SUAMI IDAMAN

1003 Kata
Kehadiran bayi kecil Alma membawa kebahagiaan buat Mariana, Zian dan seluruh keluarga besar mereka. Kedua pasangan muda itu merasa bersyukur, karena sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan dengan hadirnya Alma. Alma Zoya Pradipta tumbuh dengan baik. Mereka semua sangat menyayanginya. Bayi mungil itu sangat menggemaskan membuat siapapun yang melihatnya langsung menyukainya. Wajah Alma sangat cantik meskipun dia masih bayi. Wajahnya perpaduan wajah Mariana dan Zian. Semua orang yang melihat Alma pasti akan mengatakan jika bayi mungil itu pasti akan tumbuh menjadi perempuan yang cantik seperti ibunya. *** Setelah berapa tahun berlalu, bayi cantik itu berubah menjadi sosok anak kecil yang sangat menggemaskan. Alma tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik. Benar-benar perpaduan dari kecantikan milik Mariana dan ketampanan milik Zian. Rambut cokelat bergelombang, bulu mata lentik. Bahkan di usianya yang baru menginjak lima tahun, gadis kecil putri Mariana itu sudah terlihat sangat cantik. Mariana tersenyum sambil mengusap kepala putrinya. Perempuan itu juga masih terlihat sangat cantik. Saat ini usia Mariana sudah menginjak dua puluh lima tahun. Tidak terasa, lima tahun berlalu. Pernikahannya dengan Zian sudah menginjak hampir enam tahun. Mariana sangat mencintai Zian. Dia sangat bahagia bisa menikah dengan pria sebaik Zian. Pria itu adalah suami idaman bagi Mariana. Bukan hanya berwajah tampan, Zian juga berhati baik. Semua orang sangat menyukainya. Zian bukan hanya memperlakukan Mariana dengan baik. Alma, sang putri kesayangannya itu pun begitu dimanjakan olehnya. "Sayang, sepertinya Alma mengantuk." Zian yang baru saja pulang kerja melihat istri dan anaknya sedang asyik menonton televisi. Namun, putri kecilnya terlihat mengantuk, sementara Mariana asyik menonton sinetron kesukaannya. Mariana langsung bangkit saat melihat suaminya datang. "Kok aku nggak denger suara salam." Perempuan itu meraih tangan sang suami kemudian menciumnya. "Kamu asyik nonton, sampai nggak denger aku pulang." Zian mengecup kening istrinya. "Aku mandi dulu, siapin makan, ya, Sayang, aku laper." Mariana mengangguk sambil tersenyum. "Tidurin Alma dulu." "Iya, Mas." *** Beberapa bulan berlalu, tahun pun berganti. Mariana dan Zian hidup sangat bahagia. Orang tua mereka juga merasa sangat bahagia karena melihat Zian dan Mariana bahagia. Kebahagian kedua orang tua Zian dan Mariana semakin bertambah karena mereka berdua mempunyai cucu secantik Alma. Sikap Mariana yang begitu baik, memudarkan prasangka buruk kedua orang tua Zian yang pernah meragukan kesetiaan perempuan itu. Begitupun Mariana. Selama menikah dengan Zian, perempuan itu mampu menahan godaan dari pria yang bermaksud mendekatinya. Tidak seperti Mariana saat sebelum menikah. Sebelum menikah dengan Zian, selingkuhan Mariana ada di mana-mana. Bahkan saat dirinya akan menikah dengan Zian pun, Mariana masih berhubungan dengan para kekasih gelapnya. Penampilan lugu Mariana membuat siapapun yang melihatnya merasa simpati dan terpesona pada perempuan itu. Mereka tidak tahu jika dibalik penampilan lugunya, Mariana mempunyai banyak rahasia. Rahasia perselingkuhan yang tidak diketahui oleh siapapun termasuk para pria yang ia jadikan pacar gelapnya. Kini, usia Mariana sudah menginjak tiga puluh dua tahun. Sementara Zian sudah tiga puluh tujuh tahun. Sedangkan Alma, putri mereka kini sudah menginjak remaja. Alma baru saja lulus sekolah dasar. Gadis itu tumbuh semakin cantik setelah menginjak remaja. Sampai sekarang, Zian dan Mariana masih menunggu kehadiran anak kedua mereka, tetapi, sepertinya Tuhan belum berkehendak, sehingga setelah bertahun-tahun, Alma belum juga mempunyai adik. Namun, meskipun begitu, kehidupan keluarga Zian sangat harmonis. Zian juga semakin hari semakin bertambah baik. Pria itu kini berubah menjadi pria yang rendah hati dan tidak sombong. Zian juga terkenal suka menolong orang lain dan sangat alim sebagai sebagai seorang muslim. Pria itu juga terlihat semakin matang, bahkan masih terlihat sangat tampan meski usianya hampir kepala empat. Tak jauh berbeda dengan Zian, Mariana pun masih terlihat sangat cantik. Tubuhnya masih langsing, wajahnya terlihat glowing karena sering melakukan perawatan. Mariana bahkan tampak seperti gadis yang belum menikah. Tidak terlihat seperti perempuan yang sudah mempunyai gadis remaja. Saat berjalan bersama Alma, banyak yang menyangka kalau mereka adalah kakak adik karena wajah mereka mirip. Keluarga mereka seperti keluarga bahagia lainnya. Mereka terlihat harmonis. Zian adalah suami dan ayah idaman bagi kedua perempuan itu. *** Anggita baru saja keluar dari rumahnya. Perempuan itu baru beberapa bulan pulang kampung dan memutuskan untuk tinggal di kampung. Anggita adalah tetangga Mariana, meskipun rumahnya sedikit berjauhan. Dia pulang kampung karena sang suami yang kebetulan adalah seorang dokter, kini bertugas di rumah sakit tidak jauh dari kampungnya. Sementara, Anggita sekarang baru memulai usahanya membuka beberapa toko baju yang tersebar di beberapa pasar tradisional yang terletak lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Mariana sangat senang saat dia bisa bertemu kembali dengan sahabatnya itu. Anggita juga tidak kalah cantik. Perempuan seusia Mariana itu sudah dikaruniai dua orang anak lelaki. Setelah menikah, Anggita memilih tinggal di ibukota bersama suaminya. Kini, setelah pekerjaan suaminya pindah, dia pun ikut pindah ke kampung daripada berpisah dengan suami tercintanya. "Enak ya, Git, sukses banget kamu sekarang." Mariana tersenyum menatap Anggita. Saat itu mereka sedang duduk di depan rumah Anggita. Mariana sengaja main ke sana karena permintaan Anggita. Mumpung Zian belum pulang, dia main sebentar di rumah sahabatnya itu. "Alhamdulillah ... berkat Mas Reno, Mar. Kerjaan dia bagus, makanya aku bisa seperti sekarang." Anggita tersenyum mendengar pujian sahabatnya itu. "Kamu juga enak 'kan, apalagi udah punya anak gadis yang nggak kalah cantik sama kamu. Pasti seneng deh!" lanjut Anggita. Perempuan itu terlihat sangat cantik saat tersenyum. Kecantikannya tidak kalah dengan Mariana. Apalagi, Anggita selama ini tinggal di kota. Dia juga pemilik toko baju, udah dipastikan kalau dari segi penampilan sudah jelas tidak kalah dengan Mariana. "Iya. Suamiku sangat pengertian. Aku beruntung bisa menikah dengan dia." Mariana pun tersenyum tak kalah cantik. Mereka berdua pun mengobrol dengan sesekali tertawa. Mereka sedang mengenang masa lalu mereka saat masih gadis. "Suamiku pulang." Anggita bergegas bangun dari duduknya, saat terdengar deru mobil mendekat ke halaman rumahnya. Mariana pun ikut bangkit. "Aku pulang dulu deh!" ucap Mariana. "Kok pulang, sih?" "Suamiku sebentar lagi pulang. Nanti dia kesal kalau pas pulang nggak ada aku." Mariana tertawa kecil. "Manja banget suamimu," celetuk Anggita membuat Mariana semakin tertawa. "Ya sudah, sana pulang. Besok main lagi ya?" "Okeh." Mariana melangkah keluar dari teras rumah Anggita. Senyumnya masih mengembang di wajah cantiknya. Langkah Mariana terhenti saat seseorang keluar dari mobil dan saat ini berdiri tepat di hadapannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN