BERTEMU DENGAN RENO

1069 Kata
Mariana terpaku, senyumnya memudar saat melihat seorang pria keluar dari mobil dan sekarang berdiri tepat di hadapannya. Untuk beberapa detik, ia merasa terpesona melihat pria itu. Wajah pria itu sangat tampan! Mariana tersenyum canggung ketika laki-laki itu tersenyum padanya. Kedua mata mereka bertemu dan saling pandang untuk beberapa detik sebelum akhirnya lelaki itu mengalihkan pandangannya pada wanita di belakang Mariana. "Kebetulan banget, Mar, suamiku pulang." Anggita mendekati suaminya yang tersenyum padanya. Tangan Anggita terulur memeluk lengan suaminya. Sementara Mariana tampak sedikit terkejut saat mendengar Anggita mengatakan kalau lelaki di hadapannya itu adalah suaminya. "Kenalin, ini Mas Reno, suamiku," ucap Anggita sambil tersenyum manis menatap suaminya. Mariana mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Reno. "Mariana." "Reno," ucap Reno sambil tersenyum, begitupun dengan Mariana. Mariana melepaskan jabatan tangannya. Pandangannya beralih pada Anggita. "Aku pulang dulu ya, Nggi, takut suamiku pulang," ucap Mariana. Anggita mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya dia masih ingin mengobrol dengan Mariana tetapi, Mariana malah ingin pulang karena suaminya sebentar lagi pulang. Apalagi, Reno, suaminya juga sudah pulang. "Terima kasih ya, sudah mau main ke rumahku dan menemaniku ngobrol. Nanti kamu sering-sering main ke sini, ya, biar aku ada temannya," ucap Anggita. "Kamu tenang saja, rumah kita 'kan dekat, aku pasti akan sering-sering main ke sini," jawab Mariana. Wanita itu tersenyum pada Anggita, pandangannya beralih pada Reno. Pria itu juga tersenyum sambil mengangguk saat Mariana berpamitan padanya. Mariana bergegas pulang menuju ke rumahnya. Wajah cantiknya tak berhenti tersenyum. "Ternyata suaminya Anggita ganteng banget. Udah ganteng, dokter pula. Beruntung banget sih dia," batin Mariana. Wanita itu kembali membayangkan senyum Reno. Senyuman yang membuat wajah lelaki itu terlihat semakin tampan. "Mama dari mana sih, Ma? Papa udah pulang dari tadi juga." Alma, sang putri terlihat cemberut. "Masa sih? Biasanya jam segini papamu belum pulang?" Mariana merasa heran. Wanita itu bergegas masuk ke dalam rumah. "Dari mana sih?" Zian yang baru keluar dari kamar mandi menatap istrinya yang baru terlihat sedari tadi. "Maaf, Mas. Aku dari rumahnya Anggita tadi. Dia nyuruh aku main. Aku pikir kamu belum pulang tadi? Maaf, ya?" Mariana meraih tangan Zian kemudian menciumnya. "Anggita istrinya Reno?" "Iya, Mas. Kok kamu kenal?" Mariana terlihat heran. "Dia kan tetangga kita, masa iya nggak kenal." Zian mengacak rambut istrinya. "Maksudnya, kapan Mas Zian ketemu dia, gitu?" Mariana menatap suaminya yang tertawa pelan. "Ketemu Reno maksudnya?" Zian menatap sang istri. "Dua-duanya lah, Mas, gimana sih?" Mariana mencebik kesal membuat Zian tertawa. "Aku udah sering ketemu sama dia semenjak dia pindah ke sini," jawab Zian sambil mengusap kepala Mariana. "Masa sih? Kok, aku nggak pernah lihat dia?" Mariana menatap suaminya. Merasa heran, kenapa Zian mengatakan sering bertemu dengan Reno dan Anggita. Padahal, dia saja baru tadi main ke rumah Anggita karena perempuan itu kebetulan sedang ada di rumah. "'Kerjanya 'kan di rumah sakit, Sayang. Dia seorang dokter." "Iya, aku tahu. Tapi aku nggak pernah lihat mereka bertemu sama Mas Zian di sini," jawab Rosiana penasaran. "Aku tidak sengaja bertemu mereka saat di luar, bukan di sini." Zian tersenyum melihat Mariana menganggukkan kepala, sementara mulutnya membentuk huruf O tanda mengerti. "Pantas saja. Aku baru tadi ketemu Anggita karena kebetulan dia ada di rumah. Aku juga baru tadi ketemu sama suaminya, itupun dikenalin sama Anggita. Suaminya baru pulang tadi," jelas Mariana. "Suaminya itu orangnya baik. Nggak sombong, walaupun dia kaya dan juga seorang dokter." "Masa sih?" Zian mengangguk mendengar pertanyaan istrinya. "Baguslah kalau begitu. Aku paling nggak suka sama orang yang sombong. Apalagi karena dia merasa dirinya lebih kaya." "Iya, Sayang. Aku juga begitu. Nggak suka sama orang yang sombong, apalagi menyombongkan kekayaan." Zian mencium pipi istrinya. "Tolong siapin makan, aku laper banget dari tadi." "Baik, Mas. Tunggu sebentar, ya?" *** Pagi itu Mariana sedang membersihkan rumahnya. Dia tidak menyadari kalau ada seseorang yang memperhatikannya dari belakang. "Pagi, Mbak, Mas Ziannya ada?" Mariana tersentak kaget saat mendengar suara seseorang di belakangnya. Saat Mariana menoleh ke arah suara, kedua netranya terpaku menatap wajah tampan pria di hadapannya yang ternyata adalah Reno. "Gila! suaminya Anggita ganteng banget sih!" batin Mariana. Wanita itu tersenyum canggung. Apalagi, saat melihat pria itu tersenyum begitu manis. "Mbak Mariana, apa Mas Ziannya ada? Aku kemarin sudah janjian sama dia mau olahraga pagi-pagi," ucap Zian. Lelaki itu menatap Mariana sambil tersenyum. "Mumpung aku lagi senggang," lanjut Reno, saat melihat Mariana justru masih terdiam sambil menatapnya. "Sebentar, ya, Pak Dokter, aku panggil Mas Zian dulu. Tunggu dulu di sini," ucap Mariana akhirnya. Wanita itu seolah baru tersadar kalau sedari tadi dia menatap lelaki di hadapannya. Mariana tersenyum canggung sambil menunjuk ke arah tempat duduk di teras rumah. "Oke." Pria itu kembali tersenyum. Netranya menatap Mariana yang terlihat begitu cantik meskipun tanpa riasan pada wajahnya. Beberapa saat kemudian, Zian keluar dengan memakai pakaian olahraga, lengkap dengan sepatunya. Pria itu tersenyum pada Reno. "Sudah lama nunggu?" "Nggak, baru saja datang," jawab Reno Zian menatap Mariana yang masih memegang sapu. "Sayang, aku berangkat ya?" "Iya, Mas, hati-hati." Mariana meraih tangan sang suami dan menciumnya dengan takzim. Reno menatap wajah cantik Mariana saat perempuan itu mencium tangan suaminya. "Mari, Mbak Mariana." "Silakan, Pak Dokter." "Jangan panggil Pak Dokter, ini bukan rumah sakit," ucap Reno. "Panggil Reno saja." Reno tersenyum menatap Mariana yang juga tersenyum mendengar ucapannya. "Baiklah, aku panggil Mas Reno saja deh!" "Boleh, terserah Mbak Mariana saja." Mereka bertiga saling berpandangan sambil tersenyum. Tak lama kemudian, Zian dan Reno pergi menggunakan sepeda mereka. Mereka berdua pergi menggunakan sepeda. Mereka akan melakukan olahraga bersepeda bersama teman-teman pecinta sepeda lainnya. *** "Mbak Mariana, boleh minta nomer teleponnya nggak?" Reno menyodorkan ponselnya pada perempuan cantik itu. "Boleh dong, aku juga butuh nomer Mas Reno," ucap Mariana sambil tersenyum. "Butuh? Memangnya Mbak Mariana butuh nomer teleponku untuk apa?" Reno merasa penasaran. "'Mas Reno 'kan dokter, siapa tahu, suatu saat aku butuh bantuan 'kan?" Mariana tersenyum genit. "Iya juga, ya." Mereka berdua tertawa. Saat ini mereka sedang berada di teras rumah Mariana, berkumpul dengan beberapa orang saudara Mariana. Semenjak berteman dengan Zian, laki-laki itu kini sering datang ke rumah Mariana. Zian sangat akrab dan berteman baik dengan Reno. Pria itu, walaupun baru beberapa bulan tinggal di kampung, tetapi, sudah akrab dengan semua tetangga rumahnya. Sikap Reno yang tidak sombong walaupun dia seorang dokter, membuat semua tetangga baik yang dekat maupun yang rumahnya berjauhan sangat menyukai Reno. *** Mariana mengambil ponselnya yang berdering di atas nakas. Wajah cantiknya tersenyum saat melihat nama si pemanggil yang tertera pada ponselnya. "Halo, Mbak. Jangan lupa nanti sore ya, aku serius nungguin lho." "Memangnya Mas Reno sudah pulang?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN