!" ujar Aluna menangis di pelukan Dila. Dila juga ikut menangis, rasanya sesak sekali tetapi juga lega ketika dia bisa melepaskan semua bebannya, meluruskan kesalahpahaman antara mereka dan juga sahabat baiknya telah mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. "Nggak apa-apa, yang penting sekarang lo udah tahu semuanya. Itu aja udah cukup buat gue, Lun. Gue seneng sahabat baik gue bisa kembali lagi dan gue harap lagi kita bisa saling menguatkan satu sama lain," ujar Dila sama air matanya. Aluna menangis sambil tertawa, dia juga merasa lega ketika akhirnya bisa bertemu lagi dengan Dila dan meminta maaf pada sahabat baiknya itu. "Pokoknya kalau ada apa-apa kedepannya, kita harus bisa saling cerita dan mencari tahu hal yang sebenarnya, jangan sampai ada kesalahpahaman lagi. Apalagi ada seseorang yang memang berusaha untuk mengadu domba kita." Aluna mengangguk. "Iya, betul. Ayo duduk." Aluna menarik Dila ke arah sofa. "Kita makan cemilan yang tadi gue bawa sambil cerita-cerita gimana masa-masa 8 tahun ini. Lo hidup di mana dan bagaimana kehidupan lo setelah pisah sama gue?" ujar Aluna. "Gue udah nikah, tapi udah cerai juga, jadi gue sekarang janda," ucap Dila meringis membuat Aluna memekik terkejut. "What! Kapan lo nikah? Kok gue nggak tahu?!" seru Aluna. Sumpah demi apapun, dia benar-benar tidak tahu kabar Dila yang sudah menikah. "Lima tahun lalu, tapi cuma bertahan 6 bulan aja. Karena setelah itu gue minta cerai, pernikahan itu cuma perjodohan dan dia nggak cinta sama gue," jawab Dila dengan senyum sendu di wajahnya. Aluna bisa melihat kesedihan di mata Dila saat menceritakan hal itu. "Wait, jangan bilang kalau hanya cinta sepihak? Lo cinta sama suami lo dan dia nggak cinta, atau dia punya cewek lain yang sebenarnya dia cintai?" Dila tertawa mendengar ucapan Aluna. "Kayak di film-film aja, sih." Dila jadi menerawang jauh tentang hubungan pernikahan itu. Memang Semua hanya sekedar formalitas saja. Mantan suaminya menginginkan posisi ahli waris, jadi dia mau menikah dengan wanita yang dipilihkan oleh kakeknya itu. "Kalau lo gimana? Gue belum lama balik ke Jakarta, mau main ke rumah lo gue nggak berani. Takut kalau lo masih marah sama gue. Cuma yang gue denger Alva dan Mutia udah cerai, ya?" "Hem, gue udah punya anak. Usianya lima tahun?" Kali ini bukan cuma terkejut, Dila syok berat. "Jadi lo juga udah nikah? Sama siapa?" Aluna menggeleng. "Gue hamil di luar nikah dan sampai sekarang gue nggak nikah," jawab Luna nyengir kuda. "What! Gue bisa jantungan Lun! Siapa cowok itu? Dia nggak mau tanggung jawab! Mana rumahnya, gue bakar sekalian orangnya." Aluna tertawa melihat Dila yang berapi-api. "Udahlah, gue juga udah nggak peduli lagi sama Bapak anak gue. Udah nggak ingin minta tanggung jawab lagi. Dulu dia nolak benih gue dan bahkan suruh gugurin. Jadi ya udah, kalau sekarang dia merasa bersalah dan menyesal, jangan harap dia akan diakui sama anak gue!" "Luna ...." Mata Dila berkaca-kaca. Ternyata nasib sahabatnya itu jauh lebih buruk dari nasibnya. "Peluk!" Aluna memeluk Dila. Keduanya akhirnya menangis lagi. Menangisi nasibnya yang ternyata sama. Masalah laki-laki b******k yang hadir dalam hidup mereka. *** Alva tidak semangat masuk kerja, tetapi dia harus tetap masuk karena ratusan karyawan Xanders Corp sangat membutuhkannya. Sejak kemarin Aluna tidak membalas pesannya bahkan sepertinya nomornya sudah diblokir oleh wanitanya itu. "Ah, sepertinya aku harus pakai nomor baru buat menghubungi dia lagi," gumam Alva saat akan masuk ke dalam ruangannya. Sejak di dalam lift, Alva memperhatikan ponselnya dan memandang nomor Aluna yang sudah tidak bisa dia hubungi itu. Alva baru sadar tadi pagi kalau nomornya di blokir dan dia hanya bisa menghela napas. Alva sama sekali tidak kesal, dia malah semakin semangat untuk mengejar Aluna dan cintanya. Suara ketukan pintu membuat Alva berseru. "Masuk!" Pintu terbuka, seorang wanita berhijab masuk ke dalam. "Selamat pagi, Pak. Hari ini saya sudah mendapatkan pengganti saya. Jadi, setelah prosedur pengunduran diri saya Anda ACC, saya sudah bisa berhenti bekerja hari ini," ujarnya. "Kamu sudah mendapatkan penggantimu? Siapa yang menyeleksinya? Kamu sendiri? Bagaimana CV nya?" tanya Alva berturut-turut. Tidak semudah itu mencari pengganti kalau bukan orang yang sudah berpengalaman di bidangnya. Wanita yang bernama Prita itu terlihat Salang tingkah. "Anu pak ... ehm saya sudah memeriksa CV nya, dia dulu bekerja di perusahaan Brosten, Inggris dan jabatannya sebagai wakil direktur. Tapi, dia bersedia menempati posisi saya sebagai manager pemasaran." Alva mengangguk. "Oke, kamu kirim CV nya ke email saya. Apakah dia sudah masuk hari ini?" "Iya, Pak. Dia sudah ada di sini. Masih di bawah, belum saya suruh ke sini." "Oke, nanti kamu bilang ke dia untuk ke sini. Saya akan pergi bertemu klien dulu." "Baik, Pak." Akhirnya Alva beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Prita mengikuti dari belakangnya. "Dewi, ikut saya hari ini. Angga masih saya sudah meninjau tempat." Dewi yang soal itu tengah diskusi bersama dengan Mutia langsung menoleh. "Baik, Pak." Akhirnya Alva dan Dewi masuk ke dalam lift. Tinggal Prita dan Mutia yang ada di sana. "Jadi, Mbak Prita beneran mau resign?" tanya Mutia. Usia Prita memang jauh diatasnya. "Iya, udah di Acc sama HRD dan penggantinya juga udah ada," jawab Prita. "Wah, jadi nggak bisa ketemu sama mbak Prita lagi, nih." "Sebenarnya berat juga. Tapi aku udah memutuskan mau ikut suami, jadi mau tidak mau aku meninggalkan karirku di sini." *** Alva keluar dari lift bersama Dewi. Beberapa karyawan yang berpapasan menyapanya dengan hormat. Saat berjalan menuju pintu keluar, Alva merasakan ada seseorang yang familiar sedang berjalan menuju ke arahnya. Ah, bukan ke arahnya, lebih tepatnya dia menuju lift yang dikhususkan untuk karyawan. Kalau dalam film-film itu seperti ada gerakan slow motion dari sebelahnya agak jauh, ada seorang wanita melewatinya begitu saja tanpa menyapanya. Alva langsung berbalik dan matanya membola ketika melihat siapa wanita itu. "Luna!" Aluna menoleh sekilas, kemudian mengangguk sopan. "Ah, Pak Alva. Maaf saya tidak liat tadi, jadi nyelonong aja jalannya." Alva langsung berjalan mendekat, tetapi Aluna mundur dua langkah. "Kamu nyari aku, ya? Ayo kita bicara di ruanganku." "Maaf, saya nggak nyari Bapak." "Lalu, kamu di sini kenapa?" . . . Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN